Kamis, 11 Agustus 2016

Penguatan Bulog

 Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga-harga pangan. Berbagai cara dilakukan, termasuk melakukan operasi pasar dan melakukan impor pangan. Terkesan bisa stabil, tapi di posisi harga tinggi. Ini artinya, pasokan ramai lancar namun mahal.

Tak ingin harga-harga pangan bergejolak, pemerintah kemudian terus berusaha membereskannya agar menjadi lebih stabil dan mengidentifikasi seluruh kondisi pasar. Utamanya adalah pasar-pasar yang dibangun maupun diperbaiki dengan menggunakan dana Anggaran Pedapatan Belanja Negara (APBN).

Lebih dari itu, pemerintah akan menguatkan fungsi Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai lembaga penimbun pangan nasional. Nantinya, Bulog bisa menyerap seluruh hasil produksi yang dihasilkan oleh para petani maupun peternak di dalam negeri, khususnya yang masuk dalam kategori bahan kebutuhan pokok utama seperti beras, jagung, gula, cabai merah, bawang merah, dan daging sapi.

Pemerintah pun berjanji akan menyediakan anggaran 30 triliun rupiah untuk penguatan Bulog. Pemerintah juga akan menambah anggaran kalau dirasa kurang, terpenting Bulog harus mampu menyerap berapa pun hasil panen petani.

Bulog juga akan difungsikan melakukan intervensi pasar untuk mengambil dan membeli untuk beberapa komoditas utama itu Bulog, dapat penugasan utama. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi Bulog untuk tidak ada uang karena berapa pun yang dibutuhkan disiapkan oleh pemerintah dan dari cashflow Bulog itu akan mencukupi.

Pada satu sisi, rencana pemerintah menguatkan fungsi Bulog memang patut didukung. Toh, gagasan tentang penguatan Bulog sudah lama disarankan banyak pihak. Sebab, Bulog mempunyai pengalaman sebagai sebagai buffer atau penyangga ketahana pangan nasional.

Hanya saja, Bulog juga punya pengalaman pahit, yakni menjadi sarang rente. Untuk itu, sistem pengawasan dan transparansi pengelolaan pangan oleh Bulog mesti ketat, tak ada lagi kepentingan segelintir orang, apalagi titipan pejabat.

Berbagai kalangan meyakini penguatan Bulog akan mampu menjaga stabilitas harga pangan dan mampu menjaga minat petani untuk tetap menanam padi. Penguatan Bulog juga dipercaya akan dapat mewujudkan amanat Undang-Undang Nomor 18/ 2012 tentang Pangan guna mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan nasional.

Presiden Jokowi juga sudah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48/ 2016 tentang penugasan kepada Perum Bulog dalam rangka ketahanan pangan nasional. Dalam perpres ini Jokowi memberikan tugas dan tanggung jawab baru kepada Bulog. Perpres ini juga menegaskan bahwa pengadaan pangan oleh Perum Bulog diutamakan melalui pengadaan pangan dalam negeri. Dalam hal pengadaan pangan dalam negeri, jika tidak mencukupi, dapat dilakukan pengadaan pangan dari stok operasional Perum Bulog maupun dari luar negeri dengan tetap menjaga kepentingan produsen dan konsumen dalam negeri.

Selama ini, isu ketahanan pangan sudah menjadi komoditas politik sehingga banyak kalangan yang merasa berwenang melaksanakannya. Akibatnya, terjadi kerumitan birokrasi yang justru menghambat tujuan dari ketahanan pangan tersebut.

Semakin banyak lembaga atau kementerian yang terlibat seharusnya akan meringankan beban tugas yang diemban masing-masing kementerian, akan tetapi hal tersebut akan berjalan jika ada koordinasi yang baik antar instansi tersebut. Akhirnya kebijakan satu kementerian tidak didukung oleh kementerian lainnya dan bahkan terkadang malah bersimpangan.

Kita berharap penguatan fungsi Bulog merupakan bagian dari amanat UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, pasal 126-127 yang menyebutkan dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional, dibentuk lembaga Pemerintah yang menangani bidang Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

http://www.koran-jakarta.com/penguatan-bulog/

Selasa, 09 Agustus 2016

3 Menteri dan Dirut Bulog Kembali Bahas Masalah Pangan

Sejumlah menteri dan Dirut Bulog hari ini berkumpul di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengadakan rapat koordinasi terkait harga dan pasokan pangan nasional yang saat ini masih fluktuatif.

Adapun yang hadir pada rapat koordinasi ini adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.

Hadir pula Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti.

Rapat berlangsung dari pukul 09.30 WIB. Dari agenda yang diterima, selain soal pasokan dan harga pangan, dibahas pula rencana distribusi beras sejahtera (rastra) menggunakan voucher, serta perluasan pasar seperti Toko Tani Indonesia (TTI) dan Rumah Pangan Kita (RPK).

Pembahasan pangan dilakukan secara maraton sejak beberapa bulan belakangan. Kemarin, rapat koordinasi juga digelar di Mabes Polri membahas penanganan harga daging dan kartel pangan yang masih saja terjadi di rantai pasok.

http://finance.detik.com/read/2016/08/09/101521/3271346/4/3-menteri-dan-dirut-bulog-kembali-bahas-masalah-pangan

Potong Rantai Pasokan Pangan, ‘Bulog Mini’ Dibuat Sampai RT/RW

Panjangnya rantai pasokan adalah salah satu masalah yang membuat harga berbagai komoditas pangan di Indonesia relatif mahal dan tidak stabil. Banyak tengkulak, perantara, dan pedagang besar yang terlibat dalam rantai distribusi.

Perum Bulog mencoba mengurai masalah tersebut dengan membuat gerai-gerai Rumah Pangan Kita alias ‘Bulog Mini’. Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, bercita-cita membuat Bulog Mini hingga tingkat RT/RW.

Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan pangan yang harganya lebih terjangkau. Rumah Pangan bisa menjual barang dengan harga murah karena Bulog membeli langsung dari Petani, lalu mendistribusikannya ke Rumah Pangan tanpa perantara.

“Kita mencoba memperpendek distribusi dengan membangun rumah pangan. Kami ingin bangun di rumah-rumah, tiap RT/RW ada untuk memperpendek titik distribusi. Kalau itu jalan akan menyebabkan harga lebih ter-manage dan kualitas terkontrol,” kata Djarot, saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (8/8/2016).

Di Rumah Pangan Kita, masyarakat bisa mendapatkan bahan pangan pokok seperti beras, gula, bawang, dan sebagainya yang selalu tersedia dengan harga terjangkau. “Yang dijual adalah pangan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan sering bergejolak seperti beras, gula, bawang, minyak,” Djarot menjelaskan.

Saat ini, Bulog telah membuat 500 gerai Rumah Pangan Kita, paling banyak di kawasan Jabodetabek. “Sekarang sudah di atas 500 unit, paling banyak di Jabodetabek. Di beberapa tempat lain seperti di Yogyakarta mulai menggeliat, banyak yang mau kerja sama,” ucapnya.

Dengan semakin banyaknya gerai Rumah Pangan Kita, Bulog perlu menyiapkan sistem yang menjamin stok pangan selalu ada dan harganya terjangkau di setiap gerai.

“Sekarang kita siapkan sistem yang bisa mengontrol real time, jangan sampai barang nggak ada, jangan sampai barang dijual lebih mahal dari yang ditentukan,” pungkasnya.

https://tabunganinternet.com/keuangan/potong-rantai-pasokan-pangan-bulog-mini-dibuat-sampai-rtrw.html