Selasa, 27 Maret 2012

Agar Wujud Bulog Tidak Ka’adamihi

SERIAL MANUFACTURING HOPE 19
Oleh Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN
LUPAKAN gerbang tol. Ada yang lebih aktual yang harus kita dukung: pengadaan beras oleh Bulog. Saat ini petani sedang panen raya. Dukungan atas tindakan saya yang keras dalam mengatasi kemacetan di pintu-pintu tol memang mendapat dukungan luas (10 persen lainnya mengecam saya sebagai sekadar melakukan pencitraan), tapi Bulog juga harus terus didorong untuk berubah.
Hari-hari ini Bulog sedang all-out terjun ke sawah. Di musim panen raya sekarang ini Bulog tidak mau lagi disebut sekedar menjadi “tukang tadah”. Saat ini Bulog mulai  berani membeli gabah langsung dari petani. Tidak hanya membeli gabah melalui para tengkulak. Kali ini Bulog mencoba belajar menjadi “tengkulak” itu sendiri. Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, langsung terjun ke sawah-sawah. Hasilnya pasti belum maksimal. Juga belum bisa merata ke semua daerah. Maklum baru sekarang ini Bulog terjun langsung ke desa-desa secara all-out. Bulog kali ini mencoba mengubah cara kerja. Tapi memang tidak mudah mengubah sesuatu yang sudah lama menjadi kebiasaan. Apalagi kalau sudah mengakar dan menggurita. “Membelokkan” kapal besar seperti Bulog tidak akan bisa spontan seperti membelokkan speedboat. Tapi perubahan di Bulog sudah dimulai.
Waktu mengadakan rapat kerja dua bulan yang lalu, semangat untuk berubah itu terlihat nyata. Dan tidak boleh mundur lagi. Dalam rapat kerja itu, misalnya, ditemukan cara agar Bulog bisa lebih lincah tanpa melanggar aturan.
Pertama, aturan itu sendiri diubah. Kedua, mendayagunakan anak perusahaan untuk meningkatkan fleksibilitas pembayaran langsung kepada petani. Ketiga, melakukan kerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk  pendanaan.  Selama ini Bulog tidak mungkin bisa bersaing dengan para tengkulak: kalah lincah, kalah prosedur dan kalah dana. Akibatnya, nama Bulog kian redup di mata petani. Rendahnya kepercayaan petani padi kepada Bulog sudah mirip rendahnya kepercayaan petani tebu kepada pabrik gula.  Seperti juga pabrik-pabrik gula milik BUMN, kini Bulog juga giat merebut kembali kepercayaan yang hilang itu. Tentu belum akan berhasil tahun ini, tapi setidaknya sudah dimulai. Kalau usaha ini tidak dilakukan maka dalam waktu yang tidak terlalu lama Bulog kian jauh dari petani. Bisa-bisa Bulog lama-lama menjadi “adanya seperti tiadanya (wujuduhu ka ‘adamihi)”.
Tapi kehadiran tengkulak di tengah-tengah petani sebaiknya juga jangan dikecam. Bahkan harus disyukuri. Di saat Bulog seperti itu, terus terang, tengkulaklah yang menjadi juru selamat para petani. Tengkulaklah yang siap membeli gabah kapan saja dalam kualitas seperti apa saja. Tengkulak bisa membeli gabah fresh from the field. Tanpa perlu memeriksa apakah kadar airnya tinggi atau rendah. Tanpa memeriksa berapa persen gabah yang kopong. Petani sangat senang dengan cara ini: langsung bisa mendapat uang saat itu juga.  Tentu petani tidak mungkin menunggu Bulog. Bisa-bisa seperti menunggu datangnya pesawat Adam Air yang pergi entah ke mana. Apa lagi, dalam panen raya serentak seperti sekarang ini, jutaan petani ingin dapat uang sekarang juga.
Tahun ini, kelihatannya, panen raya akan maksimal. Di samping harga gabah sangat baik, panennya sangat berhasil. Tidak banyak hama dan tidak banyak bencana banjir. Insya-Allah. Kita doakan keadaan seperti ini tetap berlangsung setidaknya sampai musim panen selesai bulan depan. Tentu kalau bisa juga seterusnya. Setelah beberapa tahun panen banyak terganggu, tahun ini petani benar-benar akan bisa menikmati hasil sawahnya.  Pak Marto Paimin, petani Dusun Karang Rejo, Desa Bener, Sragen, Jawa Tengah, yang tahun ini menggarap sawah 0,7 ha, memperkirakan akan mendapat hasil (sekali panen) sekitar Rp 5 juta. Gabah yang sedang dia tumpuk di ruang tamu rumahnya, kira-kira akan bernilai Rp 13 juta. Sedang biaya menggarap sawahnya, termasuk benih dan pupuk, menghabiskan maksimal Rp 8 juta.
Malam itu saya tidur dan mengobrol dengan asyiknya di rumah Pak Paimin. Sarapan oseng-oseng daun papaya dengan tempe goreng secara lesehan di lantai sebelah tumpukan gabah, benar-benar mengingatkan masa kecil saya. Lantai rumah itu yang masih berupa tanah dan dinding-dindingnya yang terbuat dari kayu, membuat udara malam itu cukup sejuk. Tapi mengapa gabah Pak Paimin masih ditumpuk? Tidak segera dijual? “Tunggu harga naik bulan depan Pak,” kata Pak Paimin. “Bulan depan harga akan lebih baik. Bisa mendapat tambahan kira-kira Rp 400.000,” tambah Supomo, anak bungsunya yang kini hampir selesai membangun rumah gedung persis di depan rumah bapaknya itu.
Memang dia memiliki pinjaman pupuk dan benih dari BUMN PT Petrokimia Gresik. Tapi masih ada waktu satu bulan lagi sebelum jatuh tempo. “Meski pun namanya yarnen (bayar di saat panen), kami memberi kelonggaran satu bulan,” ujar Arifin Tasrif Dirut PT Pupuk Sriwijaya Holding.  Presiden SBY memang memerintahkan tiga BUMN, (Sang Hyang Sri, Pertani, dan Pupuk Kaltim/Sriwijaya/Petrokimia) untuk habis-habisan membantu petani meningkatkan produksi beras. Sawah-sawah yang hanya bisa memproduksi padi 5,1 ton/ha harus meningkat menjadi di atas 7 ton/ha.
Rendahnya produktivitas itu kadang karena petani tidak punya uang untuk membeli benih unggul. Atau tidak punya uang untuk membeli pupuk tepat pada waktunya. Pemupukan yang tidak tepat waktu membuat pupuk tidak efektif. Itulah sebabnya tiga BUMN tersebut ikut terjun ke petani langsung.  Bisa saja, kelak, sistem yarnen itu diganti dengan yarbah. Dibayar dengan gabah. Lalu tiga BUMN tersebut menyerahkan gabahnya kepada BUMN Perum Bulog. Dengan demikian Bulog tidak perlu bersaing dengan tengkulak di lapangan. Bulog juga tidak perlu terlalu banyak membeli gabah/beras dari pedagang. Sistem yarbah itu lagi dimatangkan setelah belajar banyak dari panen raya tahun ini. Kalau dari sistem yarbah itu belum cukup, BUMN masih punya dua program besar lain di bidang pangan: pencetaan sawah baru 100.000 ha di Kaltim dan gerakan ProBesar. Hasil dari dua-duanya bisa juga langsung dikirim ke Bulog.
Program ProBeras adalah program kerjasama BUMN dengan petani yang tidak mampu menggarap sawahnya secara maksimal. Misalnya petani tersebut punya sawah tapi tidak punya tenaga. Anak-anaknya tidak ada lagi yang di desa. Tidak seperti Pak Paimin yang ketiga anaknya tetap menjadi petani semua.
Sawah-sawah yang seperti itu biasanya dikerjakan secara apa adanya. Akibatnya produktivitas per hektarnya rendah. Untuk itu BUMN bersedia menerima sawah tersebut. BUMN-lah yang mengerjakannya dengan sistem korporasi. BUMN punya benih unggul, punya pupuk komplit, punya mesin-mesin pertanian, punya tenaga ahli dan punya dana. BUMN akan menjadikan sawah-sawah seperti itu sawah dengan produktivitas yang maksimal.  Dengan menangani program Yarnen, ProBesar, dan Sawah Baru, BUMN kelak akan menggabungkan diri ke dalam satu BUMN pangan yang kuat. Mudah-mudahan bisa membantu mengatasi persoalan pangan terutama beras. Rapat-rapat di Menko Perekonomian yang dipimpin Hatta Rajasa terus memonitor program ini.
Memang tetap ada pertanyaan besar: Kalau saja harga gabah tetap baik dan para tengkulak tetap agresif seperti sekarang, masih perlukah Bulog? Dari berbagai kunjungan saya ke daerah pertanian (Bantul, Gunung Kidul, Sragen, dan Jombang) saya melihat peran tengkulak sangat besar. Juga sangat luas. Penetrasinya juga sangat dalam. Hampir-hampir terasa ada atau tidak adanya Bulog tidak ada bedanya.  Di desa yang saya kunjungi di Sragen itu misalnya, tengkulak tidak hanya agresif membeli gabah, tapi sudah sampai menebas padi ketika masih di sawah. Petani tidak perlu susah-susah memanen, merontokkan, dan mengeringkan. Tengkulak-penebas langsung membelinya ketika masih dalam bentuk padi menguning yang berdiri di sawah.
Harga beras yang dinilai tinggi oleh konsumen ternyata dinilai baik oleh petani. Demikian juga harga beras internasional yang tinggi menimbulkan peluang bagi pedagang untuk menjadikan gabah sebagai barang dagangan. Tentu tidak hanya itu alasan petani untuk cenderung menebaskan saja padinya yang masih menguning di sawah. Sulitnya mencari tenaga untuk memanen dan merontokkan gabah ikut jadi alasan. Sulitnya mencari lahan hamparan untuk menjemur padi menambah-nambah alasan tersebut.  Peralatan pertanian itu begitu mendesaknya sekarang ini. Di Bantul saya menerima permintaan perlunya diberikan alat pemanen, perontok, dan pengering gabah. Di Jombang saya menerima permintaan agar ada program pembuatan hamparan penjemuran gabah. Mesin perontok dan pengering yang mulai diintrodusir tahun-tahun terakhir ini dinilai tidak cocok karena berbahan bakar minyak. Terlalu mahal biaya operasionalnya. Ada memang mesin perontok mekanik yang diputar oleh orang seperti naik sepeda statis, tapi petani maunya yang tinggal pijit tombol.
Dalam berbagai kesempatan dialog di lingkungan perguruan tinggi, soal ini saya kemukakan. Perlu diciptakan mesin-mesin pertanian sederhana yang cocok untuk petani kita. Sewaktu dialog dengan alumni Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang di Jakarta bulan lalu saya tawarkan peluang besar ini. Demikian juga waktu dialog dengan mahasiswa ITB Bandung.  Di Bantul saya sudah mencoba panen dengan menggunakan mesin yang bentuknya mirip traktor. Hanya dalam dua jam bisa memanen padi satu hektar. Enak sekali dan cepat sekali. Padi pun otomatis masuk di kendaraan itu dan keluar melalui bagian belakangnya sudah dalam keadaan terpisah antara batang dan gabahnya. Dengan cara ini hampir tidak ada gabah yang tercecer. Beda sekali dengan masa remaja saya di desa ketika harus menjadi buruh pemanen dengan menggunakan ani-ani.
Meski mesin ini masih terlalu mahal, rasanya mau tidak mau kita harus menuju ke arah sini. Tenaga untuk memanen dan merontokkan benar-benar sulit sekarang ini. Apalagi lima tahun ke depan.  Dengan demikian ke depan yang diperlukan tinggal “kendaraan panen” ini dan lahan penjemuran. Di Jombang diusulkan agar tanah desa diubah menjadi lahan penjemuran bersama. Di saat musim panen, hamparan itu untuk menjemur gabah. Di luar itu bisa untuk tempat bermain anak-anak. Kecuali bisa ditemukan mesin pengering yang tidak berbahan bakar minyak. Misalnya mesin yang memanfaatkan panas matahari.  Di perkebunan karet BUMN PTPN IX Jateng sudah dicoba pengeringan karet dengan tenaga matahari. Investasinya memadai karena digunakan sepanjang tahun. Saya sudah minta bagaimana mungkin proses itu disempurnakan untuk gabah. Memang perhitungan investasinya lebih sulit. Pengering gabah hanya akan dipakai maksimal tiga kali setahun. Yakni di saat musim panen saja.
Intinya: masih banyak yang harus kita perbuat untuk puluhan juta petani kita. Terutama pada masa transisi seperti ini. Transisi dari cara lama ke cara baru. Transisi yang tidak bisa dihindari karena kian sulitnya tenaga kerja di sektor pertanian. Transisi ke cara baru yang mereka anggap lebih mudah. Transisi dari berlama-lama uro-uro di sawah ke cepat-cepat pulang nonton sinetron.
Kalau pun belakangan ini saya banyak pergi ke sawah tidak lain untuk memberikan dukungan pada empat BUMN tersebut. Mumpung lagi panen raya. Apakah benar produktivitas sudah meningkat. Apakah benar problem pasca panennya bisa diatasi. Apakah benar Bulog masih diperlukan kalau menakisme pasar sudah sempurna.  Bagi yang menganggap saya melakukan pencitraan sesekali boleh juga ikut ke sawah. Kita bisa, he he, mencitrakan diri bersama-sama. Akhir musim panen ini, akan diadakan evaluasi di BUMN. Dengan ikut terjun ke sawah saya bisa ikut diskusi tidak hanya berpegang pada data di atas kertas.  Tahun ini beban Bulog sangat berat. Harus mengadakan beras dari petani 4 juta ton. Padahal tahun lalu hanya mampu 1,7 juta ton. Impor memang tidak harus dipersoalkan, tapi impor beras 1,8 juta tahun lalu, apakah harus terus-menerus begitu?.

Sumber : Jawa Pos

Minggu, 25 Maret 2012

Mendefinisikan Kebahagiaan

Kebahagiaan…, sering sekali kita mendengarnya. Bahkan hampir tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang tidak ingin mendapatkannya. Namun apabila kita tanyakan kepada mereka, apakah yang mereka maksud dengan kebahagiaan, maka niscaya ribuan jawaban akan terlontar dari mulut mereka. Sekelompok orang akan mengatakan bahwa kebahagiaan adalah melimpahnya harta dan berbagai kesenangan dunia. Sekelompok orang yang lain akan mengatakan bahwa kebahagiaan adalah kebebasan untuk berkreasi dan keberhasilan menyingkap rahasia-rahasia ilmu pengetahuan. Ada lagi yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah ketenangan hati dan bebas dari rasa takut dan kesedihan. Saudaraku, apabila kita cermati sekali lagi sekian banyak jawaban mereka maka tidak ada jawaban yang bisa melegakan hati orang yang beriman kecuali firman Allah dan sabda Rasul-Nya serta untaian nasihat para ulama. Simaklah sebuah do’a yang indah dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah bagi setiap muslim yang membaca kitabnya Al Qawa’idul Arba‘. Beliau berkata, “Aku memohon kepada Allah yang Maha Pemurah, Rabb pemilik Arsy yang Maha Besar, semoga Allah menjagamu di dunia dan di akhirat dan menjadikanmu mendapatkan keberkahan di manapun kamu berada, dan menjadikanmu bersyukur jika diberi nikmat, bersabar jika ditimpa cobaan dan beristighfar jika terjerumus dalam dosa. Karena sesungguhnya tiga hal itulah ciri utama kebahagiaan.”
Syukur tatkala mendapatkan nikmat
Hakikat syukur adalah mengakui di dalam hati bahwa nikmat yang diperolehnya berasal dari Allah, kemudian menampakkan rasa syukurnya itu dengan memuji Allah serta menggunakan nikmat yang diberikan itu dalam rangka melakukan ketaatan. Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk bersyukur di dalam firman-Nya yang artinya, “Dan bersyukurlah kalian kepada-Ku dan janganlah kalian kufur.” (QS. Al Baqarah: 152). Di dalam ayat lain Allah telah menjanjikan bagi orang yang bersyukur bahwa dia akan mendapatkan tambahan nikmat. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh jika kalian bersyukur niscaya Aku benar-benar akan menambahkan (nikmat) kepada kalian, dan apabila kalian justru ingkar maka sesungguhnya siksa-Ku amatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Walaupun demikian ternyata hanya sebagian kecil hamba Allah yang pandai bersyukur. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan amat sedikit diantara hamba-hamba-Ku yang pandai bersyukur.” (QS. Saba’: 13). Padahal tidakkah kita sadar bahwa sekian banyak nikmat yang ada pada diri kita ini semuanya berasal dari Allah saja. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan nikmat apapun yang ada pada diri kalian maka itu semua berasal dari Allah.” (QS. An Nahl: 53). Apabila kita ingin menghitung seluruh nikmat itu, pasti tidak ada seorang manusia pun yang sanggup menghitungnya. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Ta’ala yang artinya, “Dan jika kalian berusaha menghitung nikmat Allah maka kalian tidak akan mampu menghingganya.” (QS. Ibrahim: 34).
Nah, lalu dengan alasan apakah kita menyombongkan diri atau bahkan mengingkari sekian banyak nikmat ini? Tidakkah kita ingat bagaimana buah dari kecongkakan Qarun yang berani berkata, “Sesungguhnya ini semua aku dapatkan hanya berkat ilmu yang aku punyai.” Maka apakah yang diperolehnya ? Sebuah siksa yang sangat mengerikan. Semua harta yang dibangga-banggakannya dibenamkan ke dalam perut bumi oleh Allah bersama tubuhnya. Duhai, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?!!
Bersabar ketika mendapatkan cobaan
Cobaan adalah satu hal yang pasti dialami setiap insan. Oleh karena itu, Allah berfirman di dalam Al Qur’an yang artinya, “Dzat yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah diantara kalian yang paling baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2). Dalam ayat lain Allah menyatakan, “Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa lapar serta ketakutan dan kekurangan harta, maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar…” (QS. Al Baqarah: 155).
Sabar tatkala mendapatkan cobaan artinya menahan diri untuk tidak menyimpan kemarahan di dalam hati kepada keputusan Allah, menahan diri dari mengucapkan kata-kata laknat atau meratap atau caci maki, dan juga menahan anggota badan dari melakukan tindakan-tindakan yang merupakan pelampiasan kemarahan dan tidak menerima takdir seperti menampar-nampar pipi, merobek-robek kain atau bahkan menjerit-jerit. Kenapa hal-hal itu tidak diperbolehkan? Alasannya adalah karena sikap–sikap tersebut mencerminkan ketidakpuasan terhadap takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah. Padahal Allah itu Maha bijaksana dan Maha adil. Allah tidak pernah menganiaya hamba-Nya. Allah berfirman yang artinya, “Dan Rabbmu tidak pernah menganiaya siapapun.” (QS. Al Kahfi: 49). Pada hakikatnya musibah yang menimpa kita adalah akibat kesalahan kita sendiri. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan musibah apapun yang menimpa kalian maka itu terjadi karena ulah perbuatan tangan-tangan kalian, dan Allah memaafkan banyak kesalahan orang.” (QS. Asy Syura: 30)
Maka sebenarnya kalau kita menyadarinya maka sudah semestinya kita bersabar dalam menghadapinya. Karena dengan kesabaran itu kita akan meraih pertolongan dari Allah. Bukankah Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfaal: 46). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sudah menjanjikan, “Sesungguhnya pertolongan itu datang bersama dengan kesabaran.” (HR. Abdu bin Humaid dengan sanad dha’if)
Beristighfar ketika terjerumus dalam dosa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua anak Adam pasti berbuat dosa. Dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang gemar bertaubat.” (Hasan, HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim) Oleh sebab itu orang yang terjerumus dalam perbuatan dosa wajib bertaubat kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala memerintahkan semua orang yang beriman untuk bertaubat kepada-Nya. Allah berfirman yang artinya, “Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang beriman agar kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31).
Taubat itu akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh penyesalan. Selain itu seorang yang bertaubat dari suatu dosa harus meninggalkan perbuatan dosanya itu serta bertekad kuat di dalam hati untuk tidak melakukannya lagi. Apabila dosa itu menyangkut dengan hak orang lain maka harus mengembalikan hak orang tersebut atau minta maaf kepadanya. Dan taubat akan diterima jika dilakukan sebelum nyawa berada di tenggorokan dan sebelum matahari terbit dari sebelah barat.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka janganlah kalian berputus asa terhadap rahmat Allah, sesungguhnya Allah akan mengampuni seluruh dosa.” (QS. Az Zumar: 53) Ayat ini berlaku bagi orang yang bertaubat. Maka dosa apapun yang pernah kita perbuat maka kewajiban kita adalah segera bertaubat darinya. Karena menunda-nunda taubat adalah dosa. Duhai, tahukah kita kapan kita akan mati sehingga demikian lancangnya kita menunda-nunda taubat? Sampai kapankah kelalaian ini akan kita teruskan? Apakah yang akan kita dapatkan dengan sekian banyak dosa yang pernah kita lakukan? Kesenangankah ataukah justru sebaliknya? Lalu mengapa kita menunda-nunda taubat? Apakah kita akan mengikuti rayuan iblis yang akan menyeret kita ke dalam neraka? Wahai saudara-saudaraku, siapakah kita apabila dibandingkan dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam? Padahal beliau saja dalam sehari bertaubat seratus kali. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Allah. karena sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya sebanyak seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim). Kalau Nabi saja yang sudah dijamin masuk surga seperti ini, lantas bagaimana lagi dengan kita? Akankah kita tetap bertahan dengan dosa yang menghitamkan hati dan perlahan-lahan menyeret kita ke jurang neraka?!!

Sumber : At Tauhid edisi III/01
              Oleh: Ari Wahyudi

Minggu, 18 Maret 2012

Raskin Harus Beras Petani Lokal

Opsi pemerintah mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM bersubsidi adalah melakukan penambahan jumlah penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) kepada hampir 18,5 juta rumah tangga sasaran (RTS). Badan Urusan Logistik (Bulog) harus mengalokasikan seluruh anggaran pengalihan BBM untuk menyerap beras petani lokal.
Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar, Sabtu (17/3), mengingatkan Bulog tidak boleh impor untuk memenuhi raskin. "Apalagi, berbagai macam insentif telah banyak diberikan kepada bulog seperti HPP yang telah dinaikan dan pengalihan subsidi BBM yang sudah dianggarkan untuk raskin," katanya. 
Pemerintah berencana menyaluran raskin pada 2012, awalnya jumlahnya sama dengan tahun lalu yakni 3,41 juta ton. Beras raskin sebanyak itu diperuntukkan bagi 17,49 juta RTS. Namun, karena subsidi BBM kini ditambah untuk 18,5 juta RTS selama 14 bulan dari biasanya 12 atau 13 bulan saja, dengan volume 15 kg per bulan per RTS dengan harga tebus Rp1.600 per kilogram.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS),  Indonesia telah mengimpor beras pada Januari 2012 dari Vietnam senilai US$154,527 juta atau setara 266,3 ribu ton. Kemudian dari Thailand per Januari 2012 senilai US$35,198 juta 59 ribu ton. Terakhir dari India senilai US$9,197 juta atau 19,37 ribu ton.
Di tengah panen raya musim rendeng ini, rencananya akan datang 14.500 ton beras dari India ke Lampung melalui Pelabuhan Panjang. Sebelumnya, telah masuk 15.000 ton beras impor ini.
“Jika kenaikan BBM tetap dilakukan per 1 April 2012, maka sesungguhnya bertepatan dengan masa panen raya. Idealnya Bulog dapat dengan mudah menyerap beras dari petani lokal. Terlebih jika ditambah anggaran alokasi subsidi BBM harusnya lebih optimal, sehingga program raskin seluruhnya menggunakan beras petani lokal dapat tercapai,” ujarnya.
Kementerian Pertanian (Kemtan) menyatakan panen raya jatuh pada bulan Februari–April dan tahun ini diproyeksikan dapat mencapai target produksi. Proyeksi panen beras tiga bulan sebesar 60% dari jumlah target produksi tahun 2012 sebesar 72,03 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara 40,5 juta ton beras.
Jika Bulog dapat menyerap beras dari petani lokal, maka secara tidak langsung telah membantu para petani meningkatkan taraf hidupnya dan tentu akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan menerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Petani berpotensi menerima BLSM karena merupakan struktur terbesar masyarakat miskin yang mencapai 70 %. Selain itu Bulog juga harus memastikan bahwa raskin yang diberikan kepada masyarakat berkualitas premium dan merata distribusinya.
“Pemerintah harus memastikan bahwa Bulog serius menata tata lokasi dan tata guna raskin pengalihan alokasi BBM ini. Bulog harus menyediakan raskin yang bagus untuk masyarakat” tegasnya.
Pemerintah melakukan langkah antisipasi dampak kenaikan BBM dengan melakukan serangkaian program bersifat kompensasi yang terdiri dari empat macam, yakni BLSM Rp150.000, penambahan subsidi bagi siswa miskin, penambahan jumlah penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) dan subsidi bagi pengelola angkutan umum.
Sumber : Infopublik.kominfo.go.id

Makna Dua Kalimat Syahadat, sudahkah anda mengetahuinya?

Asyhadu alla ilaaha illallah
Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Setiap hari, dua kalimat ini selalu dikumandangkan dalam adzan, iqomah, khutbah, ceramah, dan pembicaraan-pembicaraan lainnya. Setiap hari pula, kita sebagai seorang muslim membacanya ketika sholat. Namun, sudahkah kita faham akan maknanya?
Dua Kalimat Syahadat Merupakan Syarat Sah Islam
Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal, untuk meng-islam-kan sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat Mu’adz bin Jabal berangkat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz : “Ajaklah mereka agar mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut (bersyahadat) maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu apabila mereka telah melakukan hal tersebut, maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mensedekahkan harta mereka, yang sedekah tersebut diambil dari orang-orang kaya dari mereka, dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka” (HR. Bukhori)
Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya bersaksi dengan dua kalimat syahadat adalah syarat sah islam. Sholat dan zakat barulah diperintahkan setelah mereka mau bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Jika mereka tidak mau bersaksi, maka sholat, zakat, dan amalan-amalan lainnya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.
Makna Syahadat
Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap sebagai sebuah persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan meyakini kebenaran yang dipersaksikan. [2] Mengucapkan dengan lisannya. [3] Menyampaikan persaksian tersebut kepada yang lain (Mutiara Faedah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa).
Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang munafik mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan, namun hati mereka tidak membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami bersaksi bahwasanya engkau benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS. Al Munafiquun: 1)
Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa diucapkan. Paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah orang yang dengan segenap kekuatan, harta benda dan jabatannya telah membantu dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenapa dia rela melakukan hal demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui bahwa sebenarnya ajaran agama yang paling benar adalah agama yang dibawa keponakannya. Namun sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di tenggorokan dia tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan kafir. Kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan seperti itu.
Makna Asyhadu alla ilaaha illallah
Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Dalam syahadat ini terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain Allah dan penetapan bahwa sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah hanya Allah.
Allah berfirman (yang artinya): “Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Hajj: 62). Allah juga berfirman (yang artinya): “Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan selain Allah dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat.” (QS. Al Baqarah:256)
Makna Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya aku bersaksi bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah berupa syari’at dan ia diperintahkan untuk mendakwahkan syari’at tersebut (Syarah Arba’in an Nawawiyah, Syaikh Al ‘Utsaimin). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya! Tidaklah mendengar kenabianku salah seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun Nasrani, lalu ia meninggal sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali ia akan termasuk penduduk neraka” (HR. Muslim)
Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus sebagai Hamba Allah. Di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau sebagai seorang Rasul, di sisi lain kita tidak boleh mengagungkan beliau secara berlebihan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat yang berlebihan, atau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal: menganggap beliau mengetahui perkara yang ghaib, mampu mengabulkan do’a, mampu menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain.
Syahadat harus diterapkan
Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak dan kewajiban yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah haramnya darah dan hartanya. Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk diperangi, ditumpahkan darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat, serta menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun hisab mereka adalah urusan Allah Ta’ala” (HR. Bukhori dan Muslim)
Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah :
1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah
Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh ibadah haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib mencintai orang yang bertauhid (menyembah Allah semata) dan membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah).
2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah
Orang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka konsekuensinya ia wajib membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah tanpa meragukannya, melakukan apa yang Beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, mendahulukan dan menghormati sabda beliau di atas perkataan selainnya, beribadah kepada Allah sesuai tuntunannya, tidak menambah-nambah ajarannya, serta melahirkan sikap cinta terhadap orang yang taat dengan sunnah beliau dan benci terhadap orang yang mengingkari sunnah beliau. Dan termasuk pula meyakini beliau sebagai penutup para Nabi dan Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau.
Keduanya Harus Beriringan
Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari dua kalimat syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Qur’an Allah menggandengkan ketaatan kepada diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya. Diantaranya, Allah berfirman (yang artinya): “Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran: 32). Juga didalam banyak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan ketaatan kepada Allah dengan ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa dua kalimat syahadat haruslah digandengkan.
Dari sini, para Ulama’ menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah seseorang kecuali memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba’. Ikhlas adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah seseorang tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah, atau jika ia campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah seseorang akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun Ittiba’ adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh Allah jika ia beramal ibadah dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah jika mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, keislaman seseorang akan sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima jika telah mengumpulkan kedua hal tersebut.
Syahadat Pun Bisa Batal
Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia melakukan amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa perkataan, perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Banyak amalan yang bisa membatalkan dua kalimat syhadat sehingga perlu diketahui dan diwaspadai. Perlu pembahasan tersendiri untuk membahas tentang pembatal-pembatal syahadat.
Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga Allah menjaga kita dari kemunafikan dan kekafiran. Dan semoga kita bisa beribadah ikhlas karena Allah semata dan bisa mengikuti tuntunan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Muhammad Rezki Hr*]
At Tauhid edisi VII/12
Oleh: Muhammad Rezki Hr.
* Penulis adalah santri Ma’had al-‘Ilmi Yogyakarta, menjadi mudir Ma’had Umar Bin Khattab, dan sedang menempuh studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Arsitektur UGM.
sumber : http://buletin.muslim.or.id/aqidah/makna-dua-kalimat-syahadat

Sabtu, 03 Maret 2012

Menggugat Dana Kompensasi BBM


Kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar yang akan diberlakukan mulai 1 April ternyata harus dibayar mahal. Untuk menebus kebijakan itu, pemerintah harus menyisihkan dana Rp 30-40 triliun dari APBN. Dana kompensasi kenaikan harga BBM ini akan digunakan untuk membiayai program jaring pengaman sosial (JPS) di bidang pendidikan, pangan, kesehatan, dan transportasi.

Yang agak mencengangkan, dari Rp 30-40 triliun dana kompensasi, sekitar Rp 25 triliun bakal dibagikan secara cuma-cuma dalam bentuk tunai kepada masyarakat miskin. Lewat program yang disebut Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ini, setiap keluarga miskin akan mendapat dana tunai Rp 150 ribu per bulan selama delapan bulan. Ada 18,5 juta kepala keluarga (KK) yang akan menerima dana gratis tersebut.

Kebijakan menebar uang tunai mengingatkan kita pada masa-masa kenaikan harga BBM bersubsidi pada 2005 dan 2008. Pada 2005-2006, pemerintah membagikan Rp 16,8 triliun dana tunai —dulu disebut Bantuan Langsung Tunai (BLT)— kepada 14 juta KK selama 12 bulan. Masing- masing KK menerima Rp 100 ribu. Sedangkan pada 2008, BLT dibagikan kepada 15,9 juta KK senilai Rp 4,79 triliun selama tujuh bulan, masing-masing KK menerima Rp 100 ribu.

Dibandingkan pada 2005-2006 dan 2008, dana tunai yang dibagikan pemerintah kepada masyarakat miskin tahun ini jauh lebih “wah”, baik dari sisi nilai maupun jumlah penerimanya. Jika dana tunai Rp 25 triliun benar-benar dibagikan kepada 18,5 juta KK, itu merupakan dana terbesar sepanjang sejarah yang pernah dibagikan pemerintah kepada rakyat di republik ini. Begitu pun dari sisi jumlah penerimanya.

Dengan dana dan jumlah penerima sebanyak itu, kita menjadi bertanya-tanya, begitu hebatkah dampak buruk kenaikan harga BBM bersubsidi per 1 April nanti terhadap perekonomian nasional? Dan, begitu royalkah pemerintah hingga harus menggelontorkan dana sebesar itu untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat miskin secara cuma-cuma?

Mungkin ada baiknya kita menengok dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada 2005 dan 2008. Inflasi saat itu masing-masing mencapai 17,1% dan 11,06%. Tapi, pemerintah pada 2005 menaikkan harga premium sampai dua kali dengan total kenaikan 87%. Pada 2008, inflasi mencapai 11,06% setelah harga BBM naik 33,3%, namun krisis finansial global juga punya andil besar terhadap gonjang-ganjing perekonomian nasional saat itu.

Apakah besarnya dana tunai yang akan ditebar pemerintah mengindikasikan tekanan inflasi tahun ini akan lebih hebat? Jawabannya ternyata tidak. Berdasarkan hitung-hitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 1.500 per liter hanya akan memberikan tambahan inflasi sebesar 1-2%, sehingga inflasi tahun ini akan mencapai kisaran 7%. Dengan kata lain, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini tak akan sedahsyat beberapa tahun silam. Lalu, mengapa pemerintah menyiapkan dana yang amat besar sebagai kompensasi?

Kita sepakat bahwa kompensasi harus diberikan agar masyarakat miskin tidak semakin miskin dan masyarakat hampir miskin tidak jatuh miskin setelah harga BBM bersubsidi naik. Tapi, kompensasi BBM dengan membagi-bagikan dana tunai gratis sulit dicerna akal sehat. Memberikan dana tunai secara cuma-cuma bukan saja tidak mendidik, tapi juga bukan langkah solutif. Dengan memberikan dana tunai tanpa program pemberdayaan, pemerintah sesungguhnya telah memberikan “candu kemiskinan” kepada masyarakat miskin dan hampir miskin. Moral mereka tidak terpicu untuk bangkit secara ekonomi maupun sosial. Mereka justru diajari tentang nikmatnya menjadi “pengemis”.

Kita mendukung kompensasi dalam bentuk lain yang lebih produktif dan jauh lebih bermanfaat, seperti pangan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan penyediaan lapangan kerja. Program semacam itulah yang dibutuhkan masyarakat miskin dan hampir miskin agar mereka keluar dari lubuk kemiskinan. Program seperti itu pula yang dapat menurunkan angka kemiskinan secara struktural di negeri ini.

Kita tentu tak mau berandai-andai. Kita juga tak mau menaruh syak wasangka. Tapi kita harus jujur bahwa pembagian dana tunai kompensasi BBM sangat rentan diselewengkan demi kepentingan politik sesaat. Pandangan  publik bahwa kompensasi BBM lebih didasari kalkulasi-kalkulasi politik ketimbang ekonomi, sulit dibantah. Apalagi hasil penghematan dari kenaikan harga BBM bersubsidi relatif kecil, hanya sekitar Rp 30 triliun.

Jika ternyata kalkulasi politik menjadi pertimbangan utama kenaikan harga BBM bersubsidi, kita tentu layak menggugat. Apalagi tanpa menaikkan harga BBM bersubsidi pun, APBN sebetulnya aman karena pemerintah bisa menggunakan sisa anggaran lebih (SAL) yang masih sekitar Rp 96,6 triliun untuk menambal APBN yang bolong akibat kenaikan harga minyak.

Kita sepakat bahwa dana Rp 25 triliun bukanlah jumlah yang kecil, dan 18,65 juta KK juga bukan jumlah yang sedikit. Siapa pun bakal tergoda untuk memanfaatkannya. Bukankah Pemilu 2014 telah di depan mata, sehingga semua peserta pemilu sudah harus berdiri di garis start, bahkan —bila perlu— mencuri start?

Sumber : Investor Daily