Kamis, 04 April 2013

PENYIMPANAN BERAS DIBULOG



SISTEM PENYIMPANAN
Sistem yang selama ini digunakan oleh BULOG untuk menyimpan bahan pangan adalah sistem penyimpanan karung (bag storage). Cara penyimpanan ini digunakan oleh banyak negara yang sedang berkembang, karena masih dianggap lebih menguntungkan daripada sistem penyimpanan bentuk curah (bulk storage). Hal ini terutama apabila bahan yang disimpan adalah beras giling; beras tidak akan mudah rusak dan menjadi kotor oleh karena proses handling seperti pada sistem penyimpanan curah. Di samping itu sistem penyimpanan dengan karung yang dijalankan BULOG hampir seluruhnya menggunakan tenaga manusia, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja bagi buruh pengangkut.
Sarana penyimpanan yang berupa gudang sebagaimana diketahui sangat memegang peranan dalam mempertahankan mutu bahan pangan yang disimpan. Berpijak pada hal ini, sejak 1975, BULOG telah melakukan pembangunan gudang-gudang yang memenuhi syarat di seluruh Indonesia. Hingga saat ini telah mencapai kapasitas total lebih dari 1,5 juta ton. Dengan tersedianya sarana utama tersebut diharapkan prinsip-prinsip penyimpanan dan pergudangan (storage management) akan lebih mudah diterapkan. Jumlah ini akan terus bertambah sehubungan dengan rencana pemerintah untuk lebih meningkatkan cadangan nasional pada tahun-tahun mendatang.
Bahan pangan seperti gabah, beras dan jagung sebelum dimasukkan ke dalam karung untuk disimpan, terlebih dahulu mengalami proses' conditioning" sepertipengeringan untuk menurunkan kadar air. Selama masa penyimpanan di gudang harus ada sistem aerasi yang baik untuk mempertahankan mutu. Kelembaban yang terjadi akibat proses respirasi biji-bijian dan organisme yang hidup pada biji-bijian tadi (serangga kapang dan bakteri), dapat "dipindahkan" oleh udara yang keluar dan masuk gudang melalui ventilasi dan pintu gudang yang dibuka pada waktuwaktu tertentu.
Selain mengandalkan ventilasi gudang, guna menjamin terjadinya aerasi yang baik, penumpukan karung harus dibuat sedemikian rupa sehingga aerasi tetap berjalan. Penyediaan lorong-Iorong antar stapelan (tumpukari) dengan berbagai ukuran dimaksudkan juga untuk memberi keleluasaan aliran udara ke dalam karung-karung tersebut. Walaupun dilihat dari segi pertukaran udara pembuatan lorong-lorong tersebut sangat bermanfaat, ditinjau dari segi penggunaan ruang, sistem penyimpanan dengan karung lebih banyak menyita ruangan gudang.
Kemungkinan untuk menyimpan bahan pangan dengan sistem curah tetap dijajaki, walaupun hingga saat ini penyimpanan dengan karung dirasakan masih menguntungkan.
Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian-penelitian oleh BULOG untuk melihat seberapa jauh kemungkinan penggunaan sistem curah. Termasuk pula 'container" hampa udara yang digunakan khusus untuk menyimpan beras dalamjangka panjang (di atas dua tahun).

USAHA PERAWATAN KUALITAS BAHAN PANGAN
Di samping penyediaan sarana penyimpanan yang memenuhi syarat, perawatan bahan pangan selama berada di gudang sangat penting untuk mempertahankan kualitas bahan pangan. Dalam hal ini BULOG menggunakan beberapa cara perawatan yang umum dipakai yaitu: Fumigasi dan Penyemprotan ("Spraying").
 Pemberantasan serangga hama gudang merupakan bagian utama dari usaha perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola oleh BULOG. Hingga saat  ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih  merupakan eara utama untuk memberantas serangga hama gudang. Dalam aplikasinya fumigasi dan penyemprotan insektisida bersifat saling melengkapi.
Fumigasi dilakukan degan cara menutup stapelen bahan pangan dengan plastik kemudian dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang berada di dalam gudang dan di dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh.
Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan bahan pangan dilakukan dengan maksud untuk meneegah serangan kembali (reinfestasi) serangga hama gudang setelah fumigasi. Di samping itu penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh. ~erangga hama yang bersembunyi pada celah-celah dinding yang retak atau pada langit-Iangit dan lantai gudang.
Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk pemberantasan serangga hama gudang sangat terbatas jumlahnya mengingat adanya peraturan yang ketat tentang penggunaan pestisida pada. bahan pangan. Pestisida tadi haruslah memenuhi persyaratan antara lain:
1. efektif pada cara penggunaan yang ekonomis
2. tidak meninggalkan residu yang melebihi batas maksimum (MRL)
3. tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau bahan pangan
4. tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat.
Sehubungan dengan itu jenis-jenis pestisida yang digunakan untuk usaha pemberantasan serangga hama gudang di BULOG hanya terbatas pada penggunaan metil bromida daD.gas "phosphine" untuk fumigasi serta "pirimiphosmethyl" dan "dichlorvos" untuk penyemprotan. Aplikasi fumigan metil bromida harus lebih berhati•hati oleh karena gas ini tidak menimbulkan bau dan sukar diketahui apabila ada kebocoran. Akan tetapi oleh karena paparan relatif singkat (1 x 24 jam) metil bromida banyak digunakan untuk fumigasi kapal. Penggunaan fumigan phosphine dalam bentuk tablet lebih praktis dan aman walaupun waktu paparan lebih lama (3 x 24 jam).
Salah satu masalah penting datam usaha pemberantasan hama gudang secara kimiawi ialah timbulnya resistensi serangga hama terhadap pestisida. Hal ini dapat mengurangi jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan, padahal jumlahnya sangat terbatas. Misalnya insektisida Lindane dan Malathion sudah tidak digunakan lagi sejak ditemukannya resistensi serangga hama gudang terhadap insektisida tersebut.
Sanitasi dan Manajemen Pergudangan.
Tersedianya sarana pergudangan yang baik tanpa diikuti dengan pelaksanaan program sanitasi dan manajemen pergudangan yang teratur dapat menghambat usaha perawatan kualitas yang dijalankan. Sehubungan dengan itu BULOG sejak beberapa tahun yang lalu telah menjalankan program sanitasi dan manajemen pergudangan yang lebih teratur.
Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan hama yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain. Dari sistem pengawasan yang teratur dapat segera dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan atau penyaluran bahan pangan dengan segera bila diperlukan.
Dalam kerangka manajemen pergudangan yang baik selain melakukan sistem penumpukan yang memenuhi syarat, juga prinsip FIFO (First in first out) sedapat mungkin dilaksanakan dalam penyaluran bahan pangan.

Peningkatan Kualitas Bahan Pangan yang Akan Disimpan.
Kualitas awal dari bahan pangan sangat menentukan keberhasilan usaha perawatan kualitas selama masa penyimpanan di gudang BULOG. Oleh karena itu bahan pangan yang akan dibeli oleh BULOG harus memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa aspek kualitas awal yang penting untuk penyimpanan bahan pangan misalnya kadar air, derajat sosoh dan jumlah butir patah.
Tingginya kadar air di samping mempermudah pertumbuhan kapangjuga dapat meningkatkan fertilitas serangga. Kadar air maksimal yang ditetapkan untuk komoditi gabah, beras dan jagung dalam praktek bukan merupakan jaminan akan terbebasnya bahan pangan dari serangan serangga hama gudang. Beberapa jenis hama primer seperti Sitophilus oryzae masih dapat berkembang dengan baik pada kadar air di bawah 14 persen. Walaupun demikian batas tersebut sedikit banyak telah menghambat tumbuhnya jenis-jenis serangga hama yang lain.
Tinggi kandungan butir patah sangat membantu perkembangan hama sekunder seperti Tribolium confusum dan Oryzaephilus surinamensis. Demikian pula derajat sosoh beras sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan hama sekunder seperti Corcyra cephalonica dan T. castaneum. Misalnya apabila derajat sosoh kurang dari 75 persen dalam waktu 3 bulan larva Ccephalonica dapat menimbulkan kerusakan berat pad a beras.
Salah satu masalah yang dihadapi BULOG dalam usaha pengadaan pangan dalam negeri adalah bahwa kualitas bahan pangan yang diproduksi oleh petani kadang-kadang tidak' memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan oleh BULOG.
Hal ini acap kali teIjadi pada waktu panen yang bertepatan dengan musim penghujan. Di samping itu penyebab lainnya adalah alat-alat pengolahan yang dimiliki petani masih banyak yang kurang memadai sehingga dapat menurunkan kualitas bahan pangan.
Agar pengadaan pangan dalam negeri dapat beIjalan dengan Iancar serta petani dapat menikmati harga penjualan yang memuaskan, BULOG bekeIjasama dengan instansi pemerintah lainnya berusaha meningkatkan sarana teknologi lepas panen petani di tingkat Koperasi Unit Desa (KUD). Usaha ini meliputi pengadaan alat dan latihan ketrampilan untuk teknologi lepas panen pada umumnya.

Faktor-faktor Yang Menentukan Umur Simpan.
Terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebelum dilakukan penyimpanan  biji-bijian. Diantaranya:
1. Kadar Air Bahan
Kadar air biji-bjian setelah panen harus diturunkan sampai berkisar antara 9 sampai dengan 14%. Kadar air yang tinggi akan memungkinkan tumbuhnya jamur, sehingga bahan pangan akan berbau apek. Jika faktor lain (suhu dan kelembaban gudang) tetap maka semakin rendah kadar air, umur simpan biji-bijian akan semakin panjang.
2. Suhu (temperatur) Udara di Ruang Penyimpanan
Suhu sangat berpengaruh terhadap umur simpan suatu bahan pangan. Suhu yang tinggi akan menyebabkan biji-bijian cepat rusak karena terjadinya kondensasi uap air di dalam ruang penyimpanan. Uap air yang terkumpul akan mendorong tumbuhnya jamur dan pembusukan. Suhu yang rendah akan memperpanjang umur simpan. Untuk itu diperlukan pertukaran udara, yaitu mengeluarkan udara panas dari dalam gudang dan menggantinya dengan udara yang dingin, misalnya udara pagi. Hal ini perlu dilakukan mengingat biji-bijian juga akan melakukan respirasi yang menghasilkan panas, sehingga suhu udara di sekitarnya meningkat.
3. Kelembaban Udara (Relatif Humidity) di Ruang Penyimpanan.
Udara yang lembab mengandung uap air yang tinggi, sehingga sangat berkorelasi terhadap tumbuhnya jamur. Oleh karena itu perlu adanya penurunan kelembaban udara di ruang penyimpanan. Hal-hal yang dapat digunakan untuk menurunkan kelembaban udara adalah dengan melewatkan udara yang akan masuk ke ruang penyimpanan melalui absorben, misalnya silica gel. Dengan menggunakan silica gel maka kelembaban udara relatif kering, sehingga umur simpan biji-bijian akan lebih panjang.
Berdasarkan pada point 2 dan 3 maka seyogyanya setiap pagi hari dilakukan pertukaran udara di dalam gudang dengan udara luar yang dingin, namun telah diturunkan kelembabannya menggunakan absorben.
4. Hama Gudang
Sebelum dilakukan penyimpanan biji-bijian, maka harus dipastikan bahwa gudang terbebas dari hama. Semua lubang yang memungkinkan hama masuk ke dalam gudang harus ditutup sehingga tidak terjadi kontaminasi selama penyimpanan berlangsung.

1 komentar: