Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga-harga pangan.
Berbagai cara dilakukan, termasuk melakukan operasi pasar dan melakukan
impor pangan. Terkesan bisa stabil, tapi di posisi harga tinggi. Ini
artinya, pasokan ramai lancar namun mahal.
Tak ingin harga-harga pangan bergejolak, pemerintah kemudian terus
berusaha membereskannya agar menjadi lebih stabil dan mengidentifikasi
seluruh kondisi pasar. Utamanya adalah pasar-pasar yang dibangun maupun
diperbaiki dengan menggunakan dana Anggaran Pedapatan Belanja Negara
(APBN).
Lebih dari itu, pemerintah akan menguatkan fungsi Perum Badan Urusan
Logistik (Bulog) sebagai lembaga penimbun pangan nasional. Nantinya,
Bulog bisa menyerap seluruh hasil produksi yang dihasilkan oleh para
petani maupun peternak di dalam negeri, khususnya yang masuk dalam
kategori bahan kebutuhan pokok utama seperti beras, jagung, gula, cabai
merah, bawang merah, dan daging sapi.
Pemerintah pun berjanji akan menyediakan anggaran 30 triliun rupiah
untuk penguatan Bulog. Pemerintah juga akan menambah anggaran kalau
dirasa kurang, terpenting Bulog harus mampu menyerap berapa pun hasil
panen petani.
Bulog juga akan difungsikan melakukan intervensi pasar untuk
mengambil dan membeli untuk beberapa komoditas utama itu Bulog, dapat
penugasan utama. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi Bulog untuk
tidak ada uang karena berapa pun yang dibutuhkan disiapkan oleh
pemerintah dan dari cashflow Bulog itu akan mencukupi.
Pada satu sisi, rencana pemerintah menguatkan fungsi Bulog memang
patut didukung. Toh, gagasan tentang penguatan Bulog sudah lama
disarankan banyak pihak. Sebab, Bulog mempunyai pengalaman sebagai
sebagai buffer atau penyangga ketahana pangan nasional.
Hanya saja, Bulog juga punya pengalaman pahit, yakni menjadi sarang
rente. Untuk itu, sistem pengawasan dan transparansi pengelolaan pangan
oleh Bulog mesti ketat, tak ada lagi kepentingan segelintir orang,
apalagi titipan pejabat.
Berbagai kalangan meyakini penguatan Bulog akan mampu menjaga
stabilitas harga pangan dan mampu menjaga minat petani untuk tetap
menanam padi. Penguatan Bulog juga dipercaya akan dapat mewujudkan
amanat Undang-Undang Nomor 18/ 2012 tentang Pangan guna mewujudkan
kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan nasional.
Presiden Jokowi juga sudah menandatangani Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 48/ 2016 tentang penugasan kepada Perum Bulog dalam
rangka ketahanan pangan nasional. Dalam perpres ini Jokowi memberikan
tugas dan tanggung jawab baru kepada Bulog. Perpres ini juga menegaskan
bahwa pengadaan pangan oleh Perum Bulog diutamakan melalui pengadaan
pangan dalam negeri. Dalam hal pengadaan pangan dalam negeri, jika tidak
mencukupi, dapat dilakukan pengadaan pangan dari stok operasional Perum
Bulog maupun dari luar negeri dengan tetap menjaga kepentingan produsen
dan konsumen dalam negeri.
Selama ini, isu ketahanan pangan sudah menjadi komoditas politik
sehingga banyak kalangan yang merasa berwenang melaksanakannya.
Akibatnya, terjadi kerumitan birokrasi yang justru menghambat tujuan
dari ketahanan pangan tersebut.
Semakin banyak lembaga atau kementerian yang terlibat seharusnya akan
meringankan beban tugas yang diemban masing-masing kementerian, akan
tetapi hal tersebut akan berjalan jika ada koordinasi yang baik antar
instansi tersebut. Akhirnya kebijakan satu kementerian tidak didukung
oleh kementerian lainnya dan bahkan terkadang malah bersimpangan.
Kita berharap penguatan fungsi Bulog merupakan bagian dari amanat UU
Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, pasal 126-127 yang menyebutkan dalam
hal mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan
pangan nasional, dibentuk lembaga Pemerintah yang menangani bidang
Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
http://www.koran-jakarta.com/penguatan-bulog/
Kamis, 11 Agustus 2016
Selasa, 09 Agustus 2016
3 Menteri dan Dirut Bulog Kembali Bahas Masalah Pangan
Sejumlah menteri dan Dirut Bulog hari ini berkumpul di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengadakan rapat koordinasi
terkait harga dan pasokan pangan nasional yang saat ini masih
fluktuatif.
Adapun yang hadir pada rapat koordinasi ini adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Hadir pula Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti.
Rapat berlangsung dari pukul 09.30 WIB. Dari agenda yang diterima, selain soal pasokan dan harga pangan, dibahas pula rencana distribusi beras sejahtera (rastra) menggunakan voucher, serta perluasan pasar seperti Toko Tani Indonesia (TTI) dan Rumah Pangan Kita (RPK).
Pembahasan pangan dilakukan secara maraton sejak beberapa bulan belakangan. Kemarin, rapat koordinasi juga digelar di Mabes Polri membahas penanganan harga daging dan kartel pangan yang masih saja terjadi di rantai pasok.
http://finance.detik.com/read/2016/08/09/101521/3271346/4/3-menteri-dan-dirut-bulog-kembali-bahas-masalah-pangan
Adapun yang hadir pada rapat koordinasi ini adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Hadir pula Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti.
Rapat berlangsung dari pukul 09.30 WIB. Dari agenda yang diterima, selain soal pasokan dan harga pangan, dibahas pula rencana distribusi beras sejahtera (rastra) menggunakan voucher, serta perluasan pasar seperti Toko Tani Indonesia (TTI) dan Rumah Pangan Kita (RPK).
Pembahasan pangan dilakukan secara maraton sejak beberapa bulan belakangan. Kemarin, rapat koordinasi juga digelar di Mabes Polri membahas penanganan harga daging dan kartel pangan yang masih saja terjadi di rantai pasok.
http://finance.detik.com/read/2016/08/09/101521/3271346/4/3-menteri-dan-dirut-bulog-kembali-bahas-masalah-pangan
Potong Rantai Pasokan Pangan, ‘Bulog Mini’ Dibuat Sampai RT/RW
Panjangnya rantai pasokan adalah salah satu masalah yang membuat harga
berbagai komoditas pangan di Indonesia relatif mahal dan tidak stabil.
Banyak tengkulak, perantara, dan pedagang besar yang terlibat dalam
rantai distribusi.
Perum Bulog mencoba mengurai masalah tersebut dengan membuat gerai-gerai Rumah Pangan Kita alias ‘Bulog Mini’. Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, bercita-cita membuat Bulog Mini hingga tingkat RT/RW.
Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan pangan yang harganya lebih terjangkau. Rumah Pangan bisa menjual barang dengan harga murah karena Bulog membeli langsung dari Petani, lalu mendistribusikannya ke Rumah Pangan tanpa perantara.
“Kita mencoba memperpendek distribusi dengan membangun rumah pangan. Kami ingin bangun di rumah-rumah, tiap RT/RW ada untuk memperpendek titik distribusi. Kalau itu jalan akan menyebabkan harga lebih ter-manage dan kualitas terkontrol,” kata Djarot, saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (8/8/2016).
Di Rumah Pangan Kita, masyarakat bisa mendapatkan bahan pangan pokok seperti beras, gula, bawang, dan sebagainya yang selalu tersedia dengan harga terjangkau. “Yang dijual adalah pangan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan sering bergejolak seperti beras, gula, bawang, minyak,” Djarot menjelaskan.
Saat ini, Bulog telah membuat 500 gerai Rumah Pangan Kita, paling banyak di kawasan Jabodetabek. “Sekarang sudah di atas 500 unit, paling banyak di Jabodetabek. Di beberapa tempat lain seperti di Yogyakarta mulai menggeliat, banyak yang mau kerja sama,” ucapnya.
Dengan semakin banyaknya gerai Rumah Pangan Kita, Bulog perlu menyiapkan sistem yang menjamin stok pangan selalu ada dan harganya terjangkau di setiap gerai.
“Sekarang kita siapkan sistem yang bisa mengontrol real time, jangan sampai barang nggak ada, jangan sampai barang dijual lebih mahal dari yang ditentukan,” pungkasnya.
https://tabunganinternet.com/keuangan/potong-rantai-pasokan-pangan-bulog-mini-dibuat-sampai-rtrw.html
Perum Bulog mencoba mengurai masalah tersebut dengan membuat gerai-gerai Rumah Pangan Kita alias ‘Bulog Mini’. Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, bercita-cita membuat Bulog Mini hingga tingkat RT/RW.
Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan pangan yang harganya lebih terjangkau. Rumah Pangan bisa menjual barang dengan harga murah karena Bulog membeli langsung dari Petani, lalu mendistribusikannya ke Rumah Pangan tanpa perantara.
“Kita mencoba memperpendek distribusi dengan membangun rumah pangan. Kami ingin bangun di rumah-rumah, tiap RT/RW ada untuk memperpendek titik distribusi. Kalau itu jalan akan menyebabkan harga lebih ter-manage dan kualitas terkontrol,” kata Djarot, saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (8/8/2016).
Di Rumah Pangan Kita, masyarakat bisa mendapatkan bahan pangan pokok seperti beras, gula, bawang, dan sebagainya yang selalu tersedia dengan harga terjangkau. “Yang dijual adalah pangan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan sering bergejolak seperti beras, gula, bawang, minyak,” Djarot menjelaskan.
Saat ini, Bulog telah membuat 500 gerai Rumah Pangan Kita, paling banyak di kawasan Jabodetabek. “Sekarang sudah di atas 500 unit, paling banyak di Jabodetabek. Di beberapa tempat lain seperti di Yogyakarta mulai menggeliat, banyak yang mau kerja sama,” ucapnya.
Dengan semakin banyaknya gerai Rumah Pangan Kita, Bulog perlu menyiapkan sistem yang menjamin stok pangan selalu ada dan harganya terjangkau di setiap gerai.
“Sekarang kita siapkan sistem yang bisa mengontrol real time, jangan sampai barang nggak ada, jangan sampai barang dijual lebih mahal dari yang ditentukan,” pungkasnya.
https://tabunganinternet.com/keuangan/potong-rantai-pasokan-pangan-bulog-mini-dibuat-sampai-rtrw.html
Jumat, 03 Juni 2016
Bantu Pemerintah Biayai Infrastruktur, IIF Gandeng Anak Usaha Koperasi Bulog
Konsentrasi Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK dalam
mendorong pembangunan infrastruktur sangat besar. Namun, tak semua
proyek infrastruktur tersebut bisa dibiayai oleh dana APBN.
Perlu dukungan dari berbagai lembaga pembiayaan untuk mendorong pembangunan infrastruktur, salah satunya dari lembaga keuangan domestik, PT Indonesia Infrastruktur Finance (IIF). Dalam rangka membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, FII menggaet PT Kompelindo Infrastruktur yang merupakan anak usaha dari koperasi pegawai dan pensiunan Bulog Seluruh Indonesia (Kopindo) untuk melakukan pembiayaan bersama (co-financing).
Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk penandatanganan perjanjian yang dilakukan Presiden IIF Arisudono Soerono dengan Direktur Utama Kopelindo Infrastruktur Herianto Pribadi. Kegiatan tersebut disaksikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Direktur Utama Bulog yang juga sebagai Penasihat Kopelindo Djarot Kusumayakti dan Ketua Kopelindo Deddy SA Kodir.
"Kerja sama ini merupakan tonggak sejarah bagi kami. Dengan kerja sama ini menjadi perwujudan dari aspirasi kita semua untuk membantu pemerintah dalam membangun infrastruktur tanpa menggantungkan pada APBN," kata Arisudono dalam sambutannya di Hotel Santika Premier, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (3/6/2016).
Menurut Arisudono, pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dirinya yakin, dengaan kemampuan yang IIF miliki saat ini dan dengan bermitra dengan Kopelindo Infrastruktur Indonesia, tentunya bisa menujudkan percepatan dan pemerataan pembanginan infrastruktur di Indonesia.
Sementera itu Herianto menambahkan, kerja sama ini sangat strategis. Pihaknya memang memfokuskan pada tiga pembangunan infrastruktur yakni pada sektor transportasi terutama jalan tol, energi yakni pembangkit, dan energi dari sisi oil and gas.
Lebih jauh, tambah Herianto, berdasarkan amanah yang diberikan, Kopel Infrastruktur menargetkan investasi sebesar USD1 miliar dalam lima tahun ke depan, yang mana telah dianggarkan dana sebesar USD125 juta untuk mendukung rencana ini.
"Untuk titik awal dari kerja sama ini kami menyiapkan ekuitas USD500 miliar, dan target financing USD125 juta," jelas Herianto.
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/gNQYGJqN-bantu-pemerintah-biayai-infrastruktur-iif-gandeng-anak-usaha-koperasi-bulog
Perlu dukungan dari berbagai lembaga pembiayaan untuk mendorong pembangunan infrastruktur, salah satunya dari lembaga keuangan domestik, PT Indonesia Infrastruktur Finance (IIF). Dalam rangka membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, FII menggaet PT Kompelindo Infrastruktur yang merupakan anak usaha dari koperasi pegawai dan pensiunan Bulog Seluruh Indonesia (Kopindo) untuk melakukan pembiayaan bersama (co-financing).
Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk penandatanganan perjanjian yang dilakukan Presiden IIF Arisudono Soerono dengan Direktur Utama Kopelindo Infrastruktur Herianto Pribadi. Kegiatan tersebut disaksikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Direktur Utama Bulog yang juga sebagai Penasihat Kopelindo Djarot Kusumayakti dan Ketua Kopelindo Deddy SA Kodir.
"Kerja sama ini merupakan tonggak sejarah bagi kami. Dengan kerja sama ini menjadi perwujudan dari aspirasi kita semua untuk membantu pemerintah dalam membangun infrastruktur tanpa menggantungkan pada APBN," kata Arisudono dalam sambutannya di Hotel Santika Premier, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (3/6/2016).
Menurut Arisudono, pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dirinya yakin, dengaan kemampuan yang IIF miliki saat ini dan dengan bermitra dengan Kopelindo Infrastruktur Indonesia, tentunya bisa menujudkan percepatan dan pemerataan pembanginan infrastruktur di Indonesia.
Sementera itu Herianto menambahkan, kerja sama ini sangat strategis. Pihaknya memang memfokuskan pada tiga pembangunan infrastruktur yakni pada sektor transportasi terutama jalan tol, energi yakni pembangkit, dan energi dari sisi oil and gas.
Lebih jauh, tambah Herianto, berdasarkan amanah yang diberikan, Kopel Infrastruktur menargetkan investasi sebesar USD1 miliar dalam lima tahun ke depan, yang mana telah dianggarkan dana sebesar USD125 juta untuk mendukung rencana ini.
"Untuk titik awal dari kerja sama ini kami menyiapkan ekuitas USD500 miliar, dan target financing USD125 juta," jelas Herianto.
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/gNQYGJqN-bantu-pemerintah-biayai-infrastruktur-iif-gandeng-anak-usaha-koperasi-bulog
Infrastruktur Bulog Sudah Tidak Memadai
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui bahwa infrastruktur badan urusan logistik itu, kini sudah tidak ideal lagi dengan perkembangan kota di mana bangunan tersebut berdiri.
Untuk pergudangan misalnya, Djarot mengatakan, banyak gudang yang dibangun 15-20 tahun silam, kini letaknya tepat di jalan-jalan arteri.
Mobilitas barang dari dan menuju gudang tentu sulit di jalan-jalan arteri yang umumnya dipadati kendaraan umum maupun pribadi.
"Kita punya gudang di jalan-jalan utama. Kan sudah tidak cocok lagi untuk gudang. Artinya sudah mengganggu kota itu. Kan harus diubah, apakah menjadi fungsi perkantoran atau pasar modern," kata Djarot di Jakarta, Jumat (3/6/2016).
Tak mau aset Bulog terbengkalai, Djarot mendorong koperasi pegawai dan pensiunan Bulog, Kopelindo, untuk bisa memanfaatkan aset-aset tersebut secara optimal.
"Infrastruktur Bulog dibangun 15-20 tahun yang lalu. Pada saat itu cocok. Tapi dengan berjalannya waktu kan mungkin butuh perubahan, modernisasi maupun jumlahnya," imbuhnya.
Selain pemanfaatan aset secara optimal, Kopelindo juga diminta untuk ikut membangun infrastruktur pangan seperti pergudangan, silo, dan fasilitas pengolahan (processing).
Pasalnya, kata Djarot, sejauh ini Kopelindo baru bermain di infrastruktur bangunan seperti hunian bertingkat (residence).
"Kita juga ingin mereka membangun itu (infrastruktur pangan) untuk dimanfaatkan Bulog secara komersial. Sehingga Bulog tertolong, dan mereka (Kopelindo) juga mendapatkan margin," ujar mantan direktur BRI itu.
http://medan.tribunnews.com/2016/06/03/infrastruktur-bulog-sudah-tidak-memadai
Untuk pergudangan misalnya, Djarot mengatakan, banyak gudang yang dibangun 15-20 tahun silam, kini letaknya tepat di jalan-jalan arteri.
Mobilitas barang dari dan menuju gudang tentu sulit di jalan-jalan arteri yang umumnya dipadati kendaraan umum maupun pribadi.
"Kita punya gudang di jalan-jalan utama. Kan sudah tidak cocok lagi untuk gudang. Artinya sudah mengganggu kota itu. Kan harus diubah, apakah menjadi fungsi perkantoran atau pasar modern," kata Djarot di Jakarta, Jumat (3/6/2016).
Tak mau aset Bulog terbengkalai, Djarot mendorong koperasi pegawai dan pensiunan Bulog, Kopelindo, untuk bisa memanfaatkan aset-aset tersebut secara optimal.
"Infrastruktur Bulog dibangun 15-20 tahun yang lalu. Pada saat itu cocok. Tapi dengan berjalannya waktu kan mungkin butuh perubahan, modernisasi maupun jumlahnya," imbuhnya.
Selain pemanfaatan aset secara optimal, Kopelindo juga diminta untuk ikut membangun infrastruktur pangan seperti pergudangan, silo, dan fasilitas pengolahan (processing).
Pasalnya, kata Djarot, sejauh ini Kopelindo baru bermain di infrastruktur bangunan seperti hunian bertingkat (residence).
"Kita juga ingin mereka membangun itu (infrastruktur pangan) untuk dimanfaatkan Bulog secara komersial. Sehingga Bulog tertolong, dan mereka (Kopelindo) juga mendapatkan margin," ujar mantan direktur BRI itu.
http://medan.tribunnews.com/2016/06/03/infrastruktur-bulog-sudah-tidak-memadai
Kamis, 02 Juni 2016
Operasi Bulog Keluar dari Pakem (SAPUAN GAFAR)
Kekisruhan operasi pasar Bulog dalam
rangka stabilisasi harga pangan terus dikeluhkan. Sebenarnya sejak 2011 operasi
Bulog sudah keluar dari pakem yang biasa dipakai sebagai pedoman dasar sejak
1970.
Mengapa hal itu terjadi dan apa
konsekuensinya?
Operasi Bulog didasarkan pada
teoribufferstock yang diadopsi dari operasibufferstock untuk karet. Untuk beras
dikenal sebagai "teori waduk", pada saat musim hujan menampung air
yang berlebih, kemudian dialirkan pada musim kemarau. Untuk penerapan teori
waduk diperlukan tiga instrumen pokok.
Pertama, kebijakan harga dasar
(floor price) yang harus dijaga oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Bulog.
Apabila harga cenderung turun di bawah harga dasar, diperlukan intervensi untuk
menyerap surplus musiman sampai harga dasar aman.
Kedua, kebijakan harga batas atas
(ceiling price) untuk ancar- ancar kapan diperlukan operasi pasar apabila harga
cenderung naik di atas harga yang dikendalikan.
Ketiga, antara harga batas bawah dan
harga batas atas harus ada selisih harga yang cukup merangsang perdagangan
antarmusim dan antardaerah dengan memperhitungkan ongkos simpan, susut, dan
biaya angkut. Oleh karena sistem operasi Bulog berdasarkan teori waduk,
terdapat ciri-ciri khas yang membedakan dengan perusahaan pada umumnya.
Pertama, tak mengenal target jumlah
yang akan dibeli, perencanaan didasarkan pada prognosis. Jika harga gabah/beras
sudah di atas harga pembelian pemerintah (HPP), tak ada kewajiban untuk membeli
(intervensi pasar). Prognosis dapat berubah di tengah jalan, misalnya terjadi
kekeringan atau perubahan kebijakan pemerintah.
Kedua, tidak berebut barang di pasar
apabila harga gabah/beras sudah di atas HPP.
Ketiga, tidak membentuk jaringan
pembelian sampai petani sehingga tidak menyiapkan infrastruktur untuk keperluan
itu.
Keempat, Bulog hanya beroperasi saat
ada surplus musiman dan hanya membeli di daerah surplus produksi. Kelima,
prinsip saling menjamin, pemerintah mengeluarkan anggaran untuk program
peningkatan produksi padi, hasilnya dijamin oleh Bulog untuk dibeli sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Untuk itu Bulog mendapat kemudahan
kredit yang dijamin oleh Menteri Keuangan, sedangkan Menteri Keuangan bersedia
menjamin kredit Bulog karena adanya jaminan anggaran yang digunakan untuk
cadangan beras pemerintah dan raskin.
Mengapa
keluar pakem?
Perubahan mendasar pada pemasaran
beras terjadi sejak 1990-an dan perubahan lebih besar lagi terjadi setelah
krisis moneter 1997/1998. Perubahan pertama terjadi pada 1990-an dengan mulai
berkembangnya perdagangan beras yang dibungkus dalam kemasan plastik 5 kg dan
10 kg disertai merek tertentu.
Muncul pula permintaan beras kristal
yang dipoles dengan mesin khusus (KB). Ternyata inovasi ini mendapat respons
baik dari konsumen yang didukung munculnya supermarket di kota- kota besar.
Dengan demikian, mulai terjadi perubahan perdagangan beras yang sebelumnya
dalam bentuk curah dengan kemasan 100 atau 50 kg menjadi kemasan kecil dan
bermerek.
Perubahan kedua yaitu berkembangnya
penggilingan keliling yang di Yogyakarta dinamakan mesin grandong. Penggilingan
keliling ini menggunakan mesin Engelberg untuk mengupas kulit dan menyosoh,
yang hasil berasnya mengandung butir patah yang tinggi.
Kelebihan penggilingan padi keliling
adalah menjemput bahan baku di depan pintu rumah petani. Karena itu, kini
terjadi perebutan bahan baku gabah yang ketat antara penggilingan padi
keliling, penggilingan kecil, dan penggilingan besar. Di Kabupaten Bantul saja
jumlah mesin grandong diperkirakan mencapai 700 buah lebih.
Selanjutnya, terjadi spesialisasi
pengolahan gabah/beras, penggilingan kecil dan penggilingan keliling
menghasilkan "beras asalan" dengan kadar air beras lebih dari 14
persen dan beras patah lebih dari 30 persen. Beras asalan ini kemudian diolah
oleh penggilingan besar menjadi beras kualitas medium dengan broken berkisar
15-20 persen atau menjadi kualitas premium dengan memoles yang lebih bening
lagi dan mengurangi beras patahnya yang selanjutnya dikemas dalam kemasan
kecil.
Perubahan ketiga, mulai 2008-2010
para pemodal besar ikut meramaikan perdagangan beras, mereka sangat gesit
menyerbu pasar gabah dan beras asalan untuk memenuhi langganan mereka berupa
beras kelas medium yang dicirikan dengan kemasan curah 50 kg dan beras kelas
premium yang dicirikan kemasan 5 kg dan 10 kg dengan merek tertentu serta beras
kelas super dengan aroma khas yang hanya dapat dihasilkan dari daerah tertentu
(ethnic rice).
Sebagai konsekuensi perubahan pasar
dan pemasaran beras tersebut, mulai 2011 Bulog sulit mendapatkan beras sesuai
persyaratan kualitas seperti yang di dalam instruksi presiden disebut beras
kelas medium. Hal ini sebenarnya akibat perebutan bahan baku berupa gabah dan
"beras asalan" sehingga membuat harga pembelian Bulog yang ditetapkan
oleh pemerintah selalu di bawah harga pasar.
Oleh karena tekanan pemerintah dan
publik bahwa Bulog kalah dengan swasta, mulai 2011 Bulog mengatasinya dengan
mengalah pada keadaan pasar dengan berebut barang di pasar sehingga akhirnya
terjadi keluhan-keluhan penerima raskin.
Keadaan yang sama juga terjadi pada
pemerintahan Jokowi, karena manajemen Perum Bulog dianggap lamban dalam
pembelian beras pada 2015. Dua direkturnya dicopot sekaligus, tetapi ini tidak
menyelesaikan masalah karena pembelian juga tidak mencapai target.
Model
swasembada
Sebenarnya, kekisruhan operasi Bulog
ini diakibatkan oleh kesalahan kita dalam melihat model swasembada beras yang
masih melihat keadaan kita sama dengan 30 tahun yang lalu. Padahal, keadaan
yang kita hadapi sudah berubah, paradigmanya sudah berubah dari komoditas
menjadi produk. Ciri pemasaran dalam bentuk produk itu antara lain orientasi
konsumen didasarkan pada market driven atau didorong oleh pasar. Padahal, cara
berpikir adalah bagaimana memproduksi sebanyak-banyaknya dengan tidak
memedulikan kemauan konsumen.
Karena itu, model swasembada ke
depan dalam era perdagangan bebas ASEAN disarankan berupa swasembada dalam
pengertian "surplus neraca perdagangan pangan". Komoditas dan produk
yang mempunyai daya saing didorong untuk diekspor, termasuk beras jenis
tertentu.
Kita punya produk beras hitam dan
beras merah untuk melayani permintaan khusus bagi mereka yang diet dan
penderita diabetes sehingga perlu dikembangkan untuk dalam negeri dan ekspor.
Beras aromatik dari Sulawesi Selatan yang disukai konsumen Timur Tengah pun
perlu didorong untuk bisa diekspor.
Neraca perdagangan pangan kita
sebenarnya sudah surplus sejak 1990-an karena didukung oleh ekspor hasil
perkebunan pangan dan perikanan. Untuk itu, perlu terus didorong guna menutup
defisit impor biji-bijian dan ternak/daging.
Tugas Perum Bulog adalah fokus untuk
memelihara cadangan pangan (cadangan beras pemerintah, ASEAN Food Security
Reserve dan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR), yaitu Jepang,
Tiongkok dan Korea Selatan), serta melayani pelanggan PSO/komersial serta
perdagangan internasional.
Dalam rangka sinergi, tugas Perum
Bulog diharapkan ditingkatkan menjadi perusahaan holding di bidang pangan yang
bersinergi dengan perusahaan yang bergerak di bidang produksi, industri
pengolahan, logistik (angkutan dan pergudangan, bongkar muat), perdagangan, dan
lain-lain.
SAPUAN GAFAR, MANTAN WAKABULOG
http://doa-bagirajatega.blogspot.co.id/2016/06/operasi-bulog-keluar-dari-pakem-sapuan.html
Sabtu, 28 Mei 2016
1.240 Ton Bawang Merah Masih di Gudang, Ini Penjelasan Bulog
Sebanyak 1.240 ton bawang merah yang diangkut dari Bima, Nusa Tenggara
Barat (NTB), ke Jakarta masih tersimpan di Gudang Bulog Kelapa Gading,
Jakarta Utara, sejak Rabu (25/5/2016) lalu.
Kementerian Pertanian (Kementan) khawatir bawang merah tersebut membusuk karena tidak segera dibongkar dari truk. Bulog diminta segera mendistribusikan bawang-bawang itu agar tidak rusak.
Terkait masalah ini, Perum Bulog menjelaskan bahwa bawang merah itu tidak didiamkan saja, Bulog terus mendistribusikan bawang merah ke pasar dalam rangka stabilisasi harga sebagaimana ditugaskan oleh pemerintah.
Namun, bawang merah yang digelontorkan tidak bisa sekaligus banyak, harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Sebagian bawang merah juga sengaja disimpan untuk stok Bulog.
"Ada yang untuk stok, distribusinya juga harus kita atur iramanya, tergantung kemampuan pasar menyerap. Kita distribusikan terus sampai persiapan lebaran," kata Sekretaris Perusahaan Bulog, Djoni Nur Ashari, kepada detikFinance di Jakarta, Sabtu (28/5/2016).
Masih banyaknya bawang merah yang tersimpan di gudang ini, sambungnya, bukan karena Bulog kesulitan menjual bawang asal Bima. "Bentuk bawangnya kan sama saja, masyarakat tahunya bawang merah," tukas dia.
Bulog sendiri telah menggelontorkan 300 ton bawang merah sejak tanggal 15 Mei 2016 untuk operasi pasar. "Bawang merahnya dari Nganjuk, Malang, Bima, dan sebagainya. Kita jual ke pasar induk dan pasar-pasar eceran," ujarnya.
Operasi pasar akan terus dilakukan agar masyarakat tidak terbebani oleh harga bawang merah yang mahal saat lebaran nanti. "Kita jual bawang maksimal Rp 25.000/kg," tutup Djoni.
http://finance.detik.com/read/2016/05/28/123217/3219907/4/1240-ton-bawang-merah-masih-di-gudang-ini-penjelasan-bulog
Kementerian Pertanian (Kementan) khawatir bawang merah tersebut membusuk karena tidak segera dibongkar dari truk. Bulog diminta segera mendistribusikan bawang-bawang itu agar tidak rusak.
Terkait masalah ini, Perum Bulog menjelaskan bahwa bawang merah itu tidak didiamkan saja, Bulog terus mendistribusikan bawang merah ke pasar dalam rangka stabilisasi harga sebagaimana ditugaskan oleh pemerintah.
Namun, bawang merah yang digelontorkan tidak bisa sekaligus banyak, harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Sebagian bawang merah juga sengaja disimpan untuk stok Bulog.
"Ada yang untuk stok, distribusinya juga harus kita atur iramanya, tergantung kemampuan pasar menyerap. Kita distribusikan terus sampai persiapan lebaran," kata Sekretaris Perusahaan Bulog, Djoni Nur Ashari, kepada detikFinance di Jakarta, Sabtu (28/5/2016).
Masih banyaknya bawang merah yang tersimpan di gudang ini, sambungnya, bukan karena Bulog kesulitan menjual bawang asal Bima. "Bentuk bawangnya kan sama saja, masyarakat tahunya bawang merah," tukas dia.
Bulog sendiri telah menggelontorkan 300 ton bawang merah sejak tanggal 15 Mei 2016 untuk operasi pasar. "Bawang merahnya dari Nganjuk, Malang, Bima, dan sebagainya. Kita jual ke pasar induk dan pasar-pasar eceran," ujarnya.
Operasi pasar akan terus dilakukan agar masyarakat tidak terbebani oleh harga bawang merah yang mahal saat lebaran nanti. "Kita jual bawang maksimal Rp 25.000/kg," tutup Djoni.
http://finance.detik.com/read/2016/05/28/123217/3219907/4/1240-ton-bawang-merah-masih-di-gudang-ini-penjelasan-bulog
Harga Bawang Merah Mulai Turun, Bawang Putih Naik
Harga bawang merah di Jakarta masih tinggi. Meski demikian, harganya mulai beranjak turun.
Berdasarkan pantauan detikFinance di Pasar Minggu, Jakarta, pagi ini harga bawang merah mengalami sedikit penurunan dibanding minggu lalu.
Pekan lalu harga bawang merah Rp 45.000/kg, hari ini menjadi Rp 40.000/kg. Sementara harga bawang putih naik dari Rp 40.000/kg menjadi Rp 45.000/kg.
"Bawang merah turun dari Rp 45.000/kg menjadi Rp 40.000/kg. Tapi bawang putih naik, kemarin-kemarin Rp 40.000/kg sekarang Rp 45.000/kg," tutur salah seorang pedagang, Narti, kepada detikFinance di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (28/5/2016).
Narti menambahkan, kenaikan harga juga terjadi pada wortel. Harga wortel merangkak dari Rp 11.000/kg menjadi Rp 15.000/kg menjelang puasa ini. Penurunan harga terjadi pada tomat, dari sebelumnya Rp 18.000/kg menjadi Rp 13.000/kg. "Yang lagi naik sekarang wortel, yang turun tomat," ucapnya.
Sedangkan harga beras masih stabil karena adanya panen di berbagai daerah. Harga beras kualitas medium masih di kisaran Rp 8.000/kg. Tetapi pasokan beras premium agak tersendat.
"Beras stabil karena lagi ada panen, sekitar 8.000/kg untuk yang warnanya agak kuning (medium). Kalau yang beras putih (premium) sekarang agak susah dapatnya, mungkin karena sinar matahari kurang," tutur salah seorang pedagang beras, Aji.
Adapun harga daging sapi masih stabil tinggi di atas Rp 100.000/kg. "Pasokan daging sapi masih lancar. Harganya tergantung kualitasnya, ada yang Rp 100.000/kg, ada yang Rp 120.000/kg," ucap pedagang daging sapi, Sandi.
http://finance.detik.com/read/2016/05/28/104253/3219857/4/harga-bawang-merah-mulai-turun-bawang-putih-naik
Berdasarkan pantauan detikFinance di Pasar Minggu, Jakarta, pagi ini harga bawang merah mengalami sedikit penurunan dibanding minggu lalu.
Pekan lalu harga bawang merah Rp 45.000/kg, hari ini menjadi Rp 40.000/kg. Sementara harga bawang putih naik dari Rp 40.000/kg menjadi Rp 45.000/kg.
"Bawang merah turun dari Rp 45.000/kg menjadi Rp 40.000/kg. Tapi bawang putih naik, kemarin-kemarin Rp 40.000/kg sekarang Rp 45.000/kg," tutur salah seorang pedagang, Narti, kepada detikFinance di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (28/5/2016).
Narti menambahkan, kenaikan harga juga terjadi pada wortel. Harga wortel merangkak dari Rp 11.000/kg menjadi Rp 15.000/kg menjelang puasa ini. Penurunan harga terjadi pada tomat, dari sebelumnya Rp 18.000/kg menjadi Rp 13.000/kg. "Yang lagi naik sekarang wortel, yang turun tomat," ucapnya.
Sedangkan harga beras masih stabil karena adanya panen di berbagai daerah. Harga beras kualitas medium masih di kisaran Rp 8.000/kg. Tetapi pasokan beras premium agak tersendat.
"Beras stabil karena lagi ada panen, sekitar 8.000/kg untuk yang warnanya agak kuning (medium). Kalau yang beras putih (premium) sekarang agak susah dapatnya, mungkin karena sinar matahari kurang," tutur salah seorang pedagang beras, Aji.
Adapun harga daging sapi masih stabil tinggi di atas Rp 100.000/kg. "Pasokan daging sapi masih lancar. Harganya tergantung kualitasnya, ada yang Rp 100.000/kg, ada yang Rp 120.000/kg," ucap pedagang daging sapi, Sandi.
http://finance.detik.com/read/2016/05/28/104253/3219857/4/harga-bawang-merah-mulai-turun-bawang-putih-naik
Rabu, 18 Mei 2016
Berpacu Menyerap Gabah Petani
KESTABILAN harga
pangan menjadi fokus pemerintah terutama di masa-masa krusial menjelang Ramadan
serta Lebaran. Cara yang ditempuh ialah dengan menjaga pasokan sekaligus
mempercepat penyerapan bahan pangan sejak jauh hari.
"Kita akan
lakukan percepatan dalam 45 hari ke depan. Serapan gabah akan kita
percepat," ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Jakarta, kemarin.
Ia mengungkapkan
percepatan itu dilakukan karena selain Ramadan dan Lebaran, akan ada masa-masa
kritis lain yaitu pada Juli, Agustus, dan September yang di tahun-tahun
sebelumnya kerap terjadi paceklik. "Itu masa-masa kritis, jadi kita genjot
dari sekarang," jelasnya.
Dalam upaya
penyerapan itu, Kementan akan bekerja sama dengan Perum Bulog dan TNI. Dengan
kolaborasi itu ditargetkan, penyerapan tidak kurang dari 50 ribu ton gabah
setiap hari. "Dari awal tahun sampai saat ini, stok beras sudah 2 juta
ton, hampir dua kali lipat dari tahun lalu di periode sama," tutur Amran.
Kegesitan
menyerap gabah juga sudah terlihat di daerah. Humas Bulog Subdivre Banyumas M
Priyono mengungkapkan penyerapan gabah di wilayahnya telah mencapai 32,7 ribu
ton. Stok itu mampu mencukupi kebutuhan hingga Agustus 2016.
"Dengan stok
sekarang, kebutuhan untuk 415 ribu lebih rumah tangga sasaran di Banyumas,
Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara aman."
Sementara itu,
Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan penyerapan gabah
langsung dari petani harus dilakukan dengan harga yang sesuai. Untuk itu, ia
menggarisbawahi peran penting koperasi desa yang mestinya juga dirangkul dalam
menyerap gabah.
"Bulog harus
bekerja sama dengan koperasi-koperasi petani. Untuk itu, pemerintah harus
segera mengeluarkan platform kebijakan pangan yang mengatur kerja sama Bulog
dengan koperasi petani," tegasnya.
http://www.mediaindonesia.com/news/read/45968/berpacu-menyerap-gabah-petani/2016-05-18
Bulog Janji Siapkan 23 Ribu Ton Bawang Merah
Perusahaan umum Badan Urusan Logistik
Bulog siap menyediakan bawang merah hingga 23 ribu ton hingga lebaran
nanti. Sedangkan bawang erah yang dibutuhkan sekitar 12.600 ton.
”Jadi pemain bawang merah diyakini tidak
akan menjadi kesulitan khusus bagi Bulog. Karena bawang merah ini
sebenarnya tidak butuh infrastruktur kompleks. Yang sudah Bulog punya,
atau Bulog bisa sewa infrastruktur dari BUMN lain, itu sudah cukup.
Persoalan bawang merah adalah manajemen stoknya karena dia bukan barang
yang tahan lama,” ungkap Djarot,S enin (16/5) kemarin.
http://www.jpnn.com/read/2016/05/18/411149/Bulog-Janji-Siapkan-23-Ribu-Ton-Bawang-Merah-
Suplai ke pasar induk dilakukan agar
pedagang besar tak bisa memonopoli pasokan dan harga saat Puasa dan
Lebaran. Direktur utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, Bulog akan
melakukan operasi pasar bawang sebanyak 300 ton per hari.
Hal itu untuk menstabilkan harga bawang
yang saat ini sudah menyentuh Rp 48 ribu per kg di Pasar Mampang
Prapatan. Sementara itu, rata-rata harga bawang di Jakarta saat ini
sebesar Rp 42 ribu per kg.
Tiap hari Pasar Induk Kramat Jati ada
20 truk, Pasar Induk Cibitung (10), Pasar Induk Tanah Tinggi (15 truk),
serta pasar lain di Jawa Barat dan Banten. Nantinya harag diharapkan di
bawag Rp 25 ribu per kilogram.
http://www.jpnn.com/read/2016/05/18/411149/Bulog-Janji-Siapkan-23-Ribu-Ton-Bawang-Merah-
Raskin Akan Diganti Voucher Pangan, Apakah Peran Bulog Dihapuskan?
Pemerintah berencana meluncurkan voucher pangan yang akan menggantikan
program beras miskin (Raskin). Namun, kebijakan ini dikhawatirkan akan
menghilangkan peran Bulog dalam penyediaan raskin.
"Dengan adanya voucher ini peran Bulog sebagai institusi yang menjaga stablilisasi harga bisa hilang," jelas Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/5/2016).
Herman menyarankan, peran Bulog tetap dipertahankan dengan cara voucher pangan itu bisa dipakai untuk membeli beras di Bulog.
"Kalau sekarang kan Bulog jadi outlet. Tapi bisa kalau dengan voucher tetapi membelinya ke Bulog," kata Herman.
Diharapkan nantinya Bulog dapat berperan sebagai penyedia komoditas pangan. Sehingga nantinya masyarakat dengan mudah mendapatkan pangan dengan harga yang relatif stabil.
"Artinya peran voucher ini jangan sampai menggeser peran Bulog untuk menjamin keterjangkauan dan ketersediaan pangan di masyarakat. Itu boleh vouchernya di masyarakat subsidinya di masyarakat tapi barangnya ada dari Bulog," pungkas Herman.
Dengan adanya peran Bulog dalam menyediakan raskin, maka diharapkan belanja masyarakat dengan voucher pangan dapat lebih efisien.
"Kalau ke pasar kan tergantung harga pasar, kalau yang nentuin harga pedagang, maka 15,5 juta orang yang biasa terima Raskin dengan harga Rp 1600/kg mereka harus beli dengan hrga Rp 8000/kg sampai Rp 8500/kg untuk beras KW 3," tutup Herman.
http://finance.detik.com/read/2016/05/18/182142/3213576/4/raskin-akan-diganti-voucher-pangan-apakah-peran-bulog-dihapuskan
"Dengan adanya voucher ini peran Bulog sebagai institusi yang menjaga stablilisasi harga bisa hilang," jelas Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/5/2016).
Herman menyarankan, peran Bulog tetap dipertahankan dengan cara voucher pangan itu bisa dipakai untuk membeli beras di Bulog.
"Kalau sekarang kan Bulog jadi outlet. Tapi bisa kalau dengan voucher tetapi membelinya ke Bulog," kata Herman.
Diharapkan nantinya Bulog dapat berperan sebagai penyedia komoditas pangan. Sehingga nantinya masyarakat dengan mudah mendapatkan pangan dengan harga yang relatif stabil.
"Artinya peran voucher ini jangan sampai menggeser peran Bulog untuk menjamin keterjangkauan dan ketersediaan pangan di masyarakat. Itu boleh vouchernya di masyarakat subsidinya di masyarakat tapi barangnya ada dari Bulog," pungkas Herman.
Dengan adanya peran Bulog dalam menyediakan raskin, maka diharapkan belanja masyarakat dengan voucher pangan dapat lebih efisien.
"Kalau ke pasar kan tergantung harga pasar, kalau yang nentuin harga pedagang, maka 15,5 juta orang yang biasa terima Raskin dengan harga Rp 1600/kg mereka harus beli dengan hrga Rp 8000/kg sampai Rp 8500/kg untuk beras KW 3," tutup Herman.
http://finance.detik.com/read/2016/05/18/182142/3213576/4/raskin-akan-diganti-voucher-pangan-apakah-peran-bulog-dihapuskan
Kamis, 05 Mei 2016
Stok Beras Aman hingga Agustus
Perum Bulog Divre Jawa Tengah hingga akhir April lalu telah melakukan
penyerapan beras hingga 30 persen dari target di tahun 2016 yaitu
sebesar 144.000 ton dari target total sebanyak 505.000 ton.
Kepala Perum Bulog Divre Jateng, Usep Karyana mengatakan, jika dibandingkan periode sama tahun lalu, penyerapan beras kali ini jauh lebih baik. Bahkan naik hingga empat kali lipat dari periode yang sama di tahun lalu. “Naiknya cukup signifikan, Yaitu dari 34.000 ton setara beras pada periode Januari – April tahun lalu, menjadi 505.000 ton,” ujarnya.
Menurutnya, tingginya penyerapan beras di tahun ini terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya faktor cuaca yang lebih baik di tahun sebelumnya, kemudian harga yang cenderung lebih stabil.
Sementara itu, hingga April lalu, penyerapan beras masuk dalam kondisi yang cukup tinggi. Rata-rata serapan per hari saat ini mencapai antara 4.500-5.000 ton per hari setara beras, atau 10.000 ton gabah.
Dengan penyerapan beras tertinggi masih didominasi dari wilayah Bulog Sub Divre Pati yang memberikan kontribusi hingga 40 persen dari total penyerapan beras di Jateng. Disusul kemudian Bulog Sub Divre Semarang, Solo, Pekalongan, Banyumas dan Kedu.
Melihat kondisi penyerapan yang ada saat ini, lanjutnya, Bulog optimis stok beras di Jateng mampu menopang ketahanan pangan hingga bulan Agustus mendatang. Belum lagi, pada bulan Mei masih berlangsung masa puncak panen. “Ketahanan stok beras bisa sampai pertengahan Agustus. Prediksi puncak panen ini di April dan Mei. Sedangkan untuk Lebaran besok, stok pun bisa dipastikan aman,” tandasnya.
http://www.radarsemarang.com/20160505/stok-beras-aman-hingga-agustus
Kepala Perum Bulog Divre Jateng, Usep Karyana mengatakan, jika dibandingkan periode sama tahun lalu, penyerapan beras kali ini jauh lebih baik. Bahkan naik hingga empat kali lipat dari periode yang sama di tahun lalu. “Naiknya cukup signifikan, Yaitu dari 34.000 ton setara beras pada periode Januari – April tahun lalu, menjadi 505.000 ton,” ujarnya.
Menurutnya, tingginya penyerapan beras di tahun ini terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya faktor cuaca yang lebih baik di tahun sebelumnya, kemudian harga yang cenderung lebih stabil.
Sementara itu, hingga April lalu, penyerapan beras masuk dalam kondisi yang cukup tinggi. Rata-rata serapan per hari saat ini mencapai antara 4.500-5.000 ton per hari setara beras, atau 10.000 ton gabah.
Dengan penyerapan beras tertinggi masih didominasi dari wilayah Bulog Sub Divre Pati yang memberikan kontribusi hingga 40 persen dari total penyerapan beras di Jateng. Disusul kemudian Bulog Sub Divre Semarang, Solo, Pekalongan, Banyumas dan Kedu.
Melihat kondisi penyerapan yang ada saat ini, lanjutnya, Bulog optimis stok beras di Jateng mampu menopang ketahanan pangan hingga bulan Agustus mendatang. Belum lagi, pada bulan Mei masih berlangsung masa puncak panen. “Ketahanan stok beras bisa sampai pertengahan Agustus. Prediksi puncak panen ini di April dan Mei. Sedangkan untuk Lebaran besok, stok pun bisa dipastikan aman,” tandasnya.
http://www.radarsemarang.com/20160505/stok-beras-aman-hingga-agustus
Bulog: Alhamdulillah Beras Aman Sampai Lebaran
Dirut Perum Bulog, Djarot
Kusumayakti memastikan stok ketersedian beras mencukupi jelang bulan puasa dan
lebaran tahun 2016, Djarot mengaku saat ini gudang Bulog menyimpan setidaknya
1,9 juta ton beras.
"Serapan beras alhamdulillah
masih diatas 25 ribu per hari, sampai kemarin kita punya serapan kira-kira 870
ribu ton, stok kita masih dikisaran 1,850 juta ton hampir 1,9 juta ton,"
papar Djarot di Kantor Kemenko Ekonomi, Rabu Malam (4/5/2016).
Djarot pun menjamin stok tersebut
sangat memadai sampai lebaran usai, mengingat masih ada beberapa daerah yang
masih berpotensi untuk melakukan panen raya. "Insha Allah cukup,"
ujanya.
Untuk cadangan beras pemerintah
(CBP), Djarot memperkirakan dari stok 1,9 juta ton tersebut ada sekitar 200
ribu ton hingga 250 ribu ton beras CBP. "CBP-nya saya gak terlalu ingat,
mungkin 200-250 ribu ton," katanya.
Terkait adanya tudingan oknum
penimbun beras jelang puasa dan lebaran, Djarot tidak ingin berspekulasi lebih
jauh terkait hal itu, namun dirinya hanya mengatakan tugas dirinya hanya
melakukan intervensi ketika dirasa harga pangan sudah tidak wajar. "Saya
kira mungkin saja ada, saya kira kita tidak perlu mempermasalahkan sana,
karenakan itu hak setiap orang, mereka kan berusaha, yang bagus adalah
mengintervensi," dalih Djarot.
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2293349/bulog-alhamdulillah-beras-aman-sampai-lebaran
Langganan:
Postingan (Atom)