Pengadaan 4,1 juta ton beras bukan
mimpi di siang bolong.
Strategi jaringan
semut Bulog dalam pengadaan beras dalam negeri di tengah berubahnya pola panen
tahun 2012, sedang diuji publik. Tepatnya, sedang diuji pasar, yang notabene
adalah para petani.
Adu balap dan adu
cepat Bulog dengan para pedagang besar beras sangat ditentukan mana yang paling
tinggi harga penawarannya dan mana yang paling deregulatif. Ada baiknya,
strategi bisnis Bulog dievaluasi secara saksama, agar target pengadaan dalam
negeri Bulog 2012 sebesar 4,1 juta ton setara beras, bukan menjadi mimpi di
siang bolong.
Pasalnya, selain
dihadapkan pada pedagang yang makin kuat modal dan deregulatif, Bulog juga
dihadapkan pada pola panen yang berubah. Panen raya tidak ada lagi, yang ada
panen berlangsung terus-menerus kecil-kecil hingga Agustus 2012.
Pernyataan ini
dikemukakan sejumlah pelaku perberasan dan juga profesor marketing (The
Associate Professor of Marketing), National University of Singapore, pria paruh
baya berkebangsaan Jerman Jochen Wirtz dan Profesor Sulastri Soerono, Guru
Besar Manajemen UI, mantan staf ahli Bulog era 1995-2005. Kedua pakar ini
melihat kondisi pasokan beras dari hulu pada tahun ini, seperti 2011 yakni
sangat ketat karena volume panen yang menurun.
Di tengah kondisi
suplai yang ketat, hukum pasar berlaku, wajar saja jika sektor hulu diwarnai
persaingan yang juga ketat antara Bulog dan pedagang. Ketatnya suplai
disebabkan pola panen berubah akibat perubahan iklim. Tahun ini tidak ada lagi
musim panen raya. Panen berlangsung terus-menerus mulai akhir Februari hingga
Agustus.
Menurut Jochen,
pola perdagangan beras di Indonesia mengikuti pola liberalisasi pasar global.
Pedagang besar beras sangat ekspansif dalam menetapkan policy harga pembelian
untuk mengalahkan pesaingnya yakni Bulog. Untuk itu, Bulog akan semakin tidak
efektif perannya dalam fungsi pengadaan/pembelian dalam negeri jika dalam
penetapan harganya menggunakan cara diumumkan kepada publik.
“Jadi, menurut
saya, Bulog ini harus tahu strategi apa yang perlu diumumkan dan apa yang tidak
perlu diumumkan. Kalau harga sampai diketahui lawan bisnisnya, Bulog bisa
kalah,’’ kata Jochen kepada SH, akhir pekan lalu.
Strategi
marketing intelligent, kata Jochen, rupanya sudah dipakai oleh pedagang besar.
Jadi, Bulog sebaiknya tidak mengumumkan berapa harga pembeliannya ke petani.
Kebijakan
mengumumkan harga pembelian HPP melalui Inpres, sekalipun nantinya akan
direvisi atau dinaikkan harganya berkali-kali seperti kejadian 2011 dengan
kenaikan harga hingga enam kali, jika itu diumumkan terlalu terbuka ke pasar,
akan dimanfaatkan pedagang untuk menaikkan harga penawaran mereka ke petani.
Keberanian
Sulastri
menyarankan agar Bulog menderegulasikan persyaratan pasok bagi para petani.
Jika selama ini Bulog memberlakukan sejumlah syarat yang ketat, kemudian
disiasati pihak lawan kalangan pengusaha penggilingan dengan meniadakan
persyaratan penjualan gabah para petani ke penggilingannya, Bulog harus
memiliki keberanian meniadakan persyaratan bisnis tersebut.
Selanjutnya, jika
pihak lawan mulai memberikan insentif bagi petani berupa model pembayaran gabah
dengan sistem sebagian dibayar di muka atau semacam DP, Bulog harus mampu
menawarkan insentif yang lebih menarik dari itu.
Kelemahan
strategi Bulog dalam cara menetapkan harga pembelian melalui model terbuka atau
diumumkan ini setidaknya terbukti dari harga pasar pembelian gabah di sektor
hulu.
Terbukti di
Jateng dan Jatim sebagai provinsi pemasok terbesar nasional Bulog, harga pasar
gabah di sektor hulu pekan ini sudah di atas HPP. Untuk GKP di level Rp 3.800
(harga HPP Bulog Rp 3.300), sedangkan untuk beras di level Rp 6.700-6.900 per
kg (harga HPP Bulog Rp 6.600).
“Jadi, ketika
Bulog mengumumkan HPP gabah Rp 3.300, pedagang langsung menaikkan harga
pembeliannya menjadi Rp 3.400, kemudian harga pembelian ini direli sampai Rp
3.800. Selisihnya memang hanya Rp 100, sepertinya nilainya kecil.Tapi itu sudah
berhasil memindahkan pangsa pasok (supply share) Bulog kepada pedagang. Belum
lagi insentif pembelian dengan DP dan persyaratan kadar air yang ditiadakan
oleh para pedagang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar