Sabtu, 07 Januari 2012

MAFIA BERAS Berhasil Mendikte Pemerintah


Kenapa beras dulu disebut produk strategis seperti halnya listrik, air dan BBM oleh UUD 1945, sehingga wajib dikuasai dan dikendalikan Negara? Karena dia menyangkut kepentingan hajad hidup orang banyak. Tapi kini beras telah di mekanisme-pasarkan, diserahkan sepenuhnya pada kekuatan supply dan demand.  Niat itu baik, selama pasar memang berjalan secara fair dan tidak di rusak oleh kekuatan monopolis yang kemudian mendikte harga pasar. Nyatanya, kini supply beras di pasaran di kuasai oleh jaringan MAFIA BERAS, yang bukan saja menguasai kelompok pedagang  pembeli beras  petani di dalam negeri, tapi juga menguasai jalur perdaganagn export-import beras dari dan ke Indonesia. Akibatnya harga jadi rusak.  Asal tahu saja, beras itu dibeli dari petani hanya Rp 5000 per-kg, tetapi di pasaran kini paling murah berkisar Rp 8000 sampai 9000 per-kg, dan terus cenderung naik dari waktu ke waktu. Celakanya, mereka karena punya gudang-gudang beras yang bisa menyimpan atau menimbun stock beras melebihi kemampuan BULOG dalam melakukan stock beras, dengan mudahnya mereka bisa mengatur supply beras dalam negeri, sedang banjir atau kosong di pasaran.

Biasanya, kurang ajarnya para mafioso itu, bila harga beras internasional sedang murah dan melimpah, mereka bikin stock beras di pasaran seakan-akan kosong atau kurang sehingga memaksa Pemerintah cq Kementerian Perdagangan untuk 'minta izin' melakukan impor beras. Jelas izin pastilah diberikan. Dan ketika beras impor masuk, mereka lepas itu beras impor dan stock gudangnya yang sesungguhnya masih banyak untuk membanjiri Pasar sehingga otomatis menjatuhkan harga jual beras petani dalam negeri. Jatuhnya harga jual beras petani, tentu sangat menguntungkan para mafioso beras itu, karena mereka bisa men-stock kembali dengan harga lebih murah. Begitu seterusnya. Jaringannyamafia beras ini pastilah sudah menginternasional. Dan tentunya, pemain asing terlibat disana (minimal sebagai pihak yang menjadi penyandang dana gede untuk bisa memborong beras petani dan impor, demi mengalahkan BULOG, sehingga bisa memonopoli pasar beras dalam negeri).

Dalam jangka panjang, kalau mafia beras itu dibiarkan saja, akan sangat berbahaya. Anda pasti tahu bahwa harga pangan itu bisa dijadikan alat politik untuk mendatangkan kerusuhan agar terjadi sebuah perubahan rezim di negara mana saja selama ini. Di Indonesia, setiap ada krisis politik yang mengarah pada reformasi atau revolusi, selalu di awali dengan kelangkaan pangan atau beras menjadi hilang di pasaran. Nah, para mafioso beras itu, siapa yang bisa menjamin nasionalisme mereka untuk tidak mau di suap oleh kekuatan-kekuatan anti NKRI, agar mereka mengurangi atau men-stop supply berasnya di pasaran pada suatu masa yang mereka anggap tepat untuk melakukan sebuah revolusi seperti tahun 1965 atau 1998 dulu. Ini hanya sebuah pandangan saja, semoga tidak sampai begitu,Tapi apa salahnya untuk mengantisipasinya? Tapi belajarlah dari MESIR yang bergolak tahun lalu itu, gara-gara roti dan daging dibikin mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar