Setelah ditunggu tunggu akhirnya, Instruksi Presiden (Inpres) Inpres Nomor 3 Tahun 2012 terkait kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras diterbitkan, Rabu (29/2). Inpres ini diterbitkan dalam upaya melindungi tingkat pendapatan petani dan pengamanan cadangan beras. Dalam Inpres tersebut, pemerintah telah menaikkan harga beli Gabah Kering Panen (GKP), Gabah Kering Giling (GKG), dan harga pembelian beras dalam negeri rata-rata 25%.
Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah tersebut berlaku sesuai tanggal ditandatanganinya oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Februari.
Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Sutarto Alimoeso mengaku belum menerima salinan Inpres tersebut. Namun, dirinya sudah mendengar perihal kenaikan tersebut. Sebab itu, Sutarto menegaskan, dalam rapat yang diadakan internal Perum Bulog, pihaknya akan menyesuaikan dengan harga yang ditetapkan dalam Inpres tersebut.
“Mulai besok, Kamis (1 Maret 2012), kami akan membeli beras dan gabah sesuai HPP yang tertera dalam Inpres, yaitu harga beras Rp 6.600 per kilogram dan gabah Rp 4.200 per kilogram,” kata Sutarto, saat dihubungi KONTAN, di Jakarta, Rabu (29/2).
Namun demikian, Sutarto menegaskan, sebagai bentuk komitmen menyerap produksi beras petani dalam negeri dengan sebanyak-banyaknya sebelum HPP ditetapkan dan diterbitkan, terutama agar optimal menyerap beras dari petani saat awal panen raya di mulai, maka Perum Bulog telah menetapkan harga pembelian beras dari petani Rp 6.500 per kg, sedangkan harga gabah Rp 4.300 per kilogram.
Dengan penetapan harga sebelum HPP tersebut, Sutarto menegaskan hal ini berarti Bulog serius dan komitmen merealisasikan target penyerapan beras tahun ini dengan volume lebih dari 4 juta ton beras yang pengadaannya berasal dalam negeri. “Kami tetapkan harga sebesar itu karena tidak terpaut terlalu jauh dari harga HPP gabah dan beras yang disahkan oleh presiden. Ini untuk memaksimalkan penyerapan pada awal panen raya dan mendorong petani menjual berasnya pada Bulog,” katanya. Dengan menggunakan harga patokan itu, Sutarto mengklaim hingga hari ini, pihaknya telah menandatangani kontrak pembelian dengan kelompok petani, gapoktan, penggiling dengan volume lebih dari 76 ribu ton beras yang diserap Bulog. Sedangkan dari jumlah tersebut, beras yang sudah masuk ke dalam gudang Bulog sebanyak lebih dari 56 ribu ton beras. “Kalau yang komersial, sudah terserap sekitar 5.360 ton beras,” tambahnya.
Namun, lanjut Sutarto, dengan HPP beras dan gabah yang diterbitkan dalam inpres, seperti sebelumnya pihaknya akan menyerap beras sebanyak-banyaknya tanpa pembatasan kuota. Ini dilakukan agar target pengadaan beras tahun ini dapat tercapai. “Kalau panen raya, sesuai komitmen kami akan serap sebanyaknya. Makin cepat (menyerap) makin baik. Bahkan untuk optimalkan penyerapan, pegawai Bulog di daerah akan masuk pada hari Sabtu dan Minggu,” katanya.
Sementara, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Winanrno Tohir menjelaskan, kenaikan HPP beras dan gabah yang diterbitkan dalam inpres sudah bagus. Namun, Winarno khawatir, kenaikan HPP tersebut akan tidak banyak berpengaruh dalam penyerapan beras dalam negeri karena akan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Harga segitu bagus, hanya ini akan terpengaruh dengan BBM , listrik dan tol yang naik. Kalau angka sih bagus untuk kondisi sekarang, tapi biaya hidup bakal naik,” katanya.
Berdasarkan analisis, Winarno menuturkan, dengan kenaikan HPP tersebut maka Bulog dapat menyelamatkan stok dalam negeri hingga 75%. Tetapi, tambahnya, kalau BBM naik, maka pengadaan dalam negeri akan turun menjadi 50% saja. “Karena kenaikan BBM ini pasti berpengaruh pada harga beras naik. Jadi ya, mereka akan jual ke orang yang bisa beli dengan harga tinggi, seperti tengkulak,” katanya.
Sumber : Kontan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar