"Apakah produksi dalam negeri cukup,
apakah harga komoditi di dalam negeri naik terus atau normal, apakah
stok yang dimiliki Bulog aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,"
papar Sutarto dalam Forum Group Discussion (FGD) 'Kupas Tuntas Kebijakan
Impor Pemerintah' di Jakarta, Rabu (11/12).
Nah, bila ketiga parameter di atas
baik-baik saja, itu berarti Bulog tak perlu impor. Menurut Sutarto, pada
tahun ini Bulog tidak mengimpor beras karena jumlah produksinya masih
cukup.
"Harganya tetap normal dan jumlah stok
yang dimiliki Bulog sangat cukup. Saat ini Bulog memiliki stok beras dua
juta ton, jumlah yang sangat aman," paparnya.
Namun, katanya, Bulog masih tetap
mengimpor kedelai dan daging sapi. Berbeda dengan beras, Bulog saat ini
masih mengimpor kedelai. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pengrajin tahu dan tempe.
"Kebutuhan kedelai di dalam negeri
mencapai dua juta ton. Sedangkan produksi dalam negeri hanya 800 ribu
ton. Bila tidak dilakukan impor kedelai, bagaimana memenuhi kebutuhan
perajin tahu dan tempe di dalam negeri?" ucapnya.
Sementara untuk daging sapi, Bulog juga
masih mengimpornya. Sebab, kebutuhan di dalam negeri tidak bisa dipenuhi
oleh peternak domestik.
Berpatok pada tiga indikator itu, kran
impor komoditi bahan pangan bisa dibuka atau ditutup setiap saat. "Bulog
melakukan impor atau menghentikan impor semata-mata duntuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, stabilitasi harga dan mengamankan persediaan
nasional," pungkasnya.http://www.jpnn.com/read/2013/12/11/205265/Bulog-Beber-Tiga-Indikator-Keran-Impor-Pangan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar