Semua pihak dinilai harus turut serta dalam memperbaiki kekurangan
kelemahan program pengadaan beras untuk rakyat miskin (Raskin)
sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya,
program ini berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak, terutama
orang miskin yang ada di seluruh Indonesia.
"Yang harus memperbaikinya, ya semua, mulai dari pemerintah pusat,
daerah, aparat, dan terutama masyarakat juga harus ikut saling
mengawasi. Tidak bisa hanya Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), karena
bukan hanya tanggungjawab Bulog semata," ujar Koordinator Pokja
Kebijakan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
Suahasil Nazara di Jakarta, Senin (30/6/2014).
Menurutnya, semua pihak harus terlibat dalam memperbaiki program yang
masih dibutuhkan rakyat miskin tersebut. Sebab, program ini melibatkan
berbagai institusi, mulai dari kementerian, pemerintah daerah (pemda),
Perum Bulog hingga masyarakat.
"Bulog bertanggung jawab sampai titik distribusi. Kemudian ketika
dibagaikan kepada masyarakat, itu sudah tanggung jawab kepala desa,
aparat desa, dan tanggung jawab masyarakat juga. Jadi bukan hanya
tanggung jawab Bulog, Kemenkokesra, Kemsos, tapi semua, termasuk
masyarakat," tuturnya.
Adapun hal-hal yang harus dibenahi dalam program raskin, kata Suahasil,
adalah ketepatan sasaran penerima dan waktu penyaluran, kualitas beras,
dan harga harus sesuai yang tetah ditentukan. Juga diperlukan peran
masyarakat untuk mencegah kebocoran. "Warga yang nama dan alamatnya
tercantum sebagai penerima raskinlah yang boleh membeli beras dan
menghindari 'bagito' atau dibagi rata," ungkapnya.
Menurut Suahasil, Raskin harus tepat sasaran, karena pemerintah hanya
menyediakannya bagi 15,5 juta penerima sesuai kuota nasional yang telah
ditetapkan. "Nah, sebanyak 15,5 juta keluarga ini yang kita anggap
paling butuh," ucapnya.
Pemda juga mempunyai kewajiban untuk memastikan program ini berjalan
sesuai yang ditentukan. Misalnya, pemda wajib mengamankan pengiriman
beras dari gudang Bulog hingga ke masyarakat. Selain itu, agar rakyat
miskin dapat membeli beras sesuai harga yang dipatok secara nasional,
maka pemda harus membayar biaya transportasinya.
"Tapi ada juga pemda yang tidak mau, meski itu tanggung jawabnya. Karna
pemdanya ggak mau, akhirnya rakyatnya yang miskin membeli beras itu
dengan harga lebih mahal," ungkapnya.
Adapun peran Bulog dalam mencegah penyelewengan program raskin, yakni
harus bertanggung jawab atas pendistribusian raskin hingga titik
tertentu secara tepat waktu dan sesuai dengan jumlah serta kualitas yang
ditentukan agar program ini bisa benar-benar sampai ke tangan yang
memerlukan.
"Jadi kualitas beras itu bukan sekedar hanya ada beras, tapi beras yang
betul-betul mutunya sesuai standar. Harga juga harus diperbaiki, harga
yang harusnya Rp1600, tiba-tiba di lapangan masyarakat miskin harus
membelinya Rp2200. Ini juga harus diperbaiki," katanya.
Sedangkan dari sisi ketepatan data, kata Suahasil, memang menggunakan
data 2011 dan tentunya di lapangan sudah berbeda. Namun hal itu bisa
di-update atau diverifikasi secara langsung, karena sebelum pembagian
beras, ada evaluasi melalui rapat desa atau kelurahan melibatkan seluruh
elemen.
"Ya, jadi kan ada yang sudah pindah, kondisinya sudah berubah. Ada juga
dulu biasa-biasa saja sekarang jatuh miskin. Masukkanlah dalam data itu,
tapi jumlahnya tidak bisa diubah atau tetap, karena kesepakatannya
dengan DPR-nya begitu," ucapnya.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/06/30/259118/perbaikan-raskin-tanggung-jawab-siapa
Senin, 30 Juni 2014
Minggu, 29 Juni 2014
Pengakuan Jujur Seorang Pendukung Jokowi
DARI PRO JOKOWI MENJADI ANTI JOKOWI
Oleh : Robert Strong
Sama seperti ratusan juta rakyat Indonesia, sebelum Tempo mengangkat isu Jokowi, Esemka dan predikat Jokowi sebagai “walikota terbaik sedunia” saya tidak mengenal Jokowi. Siapa itu Jokowi? Mengapa ada tokoh sehebat itu tapi saya tidak pernah mendengar sebelumnya? Masa saya se”kuper” itu? Kendati demikian melihat kemunculan Esemka bertepatan momentumnya dengan pemilihan gubernur DKI, maka saya sudah menduga bahwa kedatangan Jokowi ke Jakarta dengan mengendarai Esemka (katanya) adalah sebagai usaha Jokowi untuk melakukan pencitraan terselubung dan kampanye secara diam-diam.
Walaupun sudah mengetahui Jokowi sedang menunggangi Esemka untuk tujuan politiknya waktu itu saya tidak terlalu peduli karena sejak orde baru tumbang saya sudah menjadi golput dan apolitis. Tetapi ada satu hal yang waktu itu mengganjal, yaitu komentar Jokowi ketika Esemka gagal lolos uji coba pertama kali yaitu: “Seharusnya loloskan saja, ini kan demi industri mobil nasional”. Saya berpikir ini orang asal bunyi atau memang bodoh? masa meloloskan mobil yang jelas-jelas tidak lolos uji coba, yang ada harusnya produsen Esemka meningkatkan kualitas mobilnya sesuai standar yang ditetapkan bukan standar yang diturunkan mengikuti Esemka.
Sesuai dugaan akhirnya Jokowi dan Ahok bertarung di pilkada DKI, dan saya kembali golput pada putaran pertama karena menilai semua calon tidak ada yang benar. Baru setelah Foke menjalankan kampanye rasis dan SARA karena kalah pada putaran pertama itulah akhirnya saya mendukung Jokowi-Ahok dan untuk sementara menyingkirkan sikap apolitis saya dan ikut berkampanye untuk “Jakarta Baru”. Sejarah mencatat akhirnya Foke-Nara tersingkir dan Jokowi-Ahok terpilih menjadi pasangan gubernur-wakil gubernur baru DKI Jakarta.
Di hari pelantikan mereka saya berharap kali ini tidak salah memilih pemimpin, dan beberapa bulan pertama memang mereka menunjukan bahwa mungkin saja pasangan tersebut dapat menanggung harapan warga Jakarta dengan baik.
Sayangnya, harapan tersebut mulai hilang ketika saya melihat bagaimana Jokowi menangani banjir 2012-2013, yaitu dengan memanfaatkan momentum banjir yang membawa penderitaan rakyat itu sebagai alat pencitraan dengan memfokuskan diri di bendungan Latuharhary yang jebol dan bahkan dengan tidak malu menyebut dirinya sebagai “superman banjir”, sementara itu seluruh Jakarta Utara tenggelam, dan warganya kelaparan, dingin serta terjebak banjir tanpa pertolongan. Pertolongan baru diberikan ketika Jokowi sudah selesai pencitraan di Latuharhary beberapa hari setelah hujan. Kejam! Membiarkan warganya terjebak banjir hanya demi sedikit pencitraan, sungguh keji orang ini saya berpikir demikian.
Seberapa besarpun simpati saya pada Jokowi yang masih tersisa sejak Jokowi menelantarkan jutaan warga Jakarta Utara, habis terkikis ketika setelah banjir Jokowi kembali memanfaatkan momentum banjir untuk pencitraan dengan membawa tronton keliling Jakarta membagi-bagi alat tulis dan sembako sendiri. Memang tidak ada pegawai pemprov yang bisa keliling Jakarta untuk melakukan hal tersebut? Sekarang kita tahu alasannya, Jokowi harus melakukannya sendiri sebagai persiapan pencapresan dirinya tahun 2014, sehingga dia harus memaksimalkan waktu sebagai gubernur untuk menggenjot citra diri. Sungguh licik!
Tahun 2013 benar-benar membuka mata saya tentang Jokowi, tentang kesalahan besar saya mempercayai hiruk pikuk mengenai Jokowi tanpa memeriksa latar belakang dirinya. Ternyata tidak ada satu halpun yang digembar-gemborkan media massa tentang Jokowi yang benar atau akurat. Jokowi sungguh pemimpin berkinerja paling buruk sepanjang 30 tahun lebih saya hidup di Jakarta. Mau dimulai darimana menulis tentang hal ini?
KJS ternyata dikeluarkan asal sekedar cepat dan lagi-lagi proyek pencitraan Jokowi yang menimbulkan kesengsaraan rakyat yang luar biasa, ibu mertua saya sendiri nyaris menjadi korban KJSnya Jokowi yang merusak sistem puskesmas dan rumah sakit. Untung kementerian kesehatan turun tangan memberi sistem kepada KJS sehingga dapat menghilangkan korban jiwa yang mulai muncul karena KJS Jokowi.
Bolos-bolosnya Jokowi untuk jadi juru kampanye PDIP demi tebar pesona di daerah-daerah, nonton konser, memamerkan taman waduk pluit yang tidak ada hubungan dengan revitalisasi waduk pluit dapat diduga adalah bagian persiapan menuju deklarasi pencapresan dirinya. Pencitraan tentu bukan dosa, yang menjadi masalah ketika rakyat Pademangan tenggelam karena Jokowi ingkar janji akan merevitalisasi Kali Mati, Jokowi ternyata asik-asikan nonton konser ke Malaysia. Waktu itu saya berpikir, apa hati nurani orang ini masih bekerja? Sungguh keji sekali.
Menjelang berakhirnya 2013 santer berita bahwa penyerapan anggaran DKI sangat rendah, hanya 30% yang membuktikan Pemprov DKI di bawah Jokowi sama sekali tidak bekerja. Hal ini membuat saya ingat kembali bahwa APBD memang dibuat Jokowi-Ahok dengan asal jadi, asal hitung kancing dan asal cepat, karena Jokowi mengaku dia “pusing dan sakit kepala membaca neraca keuangan DKI”. Saya berpikir, ini orang kerjanya ngeluh mulu, kalau tidak suka bekerja sebagai gubernur, resign saja boss..
Semua kejadian tahun 2013 baik yang telah saya tulis di atas maupun belum ternyata hanya puncak gunung es dari kebobrokan Jokowi sebagai pemimpin maupun individu. Yang paling menyakitkan adalah akhir 2013 dan awal 2014 saya melihat Jakarta di bawah Jokowi dan bergumam “kok Jakartaku jadi begini?”.
Ironisnya, ini adalah ungkapan dalam salah satu jingle Jokowi ketika dia kampanye cagub DKI. Macet tambah parah, hujan lima tahun menjadi banjir setiap hujan, monorel ternyata kembali mangkrak karena groundbreaking tanpa izin, di sana sini tambah kumuh, jalanan rusak dan bolong di sana sini, wah, Jakartaku kok jadi begini? Apa yang terjadi?
Walaupun jelas-jelas Jakarta tambah kumuh dan miskin di bawah dirinya, tapi saya sudah menduga sejak Jokowi ikut jadi juru kampanye pilkada Rieke Dyah Pitaloka bahwa Jokowi berambisi menjadi presiden dan mau memanfaatkan kesempatan pencitraan di Jawa Barat dan yang lain seperti ketika Jokowi ke Sumatera menunggangi pembukaan Bank DKI untuk pencitraan dirinya. Tetapi tentu saja indikasi paling jelas bahwa Jokowi akan nyapres adalah pertemuannya dengan Ahok yang ditemani oleh Megawati dan cukongnya, Prajogo Pangestu pada Desember 2013 yang membicarakan penarikan Ahok ke PDIP dan penundukan diri Ahok kepada PDIP bila Jokowi menjadi presiden.
Melihat ambisi besar Jokowi ini saya berpikir, ini manusia berkarakter rumongso iso nanging iso rumongso, merasa bisa tapi tidak bisa merasa atau maksud hati memeluk gunung tapi apa daya tangan tidak sampai.
Mengurus Solo dan Jakarta saja masih kelimpungan malah bermimpi jadi presiden, tidakkah dia memiliki urat malu? Apalagi sampai bolos kerja demi pencapresan dan menemani Megawati ke Blitar. Sudah jelas bolos dan sudah jelas ke Makam Soekarno demi pencapresan dan diagendakan, Jokowi masih sempat-sempatnya berbohong dan mengatakan kebetulan ketemu Megawati di Blitar, sungguh orang yang tidak bisa dipercaya dan dipegang kata-katanya.
Jadi pertanyaan pada diri saya adalah, apakah saya mau dipimpin orang yang tinggal gelanggang colong playu alias meninggalkan tanggung jawab; tidak bisa dipercaya; merasa bisa tapi tidak bisa merasa; suka berbohong; ambisius dengan mengorbankan rakyat? Saya tidak mau dan menolak dipimpin orang seperti itu. Bagaimana dengan anda?
http://yudisamara.com/2014/06/29/pengakuan-jujur-seorang-pendukung-jokowi/
Oleh : Robert Strong
Sama seperti ratusan juta rakyat Indonesia, sebelum Tempo mengangkat isu Jokowi, Esemka dan predikat Jokowi sebagai “walikota terbaik sedunia” saya tidak mengenal Jokowi. Siapa itu Jokowi? Mengapa ada tokoh sehebat itu tapi saya tidak pernah mendengar sebelumnya? Masa saya se”kuper” itu? Kendati demikian melihat kemunculan Esemka bertepatan momentumnya dengan pemilihan gubernur DKI, maka saya sudah menduga bahwa kedatangan Jokowi ke Jakarta dengan mengendarai Esemka (katanya) adalah sebagai usaha Jokowi untuk melakukan pencitraan terselubung dan kampanye secara diam-diam.
Walaupun sudah mengetahui Jokowi sedang menunggangi Esemka untuk tujuan politiknya waktu itu saya tidak terlalu peduli karena sejak orde baru tumbang saya sudah menjadi golput dan apolitis. Tetapi ada satu hal yang waktu itu mengganjal, yaitu komentar Jokowi ketika Esemka gagal lolos uji coba pertama kali yaitu: “Seharusnya loloskan saja, ini kan demi industri mobil nasional”. Saya berpikir ini orang asal bunyi atau memang bodoh? masa meloloskan mobil yang jelas-jelas tidak lolos uji coba, yang ada harusnya produsen Esemka meningkatkan kualitas mobilnya sesuai standar yang ditetapkan bukan standar yang diturunkan mengikuti Esemka.
Sesuai dugaan akhirnya Jokowi dan Ahok bertarung di pilkada DKI, dan saya kembali golput pada putaran pertama karena menilai semua calon tidak ada yang benar. Baru setelah Foke menjalankan kampanye rasis dan SARA karena kalah pada putaran pertama itulah akhirnya saya mendukung Jokowi-Ahok dan untuk sementara menyingkirkan sikap apolitis saya dan ikut berkampanye untuk “Jakarta Baru”. Sejarah mencatat akhirnya Foke-Nara tersingkir dan Jokowi-Ahok terpilih menjadi pasangan gubernur-wakil gubernur baru DKI Jakarta.
Di hari pelantikan mereka saya berharap kali ini tidak salah memilih pemimpin, dan beberapa bulan pertama memang mereka menunjukan bahwa mungkin saja pasangan tersebut dapat menanggung harapan warga Jakarta dengan baik.
Sayangnya, harapan tersebut mulai hilang ketika saya melihat bagaimana Jokowi menangani banjir 2012-2013, yaitu dengan memanfaatkan momentum banjir yang membawa penderitaan rakyat itu sebagai alat pencitraan dengan memfokuskan diri di bendungan Latuharhary yang jebol dan bahkan dengan tidak malu menyebut dirinya sebagai “superman banjir”, sementara itu seluruh Jakarta Utara tenggelam, dan warganya kelaparan, dingin serta terjebak banjir tanpa pertolongan. Pertolongan baru diberikan ketika Jokowi sudah selesai pencitraan di Latuharhary beberapa hari setelah hujan. Kejam! Membiarkan warganya terjebak banjir hanya demi sedikit pencitraan, sungguh keji orang ini saya berpikir demikian.
Seberapa besarpun simpati saya pada Jokowi yang masih tersisa sejak Jokowi menelantarkan jutaan warga Jakarta Utara, habis terkikis ketika setelah banjir Jokowi kembali memanfaatkan momentum banjir untuk pencitraan dengan membawa tronton keliling Jakarta membagi-bagi alat tulis dan sembako sendiri. Memang tidak ada pegawai pemprov yang bisa keliling Jakarta untuk melakukan hal tersebut? Sekarang kita tahu alasannya, Jokowi harus melakukannya sendiri sebagai persiapan pencapresan dirinya tahun 2014, sehingga dia harus memaksimalkan waktu sebagai gubernur untuk menggenjot citra diri. Sungguh licik!
Tahun 2013 benar-benar membuka mata saya tentang Jokowi, tentang kesalahan besar saya mempercayai hiruk pikuk mengenai Jokowi tanpa memeriksa latar belakang dirinya. Ternyata tidak ada satu halpun yang digembar-gemborkan media massa tentang Jokowi yang benar atau akurat. Jokowi sungguh pemimpin berkinerja paling buruk sepanjang 30 tahun lebih saya hidup di Jakarta. Mau dimulai darimana menulis tentang hal ini?
KJS ternyata dikeluarkan asal sekedar cepat dan lagi-lagi proyek pencitraan Jokowi yang menimbulkan kesengsaraan rakyat yang luar biasa, ibu mertua saya sendiri nyaris menjadi korban KJSnya Jokowi yang merusak sistem puskesmas dan rumah sakit. Untung kementerian kesehatan turun tangan memberi sistem kepada KJS sehingga dapat menghilangkan korban jiwa yang mulai muncul karena KJS Jokowi.
Bolos-bolosnya Jokowi untuk jadi juru kampanye PDIP demi tebar pesona di daerah-daerah, nonton konser, memamerkan taman waduk pluit yang tidak ada hubungan dengan revitalisasi waduk pluit dapat diduga adalah bagian persiapan menuju deklarasi pencapresan dirinya. Pencitraan tentu bukan dosa, yang menjadi masalah ketika rakyat Pademangan tenggelam karena Jokowi ingkar janji akan merevitalisasi Kali Mati, Jokowi ternyata asik-asikan nonton konser ke Malaysia. Waktu itu saya berpikir, apa hati nurani orang ini masih bekerja? Sungguh keji sekali.
Menjelang berakhirnya 2013 santer berita bahwa penyerapan anggaran DKI sangat rendah, hanya 30% yang membuktikan Pemprov DKI di bawah Jokowi sama sekali tidak bekerja. Hal ini membuat saya ingat kembali bahwa APBD memang dibuat Jokowi-Ahok dengan asal jadi, asal hitung kancing dan asal cepat, karena Jokowi mengaku dia “pusing dan sakit kepala membaca neraca keuangan DKI”. Saya berpikir, ini orang kerjanya ngeluh mulu, kalau tidak suka bekerja sebagai gubernur, resign saja boss..
Semua kejadian tahun 2013 baik yang telah saya tulis di atas maupun belum ternyata hanya puncak gunung es dari kebobrokan Jokowi sebagai pemimpin maupun individu. Yang paling menyakitkan adalah akhir 2013 dan awal 2014 saya melihat Jakarta di bawah Jokowi dan bergumam “kok Jakartaku jadi begini?”.
Ironisnya, ini adalah ungkapan dalam salah satu jingle Jokowi ketika dia kampanye cagub DKI. Macet tambah parah, hujan lima tahun menjadi banjir setiap hujan, monorel ternyata kembali mangkrak karena groundbreaking tanpa izin, di sana sini tambah kumuh, jalanan rusak dan bolong di sana sini, wah, Jakartaku kok jadi begini? Apa yang terjadi?
Walaupun jelas-jelas Jakarta tambah kumuh dan miskin di bawah dirinya, tapi saya sudah menduga sejak Jokowi ikut jadi juru kampanye pilkada Rieke Dyah Pitaloka bahwa Jokowi berambisi menjadi presiden dan mau memanfaatkan kesempatan pencitraan di Jawa Barat dan yang lain seperti ketika Jokowi ke Sumatera menunggangi pembukaan Bank DKI untuk pencitraan dirinya. Tetapi tentu saja indikasi paling jelas bahwa Jokowi akan nyapres adalah pertemuannya dengan Ahok yang ditemani oleh Megawati dan cukongnya, Prajogo Pangestu pada Desember 2013 yang membicarakan penarikan Ahok ke PDIP dan penundukan diri Ahok kepada PDIP bila Jokowi menjadi presiden.
Melihat ambisi besar Jokowi ini saya berpikir, ini manusia berkarakter rumongso iso nanging iso rumongso, merasa bisa tapi tidak bisa merasa atau maksud hati memeluk gunung tapi apa daya tangan tidak sampai.
Mengurus Solo dan Jakarta saja masih kelimpungan malah bermimpi jadi presiden, tidakkah dia memiliki urat malu? Apalagi sampai bolos kerja demi pencapresan dan menemani Megawati ke Blitar. Sudah jelas bolos dan sudah jelas ke Makam Soekarno demi pencapresan dan diagendakan, Jokowi masih sempat-sempatnya berbohong dan mengatakan kebetulan ketemu Megawati di Blitar, sungguh orang yang tidak bisa dipercaya dan dipegang kata-katanya.
Jadi pertanyaan pada diri saya adalah, apakah saya mau dipimpin orang yang tinggal gelanggang colong playu alias meninggalkan tanggung jawab; tidak bisa dipercaya; merasa bisa tapi tidak bisa merasa; suka berbohong; ambisius dengan mengorbankan rakyat? Saya tidak mau dan menolak dipimpin orang seperti itu. Bagaimana dengan anda?
http://yudisamara.com/2014/06/29/pengakuan-jujur-seorang-pendukung-jokowi/
Kamis, 26 Juni 2014
BUKTI SLOGAN JOKOWI BERSIH – JUJUR – SEDERHANA – MERAKYAT PALSU
Pura – pura bergaya hidup sederhana atau sederhana yang direkayasa,
itu namanya kemunafikan. Munafik adalah sifat terkeji dan terbejat.
Seburuk – buruknya pemimpin adalah pemimpin munafik.
Berikut ini BUKTI – BUKTI ketidakjujuran Jokowi :
Kesaksian dari mantan Sekda Solo Supradi Kertamenawi sebenarnya bukan informasi baru sebab sudah sejak dua tahun lalu kebobrokan Solo di masa kepemimpinan Jokowi sudah tercium, akan tetapi baru sekaranglah ada kesaksian dari “orang dalam” sendiri.
Bila mengurus kota Solo saja gagal maka tentu kegagalan yang sama juga terulang kembali ketika Jokowi memimpin Jakarta, dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia sebagai akuntan negara menemukan 86 kebocoran pada APBD Jakarta Tahun 2013 mencapai Rp. 2trilyun; dan kebocoran ini belum termasuk kerugian akibat memasukan Bus TransJakarta berkarat oleh seorang mantan timsesnya, Michael Bimo Putranto, yang menggerus keuangan negara hingga Rp. 3,7trilyun. Selain itu BPK juga menemukan banyak realisasi belanja yang tidak didukung dengan bukti pertanggung jawaban (nota, kuitansi yang dilengkapi identitas perusahaan, dan lain sebagainya).
Beberapa temuan tersebut antara lain:
1. Pembuatan sistem informasi berupa e-surat, e-dokumen, e-harga, e-budgeting, sistem belanja hibah dan bansos, e-aset, e-fasom-fasum, e-pegawai melanggar ketentuan pengadaan barang dan jasa. Hasil atau output dari kegiatan tersebut tidak sesuai kesepakatan hingga merugikan keuangan daerah hingga Rp. 1,42miliar.
2. Kartu Jakarta Sehat/KJP bermasalah dan merugikan keuangan daerah sebesar Rp. 13,34miliar karena penerimanya banyak yang ganda, yaitu sebesar 9.006 nama.
3. Biaya Operasional Pendidikan untuk Sekolah Negeri senilai Rp. 1,54trilyun tidak dicatat dan tidak ada dokumen sebagai bukti pertanggungjawaban, dan hasil pengujian pada 11 sekolah negeri terindikasi kerugian senilai Rp. 8,29miliar, artinya kerugian keuangan daerah yang sebenarnya masih jauh lebih besar.
4. Penyaluran dana Hibah BOP swasta sebesar Rp. 6,05miliar tidak sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak efektif (boros), misalnya sekolah menerima BOP padahal tidak pernah mengajukan proposal tapi dana tersebut tidak dimanfaatkan, dan selain itu ada manipulasi Surat Keterangan Tidak Mampu yang merugikan keuangan daerah sebesar Rp. 2,19miliar.
5. Realisasi program penataan kampung tidak efektif (boros); selain itu sebanyak 90 rumah didirikan di atas lahan dengan peruntungan drainase tata air dan jalan (melanggar rencana tata ruang). Selain itu dari targer Rp. 214miliar hanya terealisasi sebesar Rp. 75miliar.
6. Pengadaan bus TransJakarta tahun 2013 (kasus Michael Bimo Putranto) tidak wajar dan tidak sesuai ketentuan alias melanggar hukum yang berlaku.
7. Pencairan uang cadangan di Dinas PU pada akhir 2013 senilai Rp. 110,04miliar tidak wajar sebab sebesar Rp. 104,62miliar ditransfer ke rekening pribadi kepala seksi di kecamatan, kepala seksi di sudin, dan kepala bidang. Pencairan dana ini tidak punya pertanggung jawaban dan pekerjaan pembangunan jalan tidak sesuai spesifikasi teknis dengan total kerugian Rp. 6,73miliar.
Mengenai laporan BPK dapat dilihat di:
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/06/20/1358519/Laporan.Keuangan.DKI.2013.Dinilai.Wajar.Dengan.Pengecualian.
http://jakartabagus.rmol.co/read/2014/06/20/160298/BPK:-Sistem-Online-dan-KJP-Jokowi-Tak-Sesuai-Ketentuan,-Negara-Rugi-Miliaran-
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/06/20/1810185/BPK.Penataan.Kampung.Kumuh.Jokowi.Serobot.Lahan.Negara
http://m.detik.com/news/read/2014/06/20/124517/2614168/10/bpk-laporan-keuangan-dki-jakarta-tahun-2013-wajar-dengan-pengecualian
Kegagalan dan bobroknya kinerja Jokowi selama memimpin Jakarta yang belum diulas oleh BPK sebenarnya masih sangat banyak sekali, antara lain:
1. Sistem Kartu Jakarta Sehat Jokowi yang gagal hingga menyebabkan kematian banyak warga Jakarta dan menimbulkan kekacauan luar biasa pada puskesmas dan rumah sakit mitra KJS hingga Kementerian Kesehatan turun tangan mengganti sistem ala Jokowi dengan INA-CBG yang disiapkan untuk BPJS.
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/03/09/16385850/Ditolak.Empat.RS.Pasien.Akhirnya.Meninggal
http://matamata.com/news/2014/02/20/062959/tolak-pasien-dirawat-di-icu-pengguna-kjs-meninggal-di-rumah-sakit/
2. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Korporasi/Corporate Social Responsibility/CSR yang kacau dan digunakan untuk kepentingan politik sebagaimana pernah disampaikan Faisal Basri, pendiri Indonesia Corruption Watch/ICW:
“Saya sudah duga pasti [CSR] akan bermasalah. Namanya gubernur [Jokowi] kan orang politik, nanti kan takutnya dibawa untuk kepentingan pemilu, kepentingan politik, kepentingan partai, gimana.”
http://www.merdeka.com/jakarta/faisal-basri-kelola-dana-csr-ahok-salahgunakan-kekuasaan.html
3. Jokowi terlalu sering menggunakan hari-hari kerja untuk urusan partai dan urusan pribadi sehingga pekerjaan Jokowi harus dikerjakan oleh Wakil Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sebagaimana disampaikan oleh Fadjroel Rahman seorang aktivis dan Ahok sendiri.
http://nasional.kompas.com/read/2014/03/13/1535306/.Katanya.Jokowi.Mau.Melayani.Publik.Kok.Malah.ke.Blitar.
http://news.detik.com/read/2013/09/16/144627/2359944/10/2/ahok-mengeluh-jokowi-sering-cuti
4. Relokasi pedagang kaki lima/PKL di Tanah Abang ke Blok G Pasar Tanah Abang masih menyisakan persoalan besar dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah, terbukti banyak PKL yang gulung tikar sebagaimana kesaksian Tarmiji, Koordinator Komunitas Pasar Tanah Abang.
http://m.inilah.com/read/detail/2109619/pedagang-tanah-abang-gugat-pernyataan-jokowi
5. Mangkraknya pembangunan monorel akibat ketidaksiapan Pemprov DKI dan kontraktor terpilih padahal sudah ada groundbreaking dan MRT sudah menjadi pengetahuan umum sehingga tidak saya carikan refernsi lagi.
6. Prijanto, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta mengungkap bahwa salah satu keluhan anak buah Jokowi di Balai Kota adalah Jokowi tidak paham persoalan administrasi dan banyak berkas menumpuk belum ditandatangan dan Jokowi hanya peduli untuk meletakan batu pertama pada sebuah proyek supaya dikenang sebagai gubernur yang peduli pada rakyat (95% pekerjaan Jokowi tahun 2014 adalah kegiatan seremonial seperti peresmian dimulainya proyek dan peresmian proyek).
http://m.okezone.com/read/2014/05/21/500/988237/prijanto-heran-jokowi-tak-paham-administrasi
7. Revitalisasi Waduk Pluit sudah berhenti sejak November 2013 sampai sekarang karena Pemprov DKI hanya memusatkan pembangunan Taman Waduk Pluit, sementara sebelum revitalisasi berhenti, pengerukan baru dilakukan pada wilayah waduk seluas 20 hektar dari total luas 60 hektar dan pada kedalaman 1 meter dari total kedalaman waduk 10 meter. Tidak heran apabila hari ini Waduk Pluit mulai ditutupi enceng gondok yang membuktikan tingkat kekotoran Waduk Pluit.
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/18/0739134/Krisis.Anggaran.Pengerukan.Waduk.Pluit.Terhenti.
8. Ketika masih berada di Solo, Jokowi berkata bahwa mengatasi banjir Jakarta sangat mudah, namun di tangannya banjir besar lima tahunan di Jakarta berubah menjadi banjir setiap tahun, sebagaimana kesaksian berikut:
a. Jack (40), warga RT 03/03, Gang Lima, Kampung Pulo yang bekerja sebagai tukang ojek motor mempertanyakan alasan banjir besar lima tahunan menjadi banjir tahunan.
b. Achmad Zukri, Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyampaikan rasa heran atas banjir besar tahun 2014 padahal intensitas curah hujan lebih rendah daripada 2013 karena hujan di Jakarta lebih banyak terdistribusi secara merata di semua wilayah dan tidak terpusat pada daerah tertentu saja dan hujan tidak selebat tahun 2013 sebab hujan sudah dicicil sejak malam tahun baru.
c. Hadi Widodo, petugas pintu air Manggarai menyatakan bahwa kondisi banjir tahun ini separah banjir besar 2007. Fakta lain bahwa saat ini kita sedang mengalami banjir besar walaupun intensitas dan curah hujan ada pada kondisi normal adalah jebolnya tanggul kali sekretaris, Jakarta Barat. Terakhir kali tanggul ini jebol adalah tahun 2002.
http://www.rmol.co/read/2011/06/28/31483/Walikota-Solo:-Kelihatannya-Nggak-Sulit-sulit-Amat-Atasi-Macet-dan-Banjir-Jakarta-
http://m.okezone.com/read/2014/01/19/500/928349/warga-protes-banjir-lima-tahunan-kok-jadi-tiap-tahun
9. Terjadi duplikasi anggaran pada Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp. 700miliar dan mark up sebesar Rp. 500miliar dan ICW kecewa karena Jokowi terlihat tidak peduli pada fakta kerugian keuangan daerah sebesar Rp. 1,2trilyun tersebut.
http://m.tribunnews.com/metropolitan/2014/04/13/icw-nilai-langkah-jokowi-tak-lapor-indikasi-korupsi-disdik-dki-ke-penegak-hukum-tidak-tepat
10. Pelayanan bus TransJakarta mulai menurun drastis setelah berada di tangan Jokowi, terbukti sejak Juni 2013 sampai hari ini, sudah tidak terhitung bus TransJakarta yang mogok atau terbakar/meledak karena pengadaan bus-bus TransJakarta baru dimenangkan oleh perusahaan fiktif dan menjadi bahan untul “diproyekin” oleh tim sukses Jokowi, yaitu Michael Bimo Putranto dan David Herman Jaya.
http://m.kompasiana.com/post/read/645777/2/jokowi-kami-tidak-ra-popo-.html
Kebobrokan hasil kinerja dari pemerintahan Jokowi di Jakarta juga dijelaskan oleh mantan timses Jokowi bernama Nanik S. Deyang, wartawati senior bahwa sejak Desember 2012, Jokowi sudah nafsu mau jadi presiden dan itulah sebabnya dia rancang dalam setahun akan memaksakan untuk membuat “proyek monumental” yang akan dibicarakan orang meski sebenarnya ala kadarnya.
http://politik.kompasiana.com/2014/06/23/kebohongan-jokowi-dukung-palestina-merdeka-663884.html
Berikut ini BUKTI – BUKTI ketidakjujuran Jokowi :
Kesaksian dari mantan Sekda Solo Supradi Kertamenawi sebenarnya bukan informasi baru sebab sudah sejak dua tahun lalu kebobrokan Solo di masa kepemimpinan Jokowi sudah tercium, akan tetapi baru sekaranglah ada kesaksian dari “orang dalam” sendiri.
Bila mengurus kota Solo saja gagal maka tentu kegagalan yang sama juga terulang kembali ketika Jokowi memimpin Jakarta, dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia sebagai akuntan negara menemukan 86 kebocoran pada APBD Jakarta Tahun 2013 mencapai Rp. 2trilyun; dan kebocoran ini belum termasuk kerugian akibat memasukan Bus TransJakarta berkarat oleh seorang mantan timsesnya, Michael Bimo Putranto, yang menggerus keuangan negara hingga Rp. 3,7trilyun. Selain itu BPK juga menemukan banyak realisasi belanja yang tidak didukung dengan bukti pertanggung jawaban (nota, kuitansi yang dilengkapi identitas perusahaan, dan lain sebagainya).
Beberapa temuan tersebut antara lain:
1. Pembuatan sistem informasi berupa e-surat, e-dokumen, e-harga, e-budgeting, sistem belanja hibah dan bansos, e-aset, e-fasom-fasum, e-pegawai melanggar ketentuan pengadaan barang dan jasa. Hasil atau output dari kegiatan tersebut tidak sesuai kesepakatan hingga merugikan keuangan daerah hingga Rp. 1,42miliar.
2. Kartu Jakarta Sehat/KJP bermasalah dan merugikan keuangan daerah sebesar Rp. 13,34miliar karena penerimanya banyak yang ganda, yaitu sebesar 9.006 nama.
3. Biaya Operasional Pendidikan untuk Sekolah Negeri senilai Rp. 1,54trilyun tidak dicatat dan tidak ada dokumen sebagai bukti pertanggungjawaban, dan hasil pengujian pada 11 sekolah negeri terindikasi kerugian senilai Rp. 8,29miliar, artinya kerugian keuangan daerah yang sebenarnya masih jauh lebih besar.
4. Penyaluran dana Hibah BOP swasta sebesar Rp. 6,05miliar tidak sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak efektif (boros), misalnya sekolah menerima BOP padahal tidak pernah mengajukan proposal tapi dana tersebut tidak dimanfaatkan, dan selain itu ada manipulasi Surat Keterangan Tidak Mampu yang merugikan keuangan daerah sebesar Rp. 2,19miliar.
5. Realisasi program penataan kampung tidak efektif (boros); selain itu sebanyak 90 rumah didirikan di atas lahan dengan peruntungan drainase tata air dan jalan (melanggar rencana tata ruang). Selain itu dari targer Rp. 214miliar hanya terealisasi sebesar Rp. 75miliar.
6. Pengadaan bus TransJakarta tahun 2013 (kasus Michael Bimo Putranto) tidak wajar dan tidak sesuai ketentuan alias melanggar hukum yang berlaku.
7. Pencairan uang cadangan di Dinas PU pada akhir 2013 senilai Rp. 110,04miliar tidak wajar sebab sebesar Rp. 104,62miliar ditransfer ke rekening pribadi kepala seksi di kecamatan, kepala seksi di sudin, dan kepala bidang. Pencairan dana ini tidak punya pertanggung jawaban dan pekerjaan pembangunan jalan tidak sesuai spesifikasi teknis dengan total kerugian Rp. 6,73miliar.
Mengenai laporan BPK dapat dilihat di:
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/06/20/1358519/Laporan.Keuangan.DKI.2013.Dinilai.Wajar.Dengan.Pengecualian.
http://jakartabagus.rmol.co/read/2014/06/20/160298/BPK:-Sistem-Online-dan-KJP-Jokowi-Tak-Sesuai-Ketentuan,-Negara-Rugi-Miliaran-
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/06/20/1810185/BPK.Penataan.Kampung.Kumuh.Jokowi.Serobot.Lahan.Negara
http://m.detik.com/news/read/2014/06/20/124517/2614168/10/bpk-laporan-keuangan-dki-jakarta-tahun-2013-wajar-dengan-pengecualian
Kegagalan dan bobroknya kinerja Jokowi selama memimpin Jakarta yang belum diulas oleh BPK sebenarnya masih sangat banyak sekali, antara lain:
1. Sistem Kartu Jakarta Sehat Jokowi yang gagal hingga menyebabkan kematian banyak warga Jakarta dan menimbulkan kekacauan luar biasa pada puskesmas dan rumah sakit mitra KJS hingga Kementerian Kesehatan turun tangan mengganti sistem ala Jokowi dengan INA-CBG yang disiapkan untuk BPJS.
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/03/09/16385850/Ditolak.Empat.RS.Pasien.Akhirnya.Meninggal
http://matamata.com/news/2014/02/20/062959/tolak-pasien-dirawat-di-icu-pengguna-kjs-meninggal-di-rumah-sakit/
2. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Korporasi/Corporate Social Responsibility/CSR yang kacau dan digunakan untuk kepentingan politik sebagaimana pernah disampaikan Faisal Basri, pendiri Indonesia Corruption Watch/ICW:
“Saya sudah duga pasti [CSR] akan bermasalah. Namanya gubernur [Jokowi] kan orang politik, nanti kan takutnya dibawa untuk kepentingan pemilu, kepentingan politik, kepentingan partai, gimana.”
http://www.merdeka.com/jakarta/faisal-basri-kelola-dana-csr-ahok-salahgunakan-kekuasaan.html
3. Jokowi terlalu sering menggunakan hari-hari kerja untuk urusan partai dan urusan pribadi sehingga pekerjaan Jokowi harus dikerjakan oleh Wakil Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sebagaimana disampaikan oleh Fadjroel Rahman seorang aktivis dan Ahok sendiri.
http://nasional.kompas.com/read/2014/03/13/1535306/.Katanya.Jokowi.Mau.Melayani.Publik.Kok.Malah.ke.Blitar.
http://news.detik.com/read/2013/09/16/144627/2359944/10/2/ahok-mengeluh-jokowi-sering-cuti
4. Relokasi pedagang kaki lima/PKL di Tanah Abang ke Blok G Pasar Tanah Abang masih menyisakan persoalan besar dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah, terbukti banyak PKL yang gulung tikar sebagaimana kesaksian Tarmiji, Koordinator Komunitas Pasar Tanah Abang.
http://m.inilah.com/read/detail/2109619/pedagang-tanah-abang-gugat-pernyataan-jokowi
5. Mangkraknya pembangunan monorel akibat ketidaksiapan Pemprov DKI dan kontraktor terpilih padahal sudah ada groundbreaking dan MRT sudah menjadi pengetahuan umum sehingga tidak saya carikan refernsi lagi.
6. Prijanto, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta mengungkap bahwa salah satu keluhan anak buah Jokowi di Balai Kota adalah Jokowi tidak paham persoalan administrasi dan banyak berkas menumpuk belum ditandatangan dan Jokowi hanya peduli untuk meletakan batu pertama pada sebuah proyek supaya dikenang sebagai gubernur yang peduli pada rakyat (95% pekerjaan Jokowi tahun 2014 adalah kegiatan seremonial seperti peresmian dimulainya proyek dan peresmian proyek).
http://m.okezone.com/read/2014/05/21/500/988237/prijanto-heran-jokowi-tak-paham-administrasi
7. Revitalisasi Waduk Pluit sudah berhenti sejak November 2013 sampai sekarang karena Pemprov DKI hanya memusatkan pembangunan Taman Waduk Pluit, sementara sebelum revitalisasi berhenti, pengerukan baru dilakukan pada wilayah waduk seluas 20 hektar dari total luas 60 hektar dan pada kedalaman 1 meter dari total kedalaman waduk 10 meter. Tidak heran apabila hari ini Waduk Pluit mulai ditutupi enceng gondok yang membuktikan tingkat kekotoran Waduk Pluit.
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/18/0739134/Krisis.Anggaran.Pengerukan.Waduk.Pluit.Terhenti.
8. Ketika masih berada di Solo, Jokowi berkata bahwa mengatasi banjir Jakarta sangat mudah, namun di tangannya banjir besar lima tahunan di Jakarta berubah menjadi banjir setiap tahun, sebagaimana kesaksian berikut:
a. Jack (40), warga RT 03/03, Gang Lima, Kampung Pulo yang bekerja sebagai tukang ojek motor mempertanyakan alasan banjir besar lima tahunan menjadi banjir tahunan.
b. Achmad Zukri, Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyampaikan rasa heran atas banjir besar tahun 2014 padahal intensitas curah hujan lebih rendah daripada 2013 karena hujan di Jakarta lebih banyak terdistribusi secara merata di semua wilayah dan tidak terpusat pada daerah tertentu saja dan hujan tidak selebat tahun 2013 sebab hujan sudah dicicil sejak malam tahun baru.
c. Hadi Widodo, petugas pintu air Manggarai menyatakan bahwa kondisi banjir tahun ini separah banjir besar 2007. Fakta lain bahwa saat ini kita sedang mengalami banjir besar walaupun intensitas dan curah hujan ada pada kondisi normal adalah jebolnya tanggul kali sekretaris, Jakarta Barat. Terakhir kali tanggul ini jebol adalah tahun 2002.
http://www.rmol.co/read/2011/06/28/31483/Walikota-Solo:-Kelihatannya-Nggak-Sulit-sulit-Amat-Atasi-Macet-dan-Banjir-Jakarta-
http://m.okezone.com/read/2014/01/19/500/928349/warga-protes-banjir-lima-tahunan-kok-jadi-tiap-tahun
9. Terjadi duplikasi anggaran pada Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp. 700miliar dan mark up sebesar Rp. 500miliar dan ICW kecewa karena Jokowi terlihat tidak peduli pada fakta kerugian keuangan daerah sebesar Rp. 1,2trilyun tersebut.
http://m.tribunnews.com/metropolitan/2014/04/13/icw-nilai-langkah-jokowi-tak-lapor-indikasi-korupsi-disdik-dki-ke-penegak-hukum-tidak-tepat
10. Pelayanan bus TransJakarta mulai menurun drastis setelah berada di tangan Jokowi, terbukti sejak Juni 2013 sampai hari ini, sudah tidak terhitung bus TransJakarta yang mogok atau terbakar/meledak karena pengadaan bus-bus TransJakarta baru dimenangkan oleh perusahaan fiktif dan menjadi bahan untul “diproyekin” oleh tim sukses Jokowi, yaitu Michael Bimo Putranto dan David Herman Jaya.
http://m.kompasiana.com/post/read/645777/2/jokowi-kami-tidak-ra-popo-.html
Kebobrokan hasil kinerja dari pemerintahan Jokowi di Jakarta juga dijelaskan oleh mantan timses Jokowi bernama Nanik S. Deyang, wartawati senior bahwa sejak Desember 2012, Jokowi sudah nafsu mau jadi presiden dan itulah sebabnya dia rancang dalam setahun akan memaksakan untuk membuat “proyek monumental” yang akan dibicarakan orang meski sebenarnya ala kadarnya.
http://politik.kompasiana.com/2014/06/23/kebohongan-jokowi-dukung-palestina-merdeka-663884.html
Rabu, 25 Juni 2014
Kesaksian Andi Arif, Pendiri PRD Tentang Kasus HAM Masa Lalu by: @RBicara
1.
Tokoh dan pendiri PRD (Partai Rakyat Demokratik), Andi Arief dengan blak-blakan
membuka soal kasus penculikan yang terjadi pada 98
2.
Ia mengungkapkan pendapatnya melalui facebook miliknya, Senin (23/6/2014)
malam.
3.
Andi Arief menyebut nama Hendropriyonho, Luhut Panjaitan, Wiranto, dan Benny
Moerdani.
4.
Berikut apa yang ditulis staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana
itu:
5.
Saya harus mengatakan bahwa kader PRD Herman Hendrawan, Suyat, dan Wijhi Tukul
memang sampai hari ini belum kembali.
6.
Bagi keluarga memang menyakitkan. Bagi perjuangan, setetes air matapun tidak
ada rumus untuk keluar.
7.
Segala upaya digunakan mencari mereka. Tapi saya menolak merengek. Cara politik
yg terhormat yg lebih baik ditempuh
8.
Penculikan adalah rentetan rejim diktator. Lumuran darah Beny Moerdani,
Hendropriyono, Luhut Panjaitan, Wiranto, adalah fakta.
9.
Tapi mereka tak menggakuinya, mereka lobi sana sini agar tak terkena HAM.
10.
Prabowo mengakuinya, meski belum ada kecocokan tentang data antara PRD dan
Prabowo.
11.
Saya justru balik curiga bahwa ada yang tak ingin kasus ini selesai, dan ada yg
tak ingin selain
Prabowo tersentuh.
12.
Bocornya surat DKP itu tentu meruikan Prabowo karena momennya pemilu
13.
api Herman Hendrawan, Bimo Petrus, Suyat, Wijhi Tukul tak ada dalam daftar DKP
itu.
14.
Pembocoran itu pisau mata dua, berupaya menghentikan pencarian 4 kader PRD
sekaligus kampanye negatif buat Prabowo.
15.
Kalangan pendukung Jokowi terdiri dari mantan aktivis dan gabungan NGO-NGO,
bersorak untuk kepentingan pemilu
16.
mrk sama skali tak ada hati, tak sensitif & hanyut dlm suka cita smu. Motif
kapitalis isu ini hnya utk kepntingan JKW bkan utk yg hilang
17.
Saya dan beberapa kawan yang hilang ingin menegaskan bahwa terhadap Prabowo,
18.
Tim Mawar dan beberapa tim resmi maupun tim ormas di bawah naungan ABRI
19.
kami tidak pernah ada masalah pribadi, kami tidak mengenal mereka, kami tidak
ada kasus hutang piutang
20.
kami tidak pernah mengganggu keluarga mereka dan soal-soal pribadi lainnya.
21.
Artinya, tidak ada celah sedikitpun urusan pribadi masuk sbg alasan sehingga
bertahun-tahun kejar-kejaran dr satu tempat ke tempat lain.
22.
Sampai kami tertangkap dan dikeluarkan, persoalan utamanya adlh kami
memperjuangkan demokrasi dgn jln mendorong massa bergerak bersama
23.
berjuang & posisi tim yg gonta-anti oleh ABRI & Polisi smpai akhirnya
Tim Mawar Kopasus adlh bgian dri kekuasaan yg menolak demokrasi
24.
Prabowo tidak mungkin memiliki inisiatif pribadi. Saya yakin dia pasang badan
untuk atasan dan institusinya
25.
atasan terkuat yg memaksa Prabowo memilih mengakhiri kariernya. Akibat pasang
badannya ini, yg membuat persoalan ini tak kunjung selesai
26.
Prabowo mengakui semua yang sudah dikeluarkan. Namun akibatnya jalan kami makin
buntu untuk nasib 4 kawan kami.
27.
Wiranto tidak sungguh-sunggguh dalam kapasitas Pangab menyerahkan yang masih
belum dilepas.
28.
Statemennya kemarin sebagai tim sukses Jokowi membuktikan bahwa memang masalah
ini disimpan
29.
sewaktu-waktu menjadi senjata untuk kepentingan Wiranto. Bukan untuk
penyelesaian
30.
Prabowo dan Tim Mawar bukan penculik. Karena mereka bukan dari kesatuan liar
31.
mereka organ resmi negara. Prabowo, dan Tim Mawar adalah unsur kesatuan negara
yang bernasib baik
32.
Saya dan kawan-kawan tertangkap oleh negara, BUKAN PENCULIKAN oleh kesatuan
yang liar.
33.
Meski Tim Mawar adalah tim yang resmi dan berhasil melakukan penangkapan, namun
ada pertanyaan
34.
pertanyaannya dimana Herman Hendrawan, Suyat, Bimo Petrus dan Widji Thukul?
35.
Pertama-tama kita bahas Herman Hendrawan yang berada di lokasi yang sama dan
sempat berbicara dengan Faisol Reza
36.
Faisol Reza kembali ke rumah orang tuanya. Inilah yang akan saya tanyakan
37.
andai dia sudah wafat, apa motif melenyapkannya?
38.
Andai dia sudah dikeluarkan berbarengan denan Faisol Reza scr terpisah, untuk
apa ia tidak segera pulang ke rumah.
39.
Dugaan saya, dia sudah pindah tangan ke kesatuan lain. Bagaimana dengan Suyat?
40.
Masih misterius, di tangan siapa. Tetapi apa yang diketahui suyat
41.
itulah yang ditanyakan saat saya diinterogasi. Dugaan saya, pertama dia masih
di tangan entah kesatuan mana.
42.
Kedua, dia memang dalam keadaan luka agak parah, bisa saja perlakuan kekerasan
saat interogasi dan sakitnya menyebabkan ia sudah tak ada
43.
Dua kawan ini yang pasti gampang dijelaskan
44.
karena tidak ada alasan kuat untuk mereka berdua untuk dilenyapkan kalau
kawan-kawan yang lain ternyata dikeluarkan.
45.
Saat sidang di Mahmil saya menolak bersaksi dan menawarkan barter.
46.
Keluarkan dua kawan saya dan saya akan meminta semua Tim Mawar dibebankan
47.
Saya dan kawan-kawan terus menawarkan barter itu. Keselamatan kawan-kawan kami
lebih penting
48.
Hingga hari ini saya & kawan-kawan belum berhasil menemukan. Nanti saya
akan bercerita tentang Bimo Petrus dan Widji Thukul.
49.
itulah kesaksian Andi Arif Tokoh dan pendiri PRD (Partai Rakyat Demokratik)
50.
Jgn sampai publlik terkecoh dengan isu soal pelanggaran HAM yang ditujukan
kepada Prabowo
51. mantan Panglima ABRI Jenderal
(Purn) Wiranto, juga masih bermasalah dengan HAM.
52. Bahkan, sudah ada keputusan resmi
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menangkap Ketua Umum Hanura
53. Kasus yg dituduhkan adlh dugaan
pelanggaran HAM di Timor Timur (sekarang Timor Leste), saat referendum yg
berakhir lepasnya provinsi itu
54. Surat penangkapan Wiranto keluar,
setelah bbrp pekan pengadilan khusus Timtim menuduh dia terlibat dan bertgjwb
ats kekerasan penduduk
55. Wiranto dituduh bertanggung jawab
atas "pembunuhan, deportasi dan penganiayaan"
56. PBB juga pernah keluarkan surat
perintah penangkapan kepada Wiranto
57. dalam struktur di TNI, semua
kendali berada di tangan Pangab yakni Wiranto
58. Sehingga, tidak mungkin bawahannya
seperti Prabowo mengambil keputusan sendiri.
59. itulah sekelumit cerita masalah
HAM yg terjadi dimasa lalu, smoga Indonesia jaya, berpikir lebih positif
JOKOWI TIDAK KERJA HANYA BLUSUKAN "@CanDigawai
1 @jokowi_do2
berpikir? Liat waduk Pluit dibenahi, tp yg dikeruk sungai/saluran yg gak ke
waduk itu. Hasilnya? Pluit tetap terendam banjir.
2
Belakangan diketahui, waduk Pluit dibenahin krn di sana akan dibuka mall hadap
laut, kampus baru UPH, dan di sana kantong orang2 superkaya
3 @jokowi_do2
mati2an benahi kawasan itu, sampe kerahkan ribuan polisi, TNI, & satpol PP
u/ ganyang rakyat sendiri, ktika fajar baru merekah
4 Komnas
HAM teriak2 atas kebiadaban dan kekejian itu, tapi kemudian di-bully di banyak
media oleh para true believers @jokowi_do2.
5 Itu baru
waduk Pluit. Belum waduk Rio2. Belum pasar tradisional. Belkum Tanahabang.
Belum angkutan umum. Tipu2nya sdah keterlaluan.
6 @jokowi_do2
blusukan, kerjaaan administratif numpuk gak tselesaikan, anggaran gak tserap
maksimal. Kl ada kesalahan buru2 salahkan bawahan
7 Masa pemimpin
spt ini bisa diharapkan memimpin Indonesia yg besar & punya sjibun masalah?
Harsus dibedakan bersahaja, bego, naif, & tricky
8 Liat jg
PBB naik berlipatr2. Jg kampung deret. Baca di internet. Kampung kumuhnya ada
di mana, kampung deret-nya di mana. Jujurkah dia?
9 Baca jg
janji2 soal penyelesaian kampung deret itu. Mulurnya berbulan2. Belum lg masih
banyak pasar tradisional di pinggir rel. Mikir? No!
10 Soal
sampah di Jkt. Tahu di mn tempat pnampungan sampah sementara Jkt? Di tengah
pemukiman warga, tntunya warga miskin. Dibenahikah? No!
11 Katanya
mau bikin waduk. Pintarlkah dia? Waduk itu pnampungan. Sbesar apa pun waduk, kl
saluran ke sana kecil & mampet, tetap aja banjir.
12
Pernahkah terpikir o/ @jokowi_do2, ada bahaya besar ancam Jakarta? Soal
respan air laut dan resapan limbah WC yg akan jd bom waktu....
13 Apa yg @jokowi_do2
lakukan? Mngkn dia kerja, tp kerjanya bkn dlm kapasitas sbg gubernur atau
pemimpin. Bahkan tdk cerminkan org terdidik
14 Dia
bukan cuma tidak kuasai makro, tp jg mikro. Dia gak tahu mau ngapain dgn
Jakarta & harus diapain. Dia gak paham persoalan warganya.
15 Dia jg
gak paham prilaku birokrasi. Dia kira birokrasi smata2 mesin, bkn manusia. Bkn
cm di Jkt, tp jg di Solo. Bnyk britanya di internet
16 Adakah
PNS di Solo yg sedih ditinggal Jokowi? Tanya sendiri. Skrg PNS DKI yg lg
bingung. Mereka gak mau dipimpin Jokowir lg, tapi....
17 mereka
jg gak mau Jokowir mimpin Indonesia, krn mereka dlm waktu kurang dari 2 tahun
sdh tahu kayak apa kinerja Jokowir sbg pemimpin.
18
Pemimpin memang bkn orang sembarangan. Semua orang bisa mjadi makmum, tp gak
semua orang bisa mjadi imam. Kerja pemimpin memang berat
19 Kl
pemimpin cuma sibuk blusukan, maaf, tukang ojek & calo tanah lebih jago. Kl
cuma benahin waduk & ngeruk sampah, ketua RT jg bisa.
20 Belum
lagi kl omongin angktan umum, busway-halte-jembatannya, & gedung2 pusat
aktivitas warga pninggalan Orba, yg ada sampai ke tkt RW.
21 Belum
lagi ngomongin kondisi jalan raya, jalan2 MHT, taman2 peninggalan Ali Sadikin,
dll makin keliatan Jokowir gak tahu & gak ngerti Jkt
22 Jakarta
lbh luas & lbh komplex dr Solo. Indonesia itu lbh luas & lbh komplex dr
Jkt. Gimana mimpin Indonesia kl mimpin Jakarta gak becus?
23 Itu
baru prasarana & sarana fisik. Pdahal, itu bagian subsider dr kota. Yg
primer adlh kehidupan warganya, bagaimana sejahterakan mereka.
24
Mestinya di zaman internet ini tak ada lagi yg "buta huruf" shingga
bisa baca bagaimana kinerja Jokowir & layakkah dia jadi presiden.
25 Liat jg
foto2nya & prhatikan ekspresinya ktka hadapi masalah. Kondisi mental apa yg
dproyeksikan dgn ekspresi itu? pic.twitter.com/E6BWVNO2pT
26 Coba
liat ini. Kemungkinan ini adlah ekspresi bawah sadar. Kondisi mental spt apa yg
kita bisa baca lwat foto ini? pic.twitter.com/GohjvkDOrs
27 Jadi,
demi Indonesia, pikirkan dgn cermat dan buka mata hati sblm tentukan pilihan
capres. Jgn permalukan orang tua & guru2 kita. Bangun!
Langganan:
Postingan (Atom)