Senin, 16 Desember 2013

Eksistensi “Bulog” Stabilitas Pangan

Foto Bersama Dirut dan Karyawan/ti Subdivre Banyumas



Bulog dalam kalimat “Perum Bulog” hanyalah sebuah ikon. Tidak memiliki makna apa-apa, selain mengingatkan ke masa lalu saja. Ini penting disampaikan, karena pada saat Bulog dilahirkan, pengertian Bulog adalah akronim dari Badan Urusan Logistik, yang memiliki beragam fungsi dan kewenangan. Bulog juga diperankan sebagai”lembaga parastatal”yang diminta menjadi penyangga ekonomi, khusus nya dalam mewujudkan stabilisasi harga pangan pokok masyarakat. Dalam konteks kekinian rakyat lebih mengenali Bulog sebagai”lembaga Pemerintah”yang memiliki tugas untuk mengelola beras. Akibat nya sah-sah saja, kalau publik mengidentikan Bulog adalah Beras.
Di bawah logo Perum Bulog tercantum kalimat :”andalan ketahanan pangan”. Kalimat ini menjelaskan bahwa Perum Bulog haruslah mampu tampil menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang piawai dalam mewujudkan ketahanan pangan. Perum Bulog mesti mempertontonkan kinerja yang membanggakan. Sebagai lembaga Pemerintah yang salah satu fungsinya menciptakan stabilisasi harga pangan, Perum Bulog tentu harus cekatan dan senantiasa mampu membaca isyarat zaman yang tengah bergulir. Keberadaan Perum Bulog tidak boleh lagi hanya mengagungkan kebesaran masa lalu, tapi yang lebih penting lagi adalah sampai sejauh mana Perum Bulog mampu berkiprah dalam suasana sekarang sambil memperlihatkan kinerja lembaga yang unggul dan pantas menyandang atrribut andalan ketahanan pangan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, Pemerintah kerap kali memberi penugasan kepada Perum Bulog berbagai program yang cukup rumit dan njelimet. Selain tugas rutin nya menyelenggarakan impor beras, Perum Bulog kini ditugasi pula untuk menjadi pelaksana impor kedelai dan impor daging sapi. Hal ini wajar terjadi, karena sebagai operator, Perum Bulog harus selalu siap menjalankan penugasan yang diberikan Pemerintah. Walau hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diinginkan, namun dalam berbagai program yang digarapnya, Perum Bulog mampu memberi hasil yang membanggakan. Paling tidak, Perum Bulog mampu memerankan diri sebagai”pemadam kebakaran”atas masalah yang muncul secara tiba-tiba.
Selaku BUMN, Perum Bulog sebetulnya memiliki dua fungsi yang harus berjalan secara simultan dan saling melengkapi. Pertama adalah fungsi”pelayanan publik”, yang dalam pelaksanaannya tidak terlalu mengedepankan”nilai tambah ekonomi”. Dan kedua adalah fungsi bisnis yang tentu saja tidak boleh lagi hanya mengedepankan”nilai tambah kemanusiaan”. Ke dua fungsi ini, sepantas nya melekat dalam Perum Bulog, sekali pun pada kenyataannya masih belum tercapai proporsi yang berimbang. Suka atau pun tidak, kiprah Perum Bulog sebagian besar masih menjalankan fungsi PSO dan sebagian kecil saja menjalankan fungsi komersilnya.
Spirit menampilkan Perum Bulog sebagai andalan ketahanan pangan, rasa nya perlu dijadikan bahan pencermatan kita yang serius. Selaku lembaga Pemerintah yang memiliki peran strategis menciptakan stabilisasi harga pangan, Perum Bulog dituntut untuk dapat memainkan peran utamanya sebagai lembaga parastatal. Beberapa pihak memaknai lembaga parastatal adalah lembaga Pemerintah yang diharapkan mampu menciptakan stabilisasi harga pangan, agar produsen dan konsumen pangan memperoleh keuntungan yang sama. Kebijakan Pemerintah lewat Harga Pembelian Pemerintah atau HPP adalah instrumen kebijakan harga yang ingin memperjelas soal”keparastatalan”sebuah lembaga pangan.
Eksistensi Bulog dalam pembangunan, telah sama-sama kita kenali. Perjalanan Bulog (mulai LPND hingga BUMN) juga telah sama-sama kita rasakan. Oleh karena itu, kalau kita ingin menelusuri jejak langkah Bulog dalam perjalanan pembangunan yang kita lalui, rasa nya menjadi kurang afdol, manakala hal tersebut tidak kita kaitkan dengan pasang surut kelembagaan Bulog di negeri ini. Ini sangat penting untuk dipahami, karena sekiranya kita mampu menggambarkan potret Bulog dari masa ke masa, maka secara tidak langsung, langkah itu merupakan upaya nyata guna menguakkan eksistensi Bulog dalam proses pembangunan yang kita lakoni. 

http://budionline.blogdetik.com/index.php/2013/11/03/eksistensi-bulog/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar