Pernah dengar nama Gunung Kemukus ? Akhir – akhir ini Gunung Kemukus
jadi perhatian banyak orang karena disebut – sebut Jokowi sering
melakukan ritual di sana dan menggunakan jasa Ki Kemukus sebagai
penasihat spiritualnya dalam mengejar ambisinya untuk jadi presiden.
“Kalau kamu mau sukses dan kaya secara instan, datanglah ke Gunung
Kemukus. Kalau kamu ke Gunung Kawi, salah satu anak, keponakan, cucu,
atau cucu keponakan, akan terlahir idiot. Kalau kamu memelihara tuyul,
dan tuyul itu tertangkap, lalu salah satu tangannya dipaku, maka
tanganmulah yang akan luka ditembus paku. Kalau kamu datang ke Jimbung,
dan memelihara bulus, maka kulitmu akan belang-belang putih yang terus
meluas. Ketika belang itu menyatu, maka kamu akan mati dan menjadi
bulus. Kalau kamu jadi babi ngepet, dan tertangkap, akan langsung
dibunuh orang. Paling aman memang ke Kemukus. Tidak ada resiko, tidak
ada tumbal…
Demikian sebuah nasihat orang tua kepada seseorang yang ingin sukses
tanpa resiko, bahkan bisa dibilang mudah dan nikmat. Lho koq nikmat? Ya,
karena kita hanya diminta berziarah ke makam pangeran Samudro dan mandi
di sendang Ontrowulan, lalu melakukan hubungan seks dengan seorang yang
bukan muhrimmu di alam terbuka. Baik laki-laki maupun perempuan. Dan
hanya diperlukan 7 kali kehadiran di sana. Tidak percaya? Buktikan saja.
Kemukus di sini adalah bukan sejenis nama tumbuh-tumbuhan atau
sebutan untuk sebuah komet yang kerap kali disebut bintang kemukus, tapi
nama sebuah gunung – sebenarnya hanya sebuah gundukan tanah – yang
bernama Kemukus, yang selalu penuh sesak didatangi oleh orang yang
datang ke sana untuk melakukan suatu ritual dalam upaya mencari
kekayaan. Ada dua alasan mereka ke sana, Yang pertama tentu tentu saja
tak lepas dari rezeki. Sedang yang kedua, nah ini yang menarik, karena
berkaitan erat dengan birahi. Sehingga seringkali Gunung Kemukus pun
dicap masyarakat luas sebagai tempat peziarahan paling mesum di
Indonesia.
Gunung Kemukus seringkali disebut sebagai kawasan wisata seks karena
di situlah orang bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan
untuk melakukan ritual ziarahnya, karena itulah syarat jika mereka ingin
kaya dan berhasil
Operasi pelarangan perbuatan mesum di sekitar makam Pangeran Samodro
pun digelar setiap malam Jumat Pon (saat dimana ritual itu dilaksanakan)
seringkali dilakukan Pemkab namun herannya tempat ini tidak pernah
ditutup sama sekali. Operasi itu terkesan hanya setengah hati, karena
sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), tergolong besar.
Ritual Gunung Kemukus, sebuah novel adalah novel kedua dari F.
Rahardi setelah novel perdananya yang cukup kontroversial. Lembata.
Novel ini diinspirasikan ritual nyata yang terjadi di Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah, yang masih dilakukan oleh banyak orang hingga saat ini.
Berikut cuplikannya :
Meilan adalah seorang reporter yang ditugaskan bosnya di Redaksi
Majalah Fidela. Ia tak habis pikir sekaligus kesal karena tiba-tiba
mendapat tugas untuk meliput Ritual di Gunung Kemukus. Mendengar namanya
pun baru kali ini.
“Aku ini kan biasa jalan ke luar negeri, dan liputanku pasti fashion.
Mengapa Redpel Bimo tiba-tiba bilang ke Yani, akan nyuruh aku liputan
perklenikan, di Jawa lagi. Dia kan tahu aku ini Cina, tidak bisa ngomong
Jawa sama sekali, apalagi tahu kulturnya…”
Apa jawaban Redpel. Bimo?
“Yang nulis harus orang yang sebelumnya sama sekali tidak tahu Gunung
Kemukus, tidak bisa ngomong Jawa, dan pasti juga tidak tahu kultur
Jawa, dengan tujuan agar tulisannya benar-benar mewakili mayoritas
masyarakat pembaca, sekaligus pengguna jasa penerbangan.”
Apa yang dilakukan Meilan selanjutnya? Bagaimana ia sampai ke sana? Apa yang ditemui di sana?
Ternyata novel ini bisa sebagai buku pedoman wisata ke gunung
Kemukus, karena dalam buku ini diuraikan rute perjalanan, jarak tempuh,
lokasi, biaya dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tempat tersebut
hingga penggambaran (deskripsi) tempat tersebut. Siapapun akan sampai di
sana jika membaca dan mengikuti petunjuknya dalam novel ini.
Tidak sulit bagi Meilan untuk mencapai tempat tersebut. Apa yang ia
lakukan? Berbaur dengan para peziarah dan menginap di lokasi untuk
mendapatkan informasi sebanyak mungkin.
Saya sudah empat kali ini datang, Bu. Berarti masih harus datang tiga
kali lagi. Pertama datang, kebetulan ketemu ibu-ibu juragan selèpan
dari Bantul. Tetapi dia barusan SMS, kalau mau datang besuk saja, bukan
hari ini. Ibu tahu bukan, kalau untuk bisa ngalap berkah dari Pangeran,
pasangan seperti kami ini, harus datang sampai tujuh lapan? Selapan itu
35 hari Bu, kalau salah satu dari kami absen tidak bisa datang, harus
diulang dari awal lagi. Bisa dengan pasangan semula, bisa pula ganti
pasangan. Tetapi saya jangan dipotret, jangan ditulis. Sebab istri saya
tidak tahu hal ini. Kalau tahu ia akan ngamuk Bu. Juga anak-anak. Kalau
pasangan saya itu, namanya Mbak Rini, dia kemari atas ijin suaminya.
Malah setengahnya, suaminya yang mendorongnya pergi.
Di saat Meilan hampir putus asa karena data yang diperolehnya belum
sesuai dengan keinginannya, ia menjumpai seorang pria yang sedang sedih.
Sarmin, yang berprofesi sebagai tukang bakso.
“Saya kehabisan uang Ibu. Saya sudah datang ke Kemukus Jumat Pon yang
lalu. Seharusnya, ini Jumat Pon terakhir. Tetapi pasangan saya tidak
datang Bu. Saya menunggunya selama seminggu, tetapi tidak datang juga
dan uang saya habis. Apakah benar Ibu akan menolong saya?” Meilan
merasa, bahwa justru Sarminlah yang akan menolongnya. Bukan dia.
“Mengapa pasangan Pak Sarmin, siapa namanya? Ibu Yuyun ya? Mengapa ia
tidak datang? Tidak tahu ya? Padahal ini sudah yang ketujuh bukan? Ke
delapan? O, ya. Yang pertama Pak Sarmin keliru mendapat pasangan wanita
yang PSK ya? O, begitu. Lalu baru yang kedua bisa ketemu Bu Yuyun. Dari
mana ia? Ponorogo ya? O, pedagang beras. Pak Sarmin pernah ke sana? Ya,
ya, sebelumnya pernah kontak telepon, kalau Jumat Pon minggu lalu ini
akan datang. Pak Sarmin juga sudah menelepon HPnya melalui wartel.
Tetapi tidak diangkat ya. O, tidak bunyi ya? Tetapi apa Pak Sarmin yakin
bahwa kalau bisa ketemu Bu Yuyun sampai tujuh kali, biasanya di mana
menginapnya? Di dekat sendang ya? Apakah kalau benar bisa ketemu sampai
tujuh kali dagangan Pak Sarmin akan laris? Tidak yakin? Mengapa?”
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Siapakah Sarmin sebenarnya? Siapakah Yuyun?
“Sebenarnya saya malu sekali menceritakan hal ini Ibu. Tetapi saya
percaya kepada Ibu. Ya, dengan Yuyun, dia punya suami Ibu, suaminya
petani biasa, anaknya empat. Katanya, dagangnya mundur, karena suaminya
judi. Saya tidak terlalu tahu ibu. Saya memang pernah menyusul ke
Ponorogo, kemudian kami berangkat bersama ke Kemukus, menginap dulu di
Wonogiri. Tetapi waktu itu saya tidak ke rumahnya. Saya hanya ke pasar,
tempatnya jualan. Jadi saya tidak tahu rumahnya, tidak tahu anak-anak
dan suaminya. Tetapi saya percaya yang dikatakannya benar. Saya tidak
tahu mengapa ia tidak datang. Dia memang masih lebih baik dari saya Ibu.
Dia pakai kalung, pakai seweng, pakai gelang, punya HP, arlojinya juga
bagus. Yang membayar penginapan, yang membayar makan juga dia.
“Ini bukan sandiwara kan Mas? Mas siapa sampeyan? Mas Badrun? Sebab
saya benar-benar kapok, dan tidak ingin pengalaman Jumat Pon yang lalu
terulang lagi. Bu Yuyun ini benar dari Ponorogo kan? Boleh saya lihat
KTPnya? Ya dulu itu saya juga ditunjuki KTPnya, KTP Donorejo. Ternyata
dia perempuan bayaran. Habis duit saya jadinya. Untung aku hanya
membayar Rp 30.000. Kalau tidak, aku tidak bisa pulang. Ya maaf lo Bu
Yuyun, sebab pengalaman Jumat Pon yang lalu memang tidak baik. Lo, jadi
sampeyan ini bukan pasangannya to? Tadinya saya mengira sampeyan berdua
ini pasangan. O, jadi Mas Badrun sudah lima kali ini, dan Bu Yuyun baru
sekali? Saya sudah dua kali ini, tetapi yang kemarin tertipu.”
Apa yang dikatakan Romo Drajad sebagai salah seorang narasumbernya?
“Itu semua tidak adil!” Kata Romo Drajad dalam hampir semua
wawancaranya. “Mengapa hanya bangsawan dan orang kaya yang boleh
menikmati seks bebas? Dan mengapa hanya laki-lakinya? Mengapa
perempuannya tidak boleh?
Maka digagaslah sebuah ritual seks antara pasangan yang bukan suami
isteri, di alam bebas. Di sini laki-laki dan perempuan setara. Yang
laki-laki boleh memilih pasangannya, perempuannya juga bebas memilih
pasangan masing-masing. Hubungan seks di tempat terbuka secara massal,
adalah hal yang sangat unik di dunia ini. Agar acara kurangajar ini
memperoleh legitimasi, maka dikaranglah legenda Pangeran Samodro dan
Nyai Ontrowulan.”
“Ritual seks, sebenarnya bukan hal yang istimewa pada jaman
neolitikum, Ibu. Ya di Afrika, di Eropa, di Amerika Tengah dan Latin,
juga di Jawa ini, ritual seks sangat terkait dengan dewa atau dewi
kesuburan. Itu semua milik rakyat. Kemudian ada budaya metropolis.
Ketika itulah strata dibuat, aturan main dibakukan, dan penguasa serta
orang kaya, menjadi punya hak-hak khusus, yang dibedakan dengan hak
rakyat jelata.
Di Timur Tengah lalu ada perbudakan, yang kemudian
dilanjutkan di Amerika. Di India sana ada kasta. Untung di sini tidak
ada. Tetapi hak-hak rakyat tetap dirampas. Hingga muncullan protes gaya
Jawa. Mahabharata dan Ramayana versi Jawa, ada punakawan, yang pada
versi aslinya di India sana tidak ada.”
Bagaimana akhir dari kisah tersebut diatas? Mengapa Yuyum tidak
datang lagi? Siapakah Wati? Mengapa Wati merelakan Sarmin berburu rezeki
di Gunung Kemukus? Siapakah Kartien? Apa benar dia seorang pekerja
seks? Siapakah Romo Drajat? Benarkah ia mencintai Mas Katno? Siapakah
Mas Badrun? Apakah Sarmin berhasil menjadi kaya? Apakah Revolusi
Kultural itu? Sebenarnya apa saja sih yang dilakukan di Gunung Kemukus
itu? Ritualnya seperti apa? Sanggupkah Meilan memenuhi harapan
redpelnya?
http://yudisamara.com/2014/06/16/ritual-mistik-di-gunung-kemukus/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar