Rencana pemerintah menghapuskan program beras untuk Rakyat Miskin
(Raskin) terus mendapat perlawanan. Alasannya, program ini sangat
dirasakan manfaatnya oleh kalangan kurang mampu. Selain itu, raskin
merupakan andalan bagi kaum tani di Indonesia untuk menjual beras yang
dihasilkannya.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)
Winarno Tohir mengatakan, program raskin bukan sekadar program
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Program ini juga terkait
pertumbuhan sumber daya manusia, serta pertahanan bagi distribusi
produk para petani lokal dari serbuan produk impor,” katanya dalam
siaran persnya, kemarin.
Winarno meminta pemerintah tidak gegabah
menghapus program raskin, karena program tersebut dinilai berhasil
menjamin kebutuhan pangan masyarakat, menjaga stabilitas harga beras
di pasaran, juga menjadi andalan petani untuk menjual hasil taninya
dengan harga yang mahal di atas harga pasaran. Kalau raskin dihapus,
diperkirakan harga beras akan melonjak, meskipun orang miskin
dikasih uang untuk bisa membeli beras, tetapi harga beras di pasar akan
naik,” ujarnya.
Dia menerangkan, saat ini harga raskin Rp
1.600,- per kilogram sementara harga beras termurah di pasaran Rp
6.600,- per kilogram.
Jika selama ini masyarakat miskin
memperoleh raskin sebanyak 15 kilogram per bulan, maka pemerintah ke
depan harus menyiapkan uang yang setara dengan harga 15 kilogram beras.
Selama ini harga raskin di daerah-daerah Papua sama dengan Pulau Jawa,
karena pendistribusiannya ditanggung Bulog. Kalau pakai e-money, harga
beras tidak terkontrol karena sesuai dengan mekanisme pasar dan
tentu harganya lebih mahal dari harga beras di Jawa,” paparnya.
Winanor
menambahkan, program raskin juga telah membantu petani karena selama
ini Bulog membeli beras petani di atas harga pasaran. Setiap bulannya
Bulog setidaknya mengelola 3,6 juta ton beras hasil tani dari
masyarakat, karena itu petani merasa dibantu dengan program raskin,”
tandasnya.
Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, mendesak pemerintah
meninjau ulang rencana penghapusan raskin. Pihaknya menentang
rencana pemerintah menghapuskan raskin dan pupuk bersubsidi dengan
alasan penghapusan itu sangat tidak tepat karena masih dibutuhkan oleh
masyarakat. Fadli menilai, pemerintah seharusnya menambah subsidi
bagi masyarakat miskin dan petani, bukan menguranginya.
Akan
lebih bagus lagi subsidi itu ditambah, bukan dihilangkan. Bahkan
kalau bisa benih itu ya benih gratis, kalau memang mau betul-betul ke
arah swasembada pangan. Ingat, petani kita saat ini merupakan
masyarakat petani yang terlemah secara ekonomi,” katanya.
Sebelumnya,
pemerintahan Jokowi-JK berencana menghapus program Beras untuk Rakyat
Miskin (Raskin) dan Pupuk Bersubsidi pada 2015. Langkah ini diambil
guna mengalihkan pemberian subsidi kepada golongan masyarakat yang
lebih tepat.
http://m.rmol.co/news.php?id=180053
Tidak ada komentar:
Posting Komentar