Kamis, 11 Agustus 2016

Penguatan Bulog

 Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga-harga pangan. Berbagai cara dilakukan, termasuk melakukan operasi pasar dan melakukan impor pangan. Terkesan bisa stabil, tapi di posisi harga tinggi. Ini artinya, pasokan ramai lancar namun mahal.

Tak ingin harga-harga pangan bergejolak, pemerintah kemudian terus berusaha membereskannya agar menjadi lebih stabil dan mengidentifikasi seluruh kondisi pasar. Utamanya adalah pasar-pasar yang dibangun maupun diperbaiki dengan menggunakan dana Anggaran Pedapatan Belanja Negara (APBN).

Lebih dari itu, pemerintah akan menguatkan fungsi Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai lembaga penimbun pangan nasional. Nantinya, Bulog bisa menyerap seluruh hasil produksi yang dihasilkan oleh para petani maupun peternak di dalam negeri, khususnya yang masuk dalam kategori bahan kebutuhan pokok utama seperti beras, jagung, gula, cabai merah, bawang merah, dan daging sapi.

Pemerintah pun berjanji akan menyediakan anggaran 30 triliun rupiah untuk penguatan Bulog. Pemerintah juga akan menambah anggaran kalau dirasa kurang, terpenting Bulog harus mampu menyerap berapa pun hasil panen petani.

Bulog juga akan difungsikan melakukan intervensi pasar untuk mengambil dan membeli untuk beberapa komoditas utama itu Bulog, dapat penugasan utama. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi Bulog untuk tidak ada uang karena berapa pun yang dibutuhkan disiapkan oleh pemerintah dan dari cashflow Bulog itu akan mencukupi.

Pada satu sisi, rencana pemerintah menguatkan fungsi Bulog memang patut didukung. Toh, gagasan tentang penguatan Bulog sudah lama disarankan banyak pihak. Sebab, Bulog mempunyai pengalaman sebagai sebagai buffer atau penyangga ketahana pangan nasional.

Hanya saja, Bulog juga punya pengalaman pahit, yakni menjadi sarang rente. Untuk itu, sistem pengawasan dan transparansi pengelolaan pangan oleh Bulog mesti ketat, tak ada lagi kepentingan segelintir orang, apalagi titipan pejabat.

Berbagai kalangan meyakini penguatan Bulog akan mampu menjaga stabilitas harga pangan dan mampu menjaga minat petani untuk tetap menanam padi. Penguatan Bulog juga dipercaya akan dapat mewujudkan amanat Undang-Undang Nomor 18/ 2012 tentang Pangan guna mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan nasional.

Presiden Jokowi juga sudah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48/ 2016 tentang penugasan kepada Perum Bulog dalam rangka ketahanan pangan nasional. Dalam perpres ini Jokowi memberikan tugas dan tanggung jawab baru kepada Bulog. Perpres ini juga menegaskan bahwa pengadaan pangan oleh Perum Bulog diutamakan melalui pengadaan pangan dalam negeri. Dalam hal pengadaan pangan dalam negeri, jika tidak mencukupi, dapat dilakukan pengadaan pangan dari stok operasional Perum Bulog maupun dari luar negeri dengan tetap menjaga kepentingan produsen dan konsumen dalam negeri.

Selama ini, isu ketahanan pangan sudah menjadi komoditas politik sehingga banyak kalangan yang merasa berwenang melaksanakannya. Akibatnya, terjadi kerumitan birokrasi yang justru menghambat tujuan dari ketahanan pangan tersebut.

Semakin banyak lembaga atau kementerian yang terlibat seharusnya akan meringankan beban tugas yang diemban masing-masing kementerian, akan tetapi hal tersebut akan berjalan jika ada koordinasi yang baik antar instansi tersebut. Akhirnya kebijakan satu kementerian tidak didukung oleh kementerian lainnya dan bahkan terkadang malah bersimpangan.

Kita berharap penguatan fungsi Bulog merupakan bagian dari amanat UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, pasal 126-127 yang menyebutkan dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional, dibentuk lembaga Pemerintah yang menangani bidang Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

http://www.koran-jakarta.com/penguatan-bulog/

Selasa, 09 Agustus 2016

3 Menteri dan Dirut Bulog Kembali Bahas Masalah Pangan

Sejumlah menteri dan Dirut Bulog hari ini berkumpul di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengadakan rapat koordinasi terkait harga dan pasokan pangan nasional yang saat ini masih fluktuatif.

Adapun yang hadir pada rapat koordinasi ini adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.

Hadir pula Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti.

Rapat berlangsung dari pukul 09.30 WIB. Dari agenda yang diterima, selain soal pasokan dan harga pangan, dibahas pula rencana distribusi beras sejahtera (rastra) menggunakan voucher, serta perluasan pasar seperti Toko Tani Indonesia (TTI) dan Rumah Pangan Kita (RPK).

Pembahasan pangan dilakukan secara maraton sejak beberapa bulan belakangan. Kemarin, rapat koordinasi juga digelar di Mabes Polri membahas penanganan harga daging dan kartel pangan yang masih saja terjadi di rantai pasok.

http://finance.detik.com/read/2016/08/09/101521/3271346/4/3-menteri-dan-dirut-bulog-kembali-bahas-masalah-pangan

Potong Rantai Pasokan Pangan, ‘Bulog Mini’ Dibuat Sampai RT/RW

Panjangnya rantai pasokan adalah salah satu masalah yang membuat harga berbagai komoditas pangan di Indonesia relatif mahal dan tidak stabil. Banyak tengkulak, perantara, dan pedagang besar yang terlibat dalam rantai distribusi.

Perum Bulog mencoba mengurai masalah tersebut dengan membuat gerai-gerai Rumah Pangan Kita alias ‘Bulog Mini’. Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, bercita-cita membuat Bulog Mini hingga tingkat RT/RW.

Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan pangan yang harganya lebih terjangkau. Rumah Pangan bisa menjual barang dengan harga murah karena Bulog membeli langsung dari Petani, lalu mendistribusikannya ke Rumah Pangan tanpa perantara.

“Kita mencoba memperpendek distribusi dengan membangun rumah pangan. Kami ingin bangun di rumah-rumah, tiap RT/RW ada untuk memperpendek titik distribusi. Kalau itu jalan akan menyebabkan harga lebih ter-manage dan kualitas terkontrol,” kata Djarot, saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (8/8/2016).

Di Rumah Pangan Kita, masyarakat bisa mendapatkan bahan pangan pokok seperti beras, gula, bawang, dan sebagainya yang selalu tersedia dengan harga terjangkau. “Yang dijual adalah pangan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan sering bergejolak seperti beras, gula, bawang, minyak,” Djarot menjelaskan.

Saat ini, Bulog telah membuat 500 gerai Rumah Pangan Kita, paling banyak di kawasan Jabodetabek. “Sekarang sudah di atas 500 unit, paling banyak di Jabodetabek. Di beberapa tempat lain seperti di Yogyakarta mulai menggeliat, banyak yang mau kerja sama,” ucapnya.

Dengan semakin banyaknya gerai Rumah Pangan Kita, Bulog perlu menyiapkan sistem yang menjamin stok pangan selalu ada dan harganya terjangkau di setiap gerai.

“Sekarang kita siapkan sistem yang bisa mengontrol real time, jangan sampai barang nggak ada, jangan sampai barang dijual lebih mahal dari yang ditentukan,” pungkasnya.

https://tabunganinternet.com/keuangan/potong-rantai-pasokan-pangan-bulog-mini-dibuat-sampai-rtrw.html

Jumat, 03 Juni 2016

Bantu Pemerintah Biayai Infrastruktur, IIF Gandeng Anak Usaha Koperasi Bulog

Konsentrasi Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK dalam mendorong pembangunan infrastruktur sangat besar. Namun, tak semua proyek infrastruktur tersebut bisa dibiayai oleh dana APBN.

Perlu dukungan dari berbagai lembaga pembiayaan untuk mendorong pembangunan infrastruktur, salah satunya dari lembaga keuangan domestik, PT Indonesia Infrastruktur Finance (IIF). Dalam rangka membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, FII menggaet PT Kompelindo Infrastruktur yang merupakan anak usaha dari koperasi pegawai dan pensiunan Bulog Seluruh Indonesia (Kopindo) untuk melakukan pembiayaan bersama (co-financing).

Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk penandatanganan perjanjian yang dilakukan Presiden IIF Arisudono Soerono dengan Direktur Utama Kopelindo Infrastruktur Herianto Pribadi. Kegiatan tersebut disaksikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Direktur Utama Bulog yang juga sebagai Penasihat Kopelindo Djarot Kusumayakti dan Ketua Kopelindo Deddy SA Kodir.

"Kerja sama ini merupakan tonggak sejarah bagi kami. Dengan kerja sama ini menjadi perwujudan dari aspirasi kita semua untuk membantu pemerintah dalam membangun infrastruktur tanpa menggantungkan pada APBN," kata Arisudono dalam sambutannya di Hotel Santika Premier, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (3/6/2016).

Menurut Arisudono, pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dirinya yakin, dengaan kemampuan yang IIF miliki saat ini dan dengan bermitra dengan Kopelindo Infrastruktur Indonesia, tentunya bisa menujudkan percepatan dan pemerataan pembanginan infrastruktur di Indonesia.

Sementera itu Herianto menambahkan, kerja sama ini sangat strategis. Pihaknya memang memfokuskan pada tiga pembangunan infrastruktur yakni pada sektor transportasi terutama jalan tol, energi yakni pembangkit, dan energi dari sisi oil and gas.

Lebih jauh, tambah Herianto, berdasarkan amanah yang diberikan, Kopel Infrastruktur menargetkan investasi sebesar USD1 miliar dalam lima tahun ke depan, yang mana telah dianggarkan dana sebesar USD125 juta untuk mendukung rencana ini.

"Untuk titik awal dari kerja sama ini kami menyiapkan ekuitas USD500 miliar, dan target financing USD125 juta," jelas Herianto.

 http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/gNQYGJqN-bantu-pemerintah-biayai-infrastruktur-iif-gandeng-anak-usaha-koperasi-bulog





 

Infrastruktur Bulog Sudah Tidak Memadai

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui bahwa infrastruktur badan urusan logistik itu, kini sudah tidak ideal lagi dengan perkembangan kota di mana bangunan tersebut berdiri.

Untuk pergudangan misalnya, Djarot mengatakan, banyak gudang yang dibangun 15-20 tahun silam, kini letaknya tepat di jalan-jalan arteri.

Mobilitas barang dari dan menuju gudang tentu sulit di jalan-jalan arteri yang umumnya dipadati kendaraan umum maupun pribadi.

"Kita punya gudang di jalan-jalan utama. Kan sudah tidak cocok lagi untuk gudang. Artinya sudah mengganggu kota itu. Kan harus diubah, apakah menjadi fungsi perkantoran atau pasar modern," kata Djarot di Jakarta, Jumat (3/6/2016).

Tak mau aset Bulog terbengkalai, Djarot mendorong koperasi pegawai dan pensiunan Bulog, Kopelindo, untuk bisa memanfaatkan aset-aset tersebut secara optimal.

"Infrastruktur Bulog dibangun 15-20 tahun yang lalu. Pada saat itu cocok. Tapi dengan berjalannya waktu kan mungkin butuh perubahan, modernisasi maupun jumlahnya," imbuhnya.

Selain pemanfaatan aset secara optimal, Kopelindo juga diminta untuk ikut membangun infrastruktur pangan seperti pergudangan, silo, dan fasilitas pengolahan (processing).

Pasalnya, kata Djarot, sejauh ini Kopelindo baru bermain di infrastruktur bangunan seperti hunian bertingkat (residence).

"Kita juga ingin mereka membangun itu (infrastruktur pangan) untuk dimanfaatkan Bulog secara komersial. Sehingga Bulog tertolong, dan mereka (Kopelindo) juga mendapatkan margin," ujar mantan direktur BRI itu.

http://medan.tribunnews.com/2016/06/03/infrastruktur-bulog-sudah-tidak-memadai

Kamis, 02 Juni 2016

Operasi Bulog Keluar dari Pakem (SAPUAN GAFAR)



 Kekisruhan operasi pasar Bulog dalam rangka stabilisasi harga pangan terus dikeluhkan. Sebenarnya sejak 2011 operasi Bulog sudah keluar dari pakem yang biasa dipakai sebagai pedoman dasar sejak 1970.
Mengapa hal itu terjadi dan apa konsekuensinya?

Operasi Bulog didasarkan pada teoribufferstock yang diadopsi dari operasibufferstock untuk karet. Untuk beras dikenal sebagai "teori waduk", pada saat musim hujan menampung air yang berlebih, kemudian dialirkan pada musim kemarau. Untuk penerapan teori waduk diperlukan tiga instrumen pokok.

Pertama, kebijakan harga dasar (floor price) yang harus dijaga oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Bulog. Apabila harga cenderung turun di bawah harga dasar, diperlukan intervensi untuk menyerap surplus musiman sampai harga dasar aman.

Kedua, kebijakan harga batas atas (ceiling price) untuk ancar- ancar kapan diperlukan operasi pasar apabila harga cenderung naik di atas harga yang dikendalikan.

Ketiga, antara harga batas bawah dan harga batas atas harus ada selisih harga yang cukup merangsang perdagangan antarmusim dan antardaerah dengan memperhitungkan ongkos simpan, susut, dan biaya angkut. Oleh karena sistem operasi Bulog berdasarkan teori waduk, terdapat ciri-ciri khas yang membedakan dengan perusahaan pada umumnya.

Pertama, tak mengenal target jumlah yang akan dibeli, perencanaan didasarkan pada prognosis. Jika harga gabah/beras sudah di atas harga pembelian pemerintah (HPP), tak ada kewajiban untuk membeli (intervensi pasar). Prognosis dapat berubah di tengah jalan, misalnya terjadi kekeringan atau perubahan kebijakan pemerintah.

Kedua, tidak berebut barang di pasar apabila harga gabah/beras sudah di atas HPP.

Ketiga, tidak membentuk jaringan pembelian sampai petani sehingga tidak menyiapkan infrastruktur untuk keperluan itu.

Keempat, Bulog hanya beroperasi saat ada surplus musiman dan hanya membeli di daerah surplus produksi. Kelima, prinsip saling menjamin, pemerintah mengeluarkan anggaran untuk program peningkatan produksi padi, hasilnya dijamin oleh Bulog untuk dibeli sesuai dengan aturan yang berlaku.

Untuk itu Bulog mendapat kemudahan kredit yang dijamin oleh Menteri Keuangan, sedangkan Menteri Keuangan bersedia menjamin kredit Bulog karena adanya jaminan anggaran yang digunakan untuk cadangan beras pemerintah dan raskin.

Mengapa keluar pakem?

Perubahan mendasar pada pemasaran beras terjadi sejak 1990-an dan perubahan lebih besar lagi terjadi setelah krisis moneter 1997/1998. Perubahan pertama terjadi pada 1990-an dengan mulai berkembangnya perdagangan beras yang dibungkus dalam kemasan plastik 5 kg dan 10 kg disertai merek tertentu.

Muncul pula permintaan beras kristal yang dipoles dengan mesin khusus (KB). Ternyata inovasi ini mendapat respons baik dari konsumen yang didukung munculnya supermarket di kota- kota besar. Dengan demikian, mulai terjadi perubahan perdagangan beras yang sebelumnya dalam bentuk curah dengan kemasan 100 atau 50 kg menjadi kemasan kecil dan bermerek.

Perubahan kedua yaitu berkembangnya penggilingan keliling yang di Yogyakarta dinamakan mesin grandong. Penggilingan keliling ini menggunakan mesin Engelberg untuk mengupas kulit dan menyosoh, yang hasil berasnya mengandung butir patah yang tinggi.

Kelebihan penggilingan padi keliling adalah menjemput bahan baku di depan pintu rumah petani. Karena itu, kini terjadi perebutan bahan baku gabah yang ketat antara penggilingan padi keliling, penggilingan kecil, dan penggilingan besar. Di Kabupaten Bantul saja jumlah mesin grandong diperkirakan mencapai 700 buah lebih.

Selanjutnya, terjadi spesialisasi pengolahan gabah/beras, penggilingan kecil dan penggilingan keliling menghasilkan "beras asalan" dengan kadar air beras lebih dari 14 persen dan beras patah lebih dari 30 persen. Beras asalan ini kemudian diolah oleh penggilingan besar menjadi beras kualitas medium dengan broken berkisar 15-20 persen atau menjadi kualitas premium dengan memoles yang lebih bening lagi dan mengurangi beras patahnya yang selanjutnya dikemas dalam kemasan kecil.

Perubahan ketiga, mulai 2008-2010 para pemodal besar ikut meramaikan perdagangan beras, mereka sangat gesit menyerbu pasar gabah dan beras asalan untuk memenuhi langganan mereka berupa beras kelas medium yang dicirikan dengan kemasan curah 50 kg dan beras kelas premium yang dicirikan kemasan 5 kg dan 10 kg dengan merek tertentu serta beras kelas super dengan aroma khas yang hanya dapat dihasilkan dari daerah tertentu (ethnic rice).

Sebagai konsekuensi perubahan pasar dan pemasaran beras tersebut, mulai 2011 Bulog sulit mendapatkan beras sesuai persyaratan kualitas seperti yang di dalam instruksi presiden disebut beras kelas medium. Hal ini sebenarnya akibat perebutan bahan baku berupa gabah dan "beras asalan" sehingga membuat harga pembelian Bulog yang ditetapkan oleh pemerintah selalu di bawah harga pasar.

Oleh karena tekanan pemerintah dan publik bahwa Bulog kalah dengan swasta, mulai 2011 Bulog mengatasinya dengan mengalah pada keadaan pasar dengan berebut barang di pasar sehingga akhirnya terjadi keluhan-keluhan penerima raskin.

Keadaan yang sama juga terjadi pada pemerintahan Jokowi, karena manajemen Perum Bulog dianggap lamban dalam pembelian beras pada 2015. Dua direkturnya dicopot sekaligus, tetapi ini tidak menyelesaikan masalah karena pembelian juga tidak mencapai target.

Model swasembada

Sebenarnya, kekisruhan operasi Bulog ini diakibatkan oleh kesalahan kita dalam melihat model swasembada beras yang masih melihat keadaan kita sama dengan 30 tahun yang lalu. Padahal, keadaan yang kita hadapi sudah berubah, paradigmanya sudah berubah dari komoditas menjadi produk. Ciri pemasaran dalam bentuk produk itu antara lain orientasi konsumen didasarkan pada market driven atau didorong oleh pasar. Padahal, cara berpikir adalah bagaimana memproduksi sebanyak-banyaknya dengan tidak memedulikan kemauan konsumen.

Karena itu, model swasembada ke depan dalam era perdagangan bebas ASEAN disarankan berupa swasembada dalam pengertian "surplus neraca perdagangan pangan". Komoditas dan produk yang mempunyai daya saing didorong untuk diekspor, termasuk beras jenis tertentu.

Kita punya produk beras hitam dan beras merah untuk melayani permintaan khusus bagi mereka yang diet dan penderita diabetes sehingga perlu dikembangkan untuk dalam negeri dan ekspor. Beras aromatik dari Sulawesi Selatan yang disukai konsumen Timur Tengah pun perlu didorong untuk bisa diekspor.

Neraca perdagangan pangan kita sebenarnya sudah surplus sejak 1990-an karena didukung oleh ekspor hasil perkebunan pangan dan perikanan. Untuk itu, perlu terus didorong guna menutup defisit impor biji-bijian dan ternak/daging.

Tugas Perum Bulog adalah fokus untuk memelihara cadangan pangan (cadangan beras pemerintah, ASEAN Food Security Reserve dan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR), yaitu Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan), serta melayani pelanggan PSO/komersial serta perdagangan internasional.

Dalam rangka sinergi, tugas Perum Bulog diharapkan ditingkatkan menjadi perusahaan holding di bidang pangan yang bersinergi dengan perusahaan yang bergerak di bidang produksi, industri pengolahan, logistik (angkutan dan pergudangan, bongkar muat), perdagangan, dan lain-lain.

SAPUAN GAFAR, MANTAN WAKABULOG

http://doa-bagirajatega.blogspot.co.id/2016/06/operasi-bulog-keluar-dari-pakem-sapuan.html



Sabtu, 28 Mei 2016

1.240 Ton Bawang Merah Masih di Gudang, Ini Penjelasan Bulog

Sebanyak 1.240 ton bawang merah yang diangkut dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), ke Jakarta masih tersimpan di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara, sejak Rabu (25/5/2016) lalu.

Kementerian Pertanian (Kementan) khawatir bawang merah tersebut membusuk karena tidak segera dibongkar dari truk. Bulog diminta segera mendistribusikan bawang-bawang itu agar tidak rusak.

Terkait masalah ini, Perum Bulog menjelaskan bahwa bawang merah itu tidak didiamkan saja, Bulog terus mendistribusikan bawang merah ke pasar dalam rangka stabilisasi harga sebagaimana ditugaskan oleh pemerintah.

Namun, bawang merah yang digelontorkan tidak bisa sekaligus banyak, harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Sebagian bawang merah juga sengaja disimpan untuk stok Bulog.

"Ada yang untuk stok, distribusinya juga harus kita atur iramanya, tergantung kemampuan pasar menyerap. Kita distribusikan terus sampai persiapan lebaran," kata Sekretaris Perusahaan Bulog, Djoni Nur Ashari, kepada detikFinance di Jakarta, Sabtu (28/5/2016).

Masih banyaknya bawang merah yang tersimpan di gudang ini, sambungnya, bukan karena Bulog kesulitan menjual bawang asal Bima. "Bentuk bawangnya kan sama saja, masyarakat tahunya bawang merah," tukas dia.

Bulog sendiri telah menggelontorkan 300 ton bawang merah sejak tanggal 15 Mei 2016 untuk operasi pasar. "Bawang merahnya dari Nganjuk, Malang, Bima, dan sebagainya. Kita jual ke pasar induk dan pasar-pasar eceran," ujarnya.

Operasi pasar akan terus dilakukan agar masyarakat tidak terbebani oleh harga bawang merah yang mahal saat lebaran nanti. "Kita jual bawang maksimal Rp 25.000/kg," tutup Djoni.

http://finance.detik.com/read/2016/05/28/123217/3219907/4/1240-ton-bawang-merah-masih-di-gudang-ini-penjelasan-bulog

Harga Bawang Merah Mulai Turun, Bawang Putih Naik

Harga bawang merah di Jakarta masih tinggi. Meski demikian, harganya mulai beranjak turun.

Berdasarkan pantauan detikFinance di Pasar Minggu, Jakarta, pagi ini harga bawang merah mengalami sedikit penurunan dibanding minggu lalu.

Pekan lalu harga bawang merah Rp 45.000/kg, hari ini menjadi Rp 40.000/kg. Sementara harga bawang putih naik dari Rp 40.000/kg menjadi Rp 45.000/kg.

"Bawang merah turun dari Rp 45.000/kg menjadi Rp 40.000/kg. Tapi bawang putih naik, kemarin-kemarin Rp 40.000/kg sekarang Rp 45.000/kg," tutur salah seorang pedagang, Narti, kepada detikFinance di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (28/5/2016).

Narti menambahkan, kenaikan harga juga terjadi pada wortel. Harga wortel merangkak dari Rp 11.000/kg menjadi Rp 15.000/kg menjelang puasa ini. Penurunan harga terjadi pada tomat, dari sebelumnya Rp 18.000/kg menjadi Rp 13.000/kg. "Yang lagi naik sekarang wortel, yang turun tomat," ucapnya.

Sedangkan harga beras masih stabil karena adanya panen di berbagai daerah. Harga beras kualitas medium masih di kisaran Rp 8.000/kg. Tetapi pasokan beras premium agak tersendat.

"Beras stabil karena lagi ada panen, sekitar 8.000/kg untuk yang warnanya agak kuning (medium). Kalau yang beras putih (premium) sekarang agak susah dapatnya, mungkin karena sinar matahari kurang," tutur salah seorang pedagang beras, Aji.

Adapun harga daging sapi masih stabil tinggi di atas Rp 100.000/kg. "Pasokan daging sapi masih lancar. Harganya tergantung kualitasnya, ada yang Rp 100.000/kg, ada yang Rp 120.000/kg," ucap pedagang daging sapi, Sandi.

http://finance.detik.com/read/2016/05/28/104253/3219857/4/harga-bawang-merah-mulai-turun-bawang-putih-naik

Rabu, 18 Mei 2016

Berpacu Menyerap Gabah Petani



KESTABILAN harga pangan menjadi fokus pemerintah terutama di masa-masa krusial menjelang Ramadan serta Lebaran. Cara yang ditempuh ialah dengan menjaga pasokan sekaligus mempercepat penyerapan bahan pangan sejak jauh hari. 

"Kita akan lakukan percepatan dalam 45 hari ke depan. Serapan gabah akan kita percepat," ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Jakarta, kemarin.

Ia mengungkapkan percepat­an itu dilakukan karena selain Ramadan dan Lebaran, akan ada masa-masa kritis lain yaitu pada Juli, Agustus, dan September yang di tahun-tahun sebelumnya kerap terjadi paceklik. "Itu masa-masa kritis, jadi kita genjot dari sekarang," jelasnya.

Dalam upaya penyerapan itu, Kementan akan bekerja sama dengan Perum Bulog dan TNI. Dengan kolaborasi itu ditargetkan, penyerapan tidak kurang dari 50 ribu ton gabah setiap hari. "Dari awal tahun sampai saat ini, stok beras sudah 2 juta ton, hampir dua kali lipat dari tahun lalu di periode sama," tutur Amran.

Kegesitan menyerap gabah juga sudah terlihat di daerah. Humas Bulog Subdivre Banyumas M Priyono mengungkapkan penyerapan gabah di wilayahnya telah mencapai 32,7 ribu ton. Stok itu mampu mencukupi kebutuhan hingga Agustus 2016.

"Dengan stok sekarang, kebutuhan untuk 415 ribu lebih rumah tangga sasaran di Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara aman."

Sementara itu, Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan penyerapan gabah langsung dari petani harus dilakukan dengan harga yang sesuai. Untuk itu, ia menggarisbawahi peran penting koperasi desa yang mestinya juga dirangkul dalam menyerap gabah.

"Bulog harus bekerja sama dengan koperasi-koperasi petani. Untuk itu, pemerintah harus segera mengeluarkan platform kebijakan pangan yang mengatur kerja sama Bulog dengan koperasi petani," tegasnya.

http://www.mediaindonesia.com/news/read/45968/berpacu-menyerap-gabah-petani/2016-05-18

Bulog Janji Siapkan 23 Ribu Ton Bawang Merah

Perusahaan umum Badan Urusan Logistik Bulog siap menyediakan bawang merah hingga 23 ribu ton hingga lebaran nanti. Sedangkan bawang erah yang dibutuhkan sekitar 12.600 ton.

Suplai ke pasar induk dilakukan agar pedagang besar tak bisa memonopoli pasokan dan harga saat Puasa dan Lebaran. Direktur utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, Bulog akan melakukan operasi pasar bawang sebanyak 300 ton per hari.

Hal itu untuk menstabilkan harga bawang yang saat ini sudah menyentuh Rp 48 ribu per kg di Pasar Mampang Prapatan. Sementara itu, rata-rata harga bawang di Jakarta saat ini sebesar Rp 42 ribu per kg.

 Tiap hari Pasar Induk Kramat Jati ada 20 truk, Pasar Induk Cibitung (10), Pasar Induk Tanah Tinggi (15 truk), serta pasar lain di Jawa Barat dan Banten. Nantinya harag diharapkan di bawag Rp 25 ribu per kilogram.

”Jadi pemain bawang merah diyakini tidak akan menjadi kesulitan khusus bagi Bulog. Karena bawang merah ini sebenarnya tidak butuh infrastruktur kompleks. Yang sudah Bulog punya, atau Bulog bisa sewa infrastruktur dari BUMN lain, itu sudah cukup. Persoalan bawang merah adalah manajemen stoknya karena dia bukan barang yang tahan lama,” ungkap Djarot,S enin (16/5) kemarin.

http://www.jpnn.com/read/2016/05/18/411149/Bulog-Janji-Siapkan-23-Ribu-Ton-Bawang-Merah-

Raskin Akan Diganti Voucher Pangan, Apakah Peran Bulog Dihapuskan?

Pemerintah berencana meluncurkan voucher pangan yang akan menggantikan program beras miskin (Raskin). Namun, kebijakan ini dikhawatirkan akan menghilangkan peran Bulog dalam penyediaan raskin.

"Dengan adanya voucher ini peran Bulog sebagai institusi yang menjaga stablilisasi harga bisa hilang," jelas Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/5/2016).

Herman menyarankan, peran Bulog tetap dipertahankan dengan cara voucher pangan itu bisa dipakai untuk membeli beras di Bulog.

"Kalau sekarang kan Bulog jadi outlet. Tapi bisa kalau dengan voucher tetapi membelinya ke Bulog," kata Herman.

Diharapkan nantinya Bulog dapat berperan sebagai penyedia komoditas pangan. Sehingga nantinya masyarakat dengan mudah mendapatkan pangan dengan harga yang relatif stabil.

"Artinya peran voucher ini jangan sampai menggeser peran Bulog untuk menjamin keterjangkauan dan ketersediaan pangan di masyarakat. Itu boleh vouchernya di masyarakat subsidinya di masyarakat tapi barangnya ada dari Bulog," pungkas Herman.

Dengan adanya peran Bulog dalam menyediakan raskin, maka diharapkan belanja masyarakat dengan voucher pangan dapat lebih efisien.

"Kalau ke pasar kan tergantung harga pasar, kalau yang nentuin harga pedagang, maka 15,5 juta orang yang biasa terima Raskin dengan harga Rp 1600/kg mereka harus beli dengan hrga Rp 8000/kg sampai Rp 8500/kg untuk beras KW 3," tutup Herman.

http://finance.detik.com/read/2016/05/18/182142/3213576/4/raskin-akan-diganti-voucher-pangan-apakah-peran-bulog-dihapuskan

Kamis, 05 Mei 2016

Stok Beras Aman hingga Agustus

Perum Bulog Divre Jawa Tengah hingga akhir April lalu telah melakukan penyerapan beras hingga 30 persen dari target di tahun 2016 yaitu sebesar 144.000 ton dari target total sebanyak 505.000 ton.

Kepala Perum Bulog Divre Jateng, Usep Karyana mengatakan, jika dibandingkan periode sama tahun lalu, penyerapan beras kali ini jauh lebih baik. Bahkan naik hingga empat kali lipat dari periode yang sama di tahun lalu. “Naiknya cukup signifikan, Yaitu dari 34.000 ton setara beras pada periode Januari – April tahun lalu, menjadi 505.000 ton,” ujarnya.

Menurutnya, tingginya penyerapan beras di tahun ini terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya faktor cuaca yang lebih baik di tahun sebelumnya, kemudian harga yang cenderung lebih stabil.

Sementara itu, hingga April lalu, penyerapan beras masuk dalam kondisi yang cukup tinggi. Rata-rata serapan per hari saat ini mencapai antara 4.500-5.000 ton per hari setara beras, atau 10.000 ton gabah.

Dengan penyerapan beras tertinggi masih didominasi dari wilayah Bulog Sub Divre Pati yang memberikan kontribusi hingga 40 persen dari total penyerapan beras di Jateng. Disusul kemudian Bulog Sub Divre Semarang, Solo, Pekalongan, Banyumas dan Kedu.

Melihat kondisi penyerapan yang ada saat ini, lanjutnya, Bulog optimis stok beras di Jateng mampu menopang ketahanan pangan hingga bulan Agustus mendatang. Belum lagi, pada bulan Mei masih berlangsung masa puncak panen. “Ketahanan stok beras bisa sampai pertengahan Agustus. Prediksi puncak panen ini di April dan Mei. Sedangkan untuk Lebaran besok, stok pun bisa dipastikan aman,” tandasnya.

http://www.radarsemarang.com/20160505/stok-beras-aman-hingga-agustus

Bulog: Alhamdulillah Beras Aman Sampai Lebaran



Dirut Perum Bulog, Djarot Kusumayakti memastikan stok ketersedian beras mencukupi jelang bulan puasa dan lebaran tahun 2016, Djarot mengaku saat ini gudang Bulog menyimpan setidaknya 1,9 juta ton beras. 

"Serapan beras alhamdulillah masih diatas 25 ribu per hari, sampai kemarin kita punya serapan kira-kira 870 ribu ton, stok kita masih dikisaran 1,850 juta ton hampir 1,9 juta ton," papar Djarot di Kantor Kemenko Ekonomi, Rabu Malam (4/5/2016).

Djarot pun menjamin stok tersebut sangat memadai sampai lebaran usai, mengingat masih ada beberapa daerah yang masih berpotensi untuk melakukan panen raya. "Insha Allah cukup," ujanya.
Untuk cadangan beras pemerintah (CBP), Djarot memperkirakan dari stok 1,9 juta ton tersebut ada sekitar 200 ribu ton hingga 250 ribu ton beras CBP. "CBP-nya saya gak terlalu ingat, mungkin 200-250 ribu ton," katanya.

Terkait adanya tudingan oknum penimbun beras jelang puasa dan lebaran, Djarot tidak ingin berspekulasi lebih jauh terkait hal itu, namun dirinya hanya mengatakan tugas dirinya hanya melakukan intervensi ketika dirasa harga pangan sudah tidak wajar. "Saya kira mungkin saja ada, saya kira kita tidak perlu mempermasalahkan sana, karenakan itu hak setiap orang, mereka kan berusaha, yang bagus adalah mengintervensi," dalih Djarot.

http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2293349/bulog-alhamdulillah-beras-aman-sampai-lebaran