Selasa, 02 Februari 2016

SIAP-SIAP HARGA BERAS BAKAL MEROKET LAGI NIH

MUSIM PANEN BERGESER, RANTAI DISTRIBUSI PANJANG

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan kepada pemerintah jika harga beras tahun ini akan terus merangkak naik. Sebab, musim panen yang akan bergeser dan panjang rantai distribusinya. Pemerintah diminta mengantisipasi supaya tidak bergejolak.

Kepala BPS Suryamin mengata­kan, sejak awal tahun harga beras trennya sedang naik. Kenaikan dialami oleh semua jenis beras premium, medium dan kualitas rendah. Kenaikan harga beras ini menyumbang inflasi Januari yang tembus 0,51 persen.

"Ini bahan pemerintah untuk jadi perhatian akan naik lagi kalau tidak ditekan dari distribusi dan pasokan," kata Suryamin di Kan­tor Pusat BPS, Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data BPS, kata dia, sepanjang Januari, harga beras pre­mium mencapai Rp 9.723 per ki­logram (kg) atau naik 0,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan, harga beras kualitas medium mencapai Rp 9.548,24 per kg atau naik 1,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara, harga beras kualitas rendah di Januari 2016 mencapai Rp 9.280,39 per kg atau naik 0,84 persen, dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut dia, ke­naikan harga karena pasokannya kurang. Musim tanam juga bergeser dampaknya musim panen juga bergeser.

"Kalau ini tidak dikontrol, maka akan berpengaruh terhadap inflasi bulan berikutnya," katanya.

Selain masalah pasokan, Suryamin mengatakan, kenaikan harga beras juga disebabkan oleh panjangnya rantai distribusinya. BPS mencatat rantai distribusi beras terpanjang terjadi di DKI Jakarta, dan terpendek ada di Su­lawesi Utara. "Jakarta yang masih panjang," jelasnya.

Rantai distribusi itu, kata dia, diawali dari penggilingan dan importir yang masuk sampai ke distributor. Kemudian diter­uskan ke pedagang pengumpul dan selanjutnya sampai ke sub distributor.

Dari titik tersebut berlanjut ke agen dan sub agen terus ke peda­gang grosir. Kemudian dialirkan lagi ke pedagang eceran, baru tera­khir sampai ke tangan konsumen, yakni rumah tangga dan kegiatan usaha lainnya. Namun, dari titik agen juga ada yang langsung ke supermarket atau swalayan untuk dijual kepada konsumen. Artinya tidak melewati sub agen dan peda­gang grosir.

Dari setiap titik tersebut, kata dia, ada margin yang ditarik. Se­hingga tidak mengherankan bila harga yang sampai ke konsumen cukup tinggi dibandingkan pem­belian oleh tempat penggilingan dari petani. "Semakin banyak yang dilewati ya semakin banyak marginnya," kata Suryamin.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indone­sia (APPSI) Sarman Simanjorang mengakui, pada Januari mulai ter­jadi lonjakan harga beras. Namun, lonjakan belum tajam.

Menurut dia, jika kenaikan harga beras ini dianggap sepele oleh pemerintah dampaknya akan sama seperti tahun lalu. Dimana, harga beras melonjak tajam karena pasokan berkurang.

"Ini harus segera dikendalikan," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Sarman melihat, kenaikan harga beras sulit dihindari. Sebab, paso­kan beras akan berkurang karena mundurnya musim tanam yang berdampak pada mundurnya musim panen. "Ini sangat berba­haya bisa dimainkan oleh para pemain. Karena itu pasokan harus ditambah," tegasnya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, produk per­tanian Indonesia masih minim sentuhan teknologi. Akibatnya, harga produk pangan pokok nasional seperti beras mahal. Dengan perkembangan teknologi diharap­kan harga bisa makin murah.

"Teknologi ubah produksi beras dari 2 ton ke 5 ton. Aneh Indone­sia, beras makin mahal. Itu karena teknologi kurang," ujar JK.

Presiden Jokowi sebelumnya mengakui, harga pangan Indo­nesia masih mahal dibandingkan negara-negara lain. Harga pangan, Indonesia berada dalam peringkat yang lebih tinggi dibandingkan negara yang lain seperti Filipina, China, Kamboja, India, Thailand, maupun Vietnam.

Presiden mengingatkan, ting­ginya harga pangan itu harus disikapi dengan hati-hati. Karena setiap kenaikan harga pangan akan memukul 81 persen jumlah pen­duduk Indonesia.

"Makanan menyumbang 73 persen garis kemiskinan kita. Ini hati-hati betul," tegasnya.

Apalagi, kata dia, kenaikan harga pangan sudah mencapai 70 persen dari 2011. Karena itu, dia meminta, kenaikan harga harus dicermati dan dikendali­kan.

http://www.rmol.co/read/2016/02/02/234357/Siap-siap-Harga-Beras-Bakal-Meroket-Lagi-Nih-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar