Kementerian Pertanian berencana untuk mengubah fungsi Perum Badan Urusan
Logistik (Bulog) sebagai stabilisator (penyeimbang) harga komoditas
beras, dan bukan menjadi lembaga yang mencari pendapatan.
"Kami
sudah melakukan rapat terbatas (ratas) dengan Pak Presiden, Bulog harus
langsung masuk ke petani, hadir di tengah petani. Jadi bukan profit
oriented lagi," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Jakarta,
Rabu.
Ketika ditemui dalam acara musyawarah perencanaan
pembangunan pertanian nasional (musrenbangtannas), ia menuturkan rencana
tersebut terkait dengan kondisi harga jual gabah dan beras di pihak
petani yang tidak sebanding dengan harga jual di tingkat pedagang.
Menurut
dia, terjadi ketimpangan marjin keuntungan antara petani dan pedagang
dalam menjual beras ke pasar, sehingga diperlukan upaya penanganan yang
lebih menguntungkan petani.
"Selama ini Bulog membeli beras di
penggilingan, bukan di petani. Ini artinya harga pembelian pemerintah
(HPP) malah berfungsi menyangga pengusaha, bukan menyangga ekonomi
petani," tukas Menteri Andi.
Pada kesempatan tersebut ia pun
mengajak agar seluruh pihak terkait turut bekerjasama dalam
menyelesaikan masalah tersebut, karena ia menilai Bulog tidak bisa jika
harus bergerak sendiri.
Berdasarkan data yang ia paparkan,
diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh petani dari penjualan gabah
hanya sekitar 10-20 persen.
Ia memaparkan, harga gabah di
lapangan sekitar Rp3.500-Rp4.000, tetapi jika melihat fakta yang ada
maka ada ketimpangan antara komoditas yang dijual petani dan pedagang
atau pengusaha.
"Jika harga beras Rp12.000 per kilogram, maka
harga gabah Rp5.000 per kilogram. Kalau harga gabah turun jadi Rp3.500
artinya turun 30 persen, tapi berdasarkan data BPS harga beras cuma
turun tiga persen," tutur Andi, menjelaskan.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/06/03/npd78m-bulog-akan-jadi-stabilisator-pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar