Istilah ‘penumpang gelap’ pada
pilpres sebenarnya tidak asing di telinga. Megawati Soekarnoputri Ketua Umum
PDIP pernah melontarkan istilah itu ketika pilgub DKI Jakarta, pada tahun 2012
lalu. Megawati yang terkaget – kaget ketika terlambat mengetahui fakta bahwa
Joko Widodo cagub DKI Jakarta yang menang dalam pilgub ternyata memiliki multi
loyalitas alias punya banyak tuan dan nyonya.
Fakta penumpang gelap yang
mengejutkan Megawati itu sayangnya terlambat disadari. Mendadak saja, Megawati
dikepung konspirasi kekuatan besar yang tidak mampu dikalahkannya. Akhirnya
Megawati menyerah dan terpaksa mendukung Jokowi sebagai calon presiden meski
berat hati dan tahu betapa besar konsekwensi politik yang dihadapinya.
Penumpang gelap yang mendompleng
Jokowi sesungguhnya bukanlah penumpang gelap. Lebih tepat disebut “supir
gelap”. Istilah penumpang gelap merujuk pada satu atau banyak orang yang tiba –
tiba naik ‘kendaraan’ padahal sebelumnya mereka tidak dikenal, tidak bayar
tiket (tidak punya kontribusi), dan ikut serta kemana saja arah yang dituju.
Mencermati orang – orang yang ada di
sekiling Jokowi, mereka bukan penumpang gelap, melainkan supir gelap. Mereka
adalah pencipta, pembentuk, pembimbing, pengarah, tuan dan sutradara dari
seorang aktor berbakat yang bernama Jokowi.
Tidak dapat dipungkiri lagi, capres
Jokowi adalah milik banyak orang, dikendalikan banyak pihak, menjadi rebutan,
ditarik ke kanan ke kiri sesuai dengan keinginan para supir yang ingin
mengendalikan penuh Jokowi.
Dari berbagai model penumpang gelap,
menurut pendapat senopati wirang dalam Blognya terdiri dari berbagai model,
yakni:
Penumpang gelap model pedagang,
yakni menjual jasa kampanye negatif dan kampanye hitam. Hal ini didukung oleh
Tim Riset yang menyelidiki kelemahan lawan dan kemudian mengeksploitasinya baik
secara terbuka, semi tertutup maupun tertutup. Hal ini paling banyak dilakukan
di sosial media dengan ribuan akun bodong yang seolah-olah mencerminkan suatu
dinamika yang sesungguhnya tidak menarik menjadi menarik.
Selama model ini
berada dalam koridor persaingan kekuatan politik domestik, maka kita akan
menyaksikan bagaimana proses pencitraan negatif terhadap lawan politik bekerja.
Satu hal yang berbahaya adalah apabila model ini ternyata mengabdi kepada
kepentingan asing yang tujuannya adalah MELEMAHKAN semua pasangan
capres/cawapres dengan membenturkan perbedaan yang ada dan mengeksploitasinya
dalam rangka memanaskan suhu politik.
Tujuan utamanya adalah menggerogoti
rasa percaya diri rakyat Indonesia dan melemahkan dukungan moril rakyat
terhadap para capres/cawapres sehingga siapapun yang akan menang akan
mendapatkan penghormatan seluruh rakyat Indonesia. Tujuan lainnya adalah
mendorong terjadinya kebuntuan politik melalui pengkondisian ketegangan politik
baik pada level elit maupun massa akar rumput. Hal ini sangat berbahaya dan
dapat menghambat proses peralihan kekuasaan yang damai, adil, dan bermartabat.
Penumpang gelap model pencuri, yakni
bergabung dalam kubu salah satu pasangan capres/cawapres tanpa sungguh-sungguh
mendukung pasangan capres/cawapres, malahan sebaliknya menggerogoti dana yang
tersedia.
Penumpang gelap model provokator murni, yakni karena hobby memprovokasi konflik dan senang dengan dinamika ketegangan politik dan sosial maka seorang provokator seringkali sulit diduga motivasinya karena bisa jadi cukup mapan secara ekonomi namun menikmati terjadinya dinamika konflik politik. Dengan masuk ke dalam salah satu kubu atau bahkan dengan berdiri sendiri secara mandiri, kerja provokator hanya lempar isu kesana kemari sehingga membingungkan publik.
Penumpang gelap model celebrity,
yakni memanfaatkan momentum kampanye capres/cawapres untuk meningkatkan level
popularitas seseorang seperti layaknya celebrity. Seringkali model ini
menyambar isu apapun yang penting memberikan komentar dan menambah
popularitasnya di masyarakat. Hal ini dilakukan baik melalui sosial media
maupun media lainnya.
Penumpang gelap yang berharap jabatan,
dengan alih-alih tekad “mengabdi kepada bangsa dan negara” sesungguhnya niat
dasar dari model ini adalah dengan mengharapkan jabatan. Biasanya model ini
akan segera masuk Barisan Sakit Hati manakala ternyata di kemudian hari tidak
mendapatkan jabatan. Meskipun banyak yang masuk dalam Timses, namun tidak
semuanya tulus untuk memperjuangkan visi, misi dan kepentingan nasional. Hal
ini sangat lumrah dan merupakan model yang paling banyak beredar. Meskipun
kurang tepat dikatakan sebagai penumpang gelap, karena banyak yang posisinya
terang benderang di dalam Timses, namun ada kalanya ketika tujuan menjadi
menyempit untuk masa depan jabatan yang bersangkutan, dirinya menjadi
menggelapkan diri dalam fanatisme dan mendorong hal-hal yang negatid baik
terhadap lawan politik atau bahkan juga kepada kawan politik manakala terjadi
konflik internal.
Penumpang gelap misi kelompok
tertentu, yakni masuknya seseorang atau sekelompok orang atau grup sebagai
pendukung salah satu capres/cawapres. Model ini akan tampak menawarkan kepada
pihak-pihak yang bersaing dengan melakukan kalkulasi apakah ada yang akan
memperjuangkan misi kelompoknya.
Selain akan tampak adanya tawaran kontrak
politik, model ini sesungguhnya hanya peduli dengan misi kelompok yang fokus.
Dapat bersifat positif seperti perlindungan lingkungan, pembela HAM, dll. Namun
banyak juga yang negatif, misalnya perlindungan bisnis kelompok tertentu, dll.
Penumpang gelap antek asing yang
memperjuangkan misi asing di Indonesia. Perubahan pemerintah akan selalu
menjadi perhatian dari negara lain dan seringkali terjadi kekhawatiran atau
keinginan untuk mempengaruhi politik suatu negara oleh negara lain. Hal ini
merupakan bagian dari operasi intelijen dalam bentuk covert action yang
ditujukan agar pemerintahan baru di suatu negara tidak akan menjadi ancaman
bagi negara yang berkepentingan. Model ini biasanya halus dan sulit dideteksi,
namun ciri-cirinya adalah mengupayakan adanya suatu pengaruh tertentu ke dalam
kebijakan luar negeri, ekonomi internasional, pertahanan, dan keamanan.
Sekali lagi istilah penumpang gelap sangat kontroversial dan tidak sepenuhnya tepat dalam model-model di atas. Namun setidaknya catatan ini dapat menjadi bahan pemikiran baik bagi para capres/cawapres, para Timses, dan masyarakat, agar ke depannya kita semua semakin dewasa dalam berpolitik dan berdemokrasi.
Penulis memperbaiki sedikit pendapat
di atas, khusus pada pilpres 2014, lebih dominan eksistensi supir gelap
daripada penumpang gelap.
Supir gelap ini adalah para tuan dan
majikan Jokowi yang terdiri dari :
Para jenderal tuan binaan LB
Moerdani yang ingin berkuasa dan mengendalikan negara melalui Jokowi. Kita
sebut saja mereka para jenderal haus kekuasaan dan ingin memuaskan syahwat
berkuasa. Mereka tidak mampu tampil sebagai capres, solusinya mereka
menciptakan capres boneka : Joko Widodo.
Para elit konglomerat cina Indonesia
yang tidak puas dengan hegemoni ekonomi yang telah diraihnya, dan ingin punya
kekuasaan politik untuk memantapkan dominasi ekonomi serta meningkatkan
pengaruh politiknya secara langsung di Indonesia. Mereka mendukung penuh Jokowi
karena capres ini tidak punya jiwa nasionalis dan patriotis sehingga mudah bagi
elit konglo cina ini untuk mewujudkan tujuan mereka : berkuasa secara politis
di Indonesia.
Faksi Kristen dan Faksi Komunis di
PDIP menjadi tuan dan majikan Jokowi sejak pertama kali Jokowi akan menjadi
walikota Solo pada tahun 2004 lalu. Mereka adalah pencipta dan pembentuk Jokowi
untuk pertama kalinya. Tujuan mereka adalah untuk meraih kekuasaan melalui
capres boneka Jokowi atau setidaknya mereka bisa menjadi bagian dari kekuasaan
pemerintahan Jokowi. Target minimal mereka adalah mewujudkan PDIP menjadi
partai yang sepenuhnya mengusung misi Kristen atau Komunis.
Para pengusaha pribumi, menjadi
supir cadangan dalam pilpres 2014 ini. Mereka masuk dalam daftar supir cadangan
dengan tujuan agar kepentingan bisnis mereka dapat tercapai dengan kemenangan
Jokowi. Syukur – syukur salah satu dari mereka bisa menjadi menteri atau
menduduki jabatan politik lainnya.
Begitulah nasib pilpres 2014. Calon
presiden yang tampil bukan tokoh terbaik malah sang petruk yang dibedaki tebal
agar terpilih menjadi raja.
http://yudisamara.com/2014/06/22/supir-gelap-pada-pilpres-2014/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar