Bila anda menjadi seorang pemimpin atau anda mendapat amanah
menjadi seorang pemimpin, maka anda harus mampu mawas diri. Tidak sombong, dan
memiliki kerendahan hati. Harus berani dikritik, dan siap menerima kecaman dari
bawahan. Tetapi yakinlah bila anda mampu memberikan keteladanan atau contoh
yang baik kepada orang-orang yang anda pimpin, maka mereka pun akan sungkan
dengan anda. Merekapun akan malu bila tak seide atau tak sependapat dengan
pemimpinnya. Sebab keteladanan adalah cara jitu dalam memimpin.
Sekarang ini, banyak pemimpin yang mau benarnya sendiri. Tak
peduli dengan omongan orang bawahan. Padahal, seorang pemimpin itu harus
lebih banyak mendengar, dan melayani dengan sepenuh hati orang-orang yang
dipimpinnya. Bukan justru minta dilayani, dan banyak ngomongnya. Itulah yang
saya lihat dari karakter pejabat saat ini.
Bila kita mampu memberikan contoh yang baik, dan satu
kata antara perkataan dan perbuatan, maka orang yang dipimpin oleh anda
akan takluk dan tunduk dengan kepemimpinan anda. Tetapi bila anda tak banyak
memberikan contoh, lalu selalu menyalahkan bawahan anda, maka apapun yang anda
katakan akan disepelekan. Orang betawi bilang, “Kagak Ngepek”. Artinya,
omongan pemimpin sudah tidak didengar lagi oleh orang yang
dipimpinnya. Kalau sudah begitu, seorang pemimpin harus instrospeksi
diri. Bacalah istighfar memohon ampun kepada Allah.
Keteladanan seorang pemimpin saat ini mungkin menjadi barang
langka di negeri ini. Menjadi pemimpin di negeri ini bukan untuk melayani,
tetapi justru minta dilayani. Kalau ada urusan duit, maka pemimpin yang seperti
itu akan berdiri di depan, dan bila tak ada duitnya dia akan lesu tak bernafsu.
Keteladanan seorang pemimpin sebenarnya ada dalam diri kita.
Misalnya bila kita beragama Islam, maka setiap kali mendengar suara adzan
dilantunkan dari rumah Allah, maka segeralah berhenti dari pekerjaan. Lalu
lakukan sholat berjamaah. Dengan sholat berjamaah selain pahalanya
berlipat ganda, di situ ada kedisiplinan soal waktu. Kita menjadi tepat
waktu dalam menegakkan sholat. Bila pemimpin yang tak amanah, maka cuek saja
bila suara adzan terdengar. Baginya, pekerjaannya adalah Tuhannya.
Contoh pemimpin yang baik adalah tepat waktu, dan
tidak membiarkan orang lain menunggu. Baginya waktu bagaikan pedang. Bila tak
tepat waktu, maka dia tak akan memberikan keteladanan yang baik. Itu baru soal
waktu, dan belum soal lainnya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang tepat
waktu.
Keteladanan adalah kunci pendidikan sepanjang masa. Siapa
yang mampu memberikan contoh yang baik, maka dia akan menjadi seorang pemimpin
yang sejati. Tak perlu banyak omong cukup keteladanan saja. Ajak orang lain
dengan tindakan nyata dan bukan kata-kata.
Menjadi seorang pemimpin selain memberikan contoh dan
tauladan yang baik, Dia juga sudah harus siap untuk mendapatkan masukan dan
saran dari bawahan ke arah perbaikan kinerjanya. Bila ada bawahan yang
mengkritiknya, justru dia bersyukur. Bukan justru mencari-cari kesalahan orang
yang mengkritiknya.
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik
dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang
yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi
pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang
memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya
dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu
tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR
Muslim).
Sungguh hadits ini mengingatkan kita untuk selalu
berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang tua yang telah memiliki
anak. Kita dituntut lebih hati-hati dalam memberikan contoh. Sengaja atau
tidak, ada efek negatif maupun positif. Kesalahan dalam membentuk karakter anak
misalnya tanpa sengaja dapat terjadi dengan keteladanan yang buruk. Akibatnya
bisa fatal, yaitu membentuk karakter yang rusak. Anak kita pun tak
menjadi anak yang sholeh.
Sebagai seorang pendidik saya berusaha keras untuk
memberikan keteladanan di depan peserta didik. Bila saya tak memberikan contoh
yang baik, maka anak-anakpun akan“mencla-mencle” bila bertemu dengan
saya sebagai gurunya. Keteladanan dalam dunia pendidikan adalah sangat penting,
apalagi kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah berupa anak-anak, maka kita
harus menjadi teladan yang baik buat anak-anak. Kita harus bisa menjadi figur yang
ideal bagi anak-anak. Kita harus menjadi panutan yang bisa mereka andalkan
dalam mengarungi kehidupan ini.
Para pembaca yang saya banggakan. Keteladanan seorang
pemimpin akan terlihat ketika dia marah. Pada saat itulah
sebenarnya musuh utamanya. “Seorang pemimpin yang tak mampu menahan
marah, maka sesungguhnya dia bukanlah seorang pemimpin”.
Keteladanan sangat kita butuhkan sekarang di semua sisi
kehidupan, baik berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar,
sekolah, masyarakat,umat, negara dan bangsa. Keteladanan yang kita lihat saat
ini sudah mulai berkurang sehingga tatanan negara, bangsa, umat dan keluarga
akhir-akhir ini menjadi sangat buruk. Tentu kita prihatin akan hal ini. Kita
kekurangan pemimpin bangsa yang mampu memberikan keteladanan.
Solusinya adalah mari menjadi seorang pemimpin yang mampu
memberikan keteladanan, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Tak perlu sibuk
mencari kesalahan orang lain, karena sesungguhnya kita yang masih banyak
kekurangannya dalam memimpin. Terutama memimpin diri kita sendiri.
Bila anda sudah menjadi orang tua, maka jadilah orang tua
yang mampu memberikan keteladanan untuk anak-anak kita. Karena keteladanan
seorang ayah dan ibu yang baik, maka sang anak bisa menjadi anak yang shaleh,
berbakti dan mampu menyenangkan kedua orang tuanya.
Bila anda seorang guru, maka jadilah guru yang mampu
memberikan keteladanan. Karena keteladanan seorang guru dan
pengajar, seorang murid/siswa mampu dididik menjadi pelajar yang tidak hanya
pintar dalam hal akademik namun berbudi luhur. Cerdas Otak dan cerdas watak.
Bila anda pemimpin instansi, berilah keteladanan bawahan
anda. Karena keteladanan seorang pimpinan di instansi, seorang
bawahan akan mengerti cara-cara bekerja yang baik dan efektif untuk melayani
kepentingan masyarakat. Bila anda seorang dai, berilah keteladan yang baik
berupa tindakan dan bukan ucapan semata. Karena keteladanan pulalah
dari seorang dai, umat akan merasakan langsung aplikasi dari semua ceramah
ataupun tausyiah yang telah disampaikan oleh dai tersebut.
Bila anda seorang presiden, maka jadilah presiden yang mampu
memberikan keteladanan. Karena keteladanan dari seorang pemimpin
bangsa, maka rakyat akan bersemangat dalam membangun bangsanya menyongsong
pembangunan di era sekarang. Terkadang, tidak dibutuhkan sesuatu yang
sulit untuk memberi contoh kepada orang lain selain modal Keteladanan.
Oleh karena itu keteladanan seorang pemimpin harus ada dalam
diri kita masing-masing. Setiap diri kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin
akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Mari mencontoh baginda nabi
Muhammad SAW dalam memberikan keteladanan. Jadikan sifat kenabian: Siddiq,
tabligh, amanah, dan fathonah (STAF) ada dalam diri kita sebagai seorang
pemimpin.
Sumber : Kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar