Rabu, 25 Juni 2014

Supir Gelap Pada Pilpres 2014



Istilah ‘penumpang gelap’ pada pilpres sebenarnya tidak asing di telinga. Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDIP pernah melontarkan istilah itu ketika pilgub DKI Jakarta, pada tahun 2012 lalu. Megawati yang terkaget – kaget ketika terlambat mengetahui fakta bahwa Joko Widodo cagub DKI Jakarta yang menang dalam pilgub ternyata memiliki multi loyalitas alias punya banyak tuan dan nyonya.

Fakta penumpang gelap yang mengejutkan Megawati itu sayangnya terlambat disadari. Mendadak saja, Megawati dikepung konspirasi kekuatan besar yang tidak mampu dikalahkannya. Akhirnya Megawati menyerah dan terpaksa mendukung Jokowi sebagai calon presiden meski berat hati dan tahu betapa besar konsekwensi politik yang dihadapinya.

Penumpang gelap yang mendompleng Jokowi sesungguhnya bukanlah penumpang gelap. Lebih tepat disebut “supir gelap”. Istilah penumpang gelap merujuk pada satu atau banyak orang yang tiba – tiba naik ‘kendaraan’ padahal sebelumnya mereka tidak dikenal, tidak bayar tiket (tidak punya kontribusi), dan ikut serta kemana saja arah yang dituju.

Mencermati orang – orang yang ada di sekiling Jokowi, mereka bukan penumpang gelap, melainkan supir gelap. Mereka adalah pencipta, pembentuk, pembimbing, pengarah, tuan dan sutradara dari seorang aktor berbakat yang bernama Jokowi.

Tidak dapat dipungkiri lagi, capres Jokowi adalah milik banyak orang, dikendalikan banyak pihak, menjadi rebutan, ditarik ke kanan ke kiri sesuai dengan keinginan para supir yang ingin mengendalikan penuh Jokowi.
Dari berbagai model penumpang gelap, menurut pendapat senopati wirang dalam Blognya terdiri dari berbagai model, yakni:

Penumpang gelap model pedagang, yakni menjual jasa kampanye negatif dan kampanye hitam. Hal ini didukung oleh Tim Riset yang menyelidiki kelemahan lawan dan kemudian mengeksploitasinya baik secara terbuka, semi tertutup maupun tertutup. Hal ini paling banyak dilakukan di sosial media dengan ribuan akun bodong yang seolah-olah mencerminkan suatu dinamika yang sesungguhnya tidak menarik menjadi menarik.

Selama model ini berada dalam koridor persaingan kekuatan politik domestik, maka kita akan menyaksikan bagaimana proses pencitraan negatif terhadap lawan politik bekerja. Satu hal yang berbahaya adalah apabila model ini ternyata mengabdi kepada kepentingan asing yang tujuannya adalah MELEMAHKAN semua pasangan capres/cawapres dengan membenturkan perbedaan yang ada dan mengeksploitasinya dalam rangka memanaskan suhu politik.

Tujuan utamanya adalah menggerogoti rasa percaya diri rakyat Indonesia dan melemahkan dukungan moril rakyat terhadap para capres/cawapres sehingga siapapun yang akan menang akan mendapatkan penghormatan seluruh rakyat Indonesia. Tujuan lainnya adalah mendorong terjadinya kebuntuan politik melalui pengkondisian ketegangan politik baik pada level elit maupun massa akar rumput. Hal ini sangat berbahaya dan dapat menghambat proses peralihan kekuasaan yang damai, adil, dan bermartabat.

Penumpang gelap model pencuri, yakni bergabung dalam kubu salah satu pasangan capres/cawapres tanpa sungguh-sungguh mendukung pasangan capres/cawapres, malahan sebaliknya menggerogoti dana yang tersedia.

Penumpang gelap model provokator murni, yakni karena hobby memprovokasi konflik dan senang dengan dinamika ketegangan politik dan sosial maka seorang provokator seringkali sulit diduga motivasinya karena bisa jadi cukup mapan secara ekonomi namun menikmati terjadinya dinamika konflik politik. Dengan masuk ke dalam salah satu kubu atau bahkan dengan berdiri sendiri secara mandiri, kerja provokator hanya lempar isu kesana kemari sehingga membingungkan publik.

Penumpang gelap model celebrity, yakni memanfaatkan momentum kampanye capres/cawapres untuk meningkatkan level popularitas seseorang seperti layaknya celebrity. Seringkali model ini menyambar isu apapun yang penting memberikan komentar dan menambah popularitasnya di masyarakat. Hal ini dilakukan baik melalui sosial media maupun media lainnya.

Penumpang gelap yang berharap jabatan, dengan alih-alih tekad “mengabdi kepada bangsa dan negara” sesungguhnya niat dasar dari model ini adalah dengan mengharapkan jabatan. Biasanya model ini akan segera masuk Barisan Sakit Hati manakala ternyata di kemudian hari tidak mendapatkan jabatan. Meskipun banyak yang masuk dalam Timses, namun tidak semuanya tulus untuk memperjuangkan visi, misi dan kepentingan nasional. Hal ini sangat lumrah dan merupakan model yang paling banyak beredar. Meskipun kurang tepat dikatakan sebagai penumpang gelap, karena banyak yang posisinya terang benderang di dalam Timses, namun ada kalanya ketika tujuan menjadi menyempit untuk masa depan jabatan yang bersangkutan, dirinya menjadi menggelapkan diri dalam fanatisme dan mendorong hal-hal yang negatid baik terhadap lawan politik atau bahkan juga kepada kawan politik manakala terjadi konflik internal.

Penumpang gelap misi kelompok tertentu, yakni masuknya seseorang atau sekelompok orang atau grup sebagai pendukung salah satu capres/cawapres. Model ini akan tampak menawarkan kepada pihak-pihak yang bersaing dengan melakukan kalkulasi apakah ada yang akan memperjuangkan misi kelompoknya.

 Selain akan tampak adanya tawaran kontrak politik, model ini sesungguhnya hanya peduli dengan misi kelompok yang fokus. Dapat bersifat positif seperti perlindungan lingkungan, pembela HAM, dll. Namun banyak juga yang negatif, misalnya perlindungan bisnis kelompok tertentu, dll.

Penumpang gelap antek asing yang memperjuangkan misi asing di Indonesia. Perubahan pemerintah akan selalu menjadi perhatian dari negara lain dan seringkali terjadi kekhawatiran atau keinginan untuk mempengaruhi politik suatu negara oleh negara lain. Hal ini merupakan bagian dari operasi intelijen dalam bentuk covert action yang ditujukan agar pemerintahan baru di suatu negara tidak akan menjadi ancaman bagi negara yang berkepentingan. Model ini biasanya halus dan sulit dideteksi, namun ciri-cirinya adalah mengupayakan adanya suatu pengaruh tertentu ke dalam kebijakan luar negeri, ekonomi internasional, pertahanan, dan keamanan.

Sekali lagi istilah penumpang gelap sangat kontroversial dan tidak sepenuhnya tepat dalam model-model di atas. Namun setidaknya catatan ini dapat menjadi bahan pemikiran baik bagi para capres/cawapres, para Timses, dan masyarakat, agar ke depannya kita semua semakin dewasa dalam berpolitik dan berdemokrasi.
Penulis memperbaiki sedikit pendapat di atas, khusus pada pilpres 2014, lebih dominan eksistensi supir gelap daripada penumpang gelap.

Supir gelap ini adalah para tuan dan majikan Jokowi yang terdiri dari :

Para jenderal tuan binaan LB Moerdani yang ingin berkuasa dan mengendalikan negara melalui Jokowi. Kita sebut saja mereka para jenderal haus kekuasaan dan ingin memuaskan syahwat berkuasa. Mereka tidak mampu tampil sebagai capres, solusinya mereka menciptakan capres boneka : Joko Widodo.

Para elit konglomerat cina Indonesia yang tidak puas dengan hegemoni ekonomi yang telah diraihnya, dan ingin punya kekuasaan politik untuk memantapkan dominasi ekonomi serta meningkatkan pengaruh politiknya secara langsung di Indonesia. Mereka mendukung penuh Jokowi karena capres ini tidak punya jiwa nasionalis dan patriotis sehingga mudah bagi elit konglo cina ini untuk mewujudkan tujuan mereka : berkuasa secara politis di Indonesia.

Faksi Kristen dan Faksi Komunis di PDIP menjadi tuan dan majikan Jokowi sejak pertama kali Jokowi akan menjadi walikota Solo pada tahun 2004 lalu. Mereka adalah pencipta dan pembentuk Jokowi untuk pertama kalinya. Tujuan mereka adalah untuk meraih kekuasaan melalui capres boneka Jokowi atau setidaknya mereka bisa menjadi bagian dari kekuasaan pemerintahan Jokowi. Target minimal mereka adalah mewujudkan PDIP menjadi partai yang sepenuhnya mengusung misi Kristen atau Komunis.

Para pengusaha pribumi, menjadi supir cadangan dalam pilpres 2014 ini. Mereka masuk dalam daftar supir cadangan dengan tujuan agar kepentingan bisnis mereka dapat tercapai dengan kemenangan Jokowi. Syukur – syukur salah satu dari mereka bisa menjadi menteri atau menduduki jabatan politik lainnya.

Begitulah nasib pilpres 2014. Calon presiden yang tampil bukan tokoh terbaik malah sang petruk yang dibedaki tebal agar terpilih menjadi raja.

http://yudisamara.com/2014/06/22/supir-gelap-pada-pilpres-2014/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar