Bukti – bukti keterlibatan asing, lebih dari satu negara atau
kekuatan asing biasa disebut dengan istilah Konspirasi Global, singkat
KG.
Selama puluhan tahun KG terbukti telah menyerang Indonesia melalui
berbagai modus dan instrument KG, yang secara kasat mata tidak
menampilkan fisiknya, tetapi sangat terasa dalam kehidupan kita sebagai
bangsa Indonesia. Perubahan besar perilaku rakyat Indonesia, pergeseran
nilai dan persepsi, transformasi budaya dan seterusnya, yang terjadi
pada bangsa Indonesia, terutama disebabkan oleh rekayasa opini publik
ciptaan konspirasi global yang bertujuan mengubah bangsa Indoensia
menjadi suatu bangsa yang mudah mendukung atau menerima kepentingan KG
di Indonesia.
Instrumen atau alat KG dalam melancarkan ‘serangannya’ kepada suatu
bangsa/negara, termasuk Indonesia dapat terdiri dari berbagai macam,
seperti media massa, LSM (lembaga swadaya masyarakat), akademisi, ulama,
tokoh dan cendikiawan yang telah direkrut secara sadar atau tidak
sadar, politisi dan pejabat tinggi sipil dan militer, lembaga atau
instansi tertentu (direkrut secara tidak sadar melalui berbagai
kerjasama atau bantuan program), dan lain – lain. Semua alat atau
instrument ini dikenal dengan sebut agen KG.
Upaya pencapaian tujuan KG dengan mengendalikan perilaku suatu bangsa
umumnya dicapai melalui penerapan strategi AWS atau Assymetric Warfar
Strategy. KG tidak mengirim pasukan militernya untuk invasi suatu
negara, melainkan cukup dengan memaksimalkan fungsi agen-agen AWS KG
yang tersebar di negara sasaran.
Indonesia sudah lama diserang AWS KG dengan tujuan utama mereka
adalah melakukan akselerasi perubahaan sosial agar rakyat Indonesia
lebih mudah dikuasai dan dikendalikan oleh pihak asing.
Terkait pemilu dan pilpres 2014 di Indonesia, KG telah lama melakukan
serangan dengan pembentukan opini dan persepsi rakyat Indonesia agar
lebih menerima kelompok minoritas sebagai pemimpin bangsa terutama
presiden. Untuk lebih efektif, KG juga secara bersamaan menghancurkan
nilai-nilai luhur bangsa, nilai-nilai agama dan ideologi Pancasila.
Rakyat Indonesia digiring dan diarahkan agar lebih liberal,
individualis, egois, permisif, materialistis, hedonis dan pragmatis
oportunitis.
Serangan utama KG pertama kali ditujukan pada penghancuran
nilai-nilai dan simbol-simbol Islam di Indonesia. Serangan ini dilakukan
KG secara sistematis, berkesinambungan, melibatkan lembaga hukum
seperti Polri dan KPK, serta jaringan media.
Operasi penyergapan terorisme yang diikuti dengan penembakan mati
terhadap terduga teroris, yang kemudian dipublikasikan oleh media
tertentu dengan sudut pandang (angel) tertentu, dimaksudkan untuk
membentuk opini dan persepsi bahwa Indonesia adalah negara teroris atau
setidaknya untuk menimbulkan kesan terorisme (Islam) tumbuh subuh di
Indonesia.
Padahal semua operasi pemberantasan terorisme Indonesia itu adalah
rekayasa belaka karena berdasarkan fakta dan postulat bahwa tidak
mungkin atau mustahil terorisme dilahirkan dari kelompok masyarakat yang
mayoritas dan tidak tertekan sama sekali. Sudah merupakan postulat
(hukum) bahwa terorisme hanya lahir dari kelompok minoritas yang
tertekan atau diperlakukan secara tidak adil di seuatu negara.
Setelah labeling atau stigma terorisme dilekatkan di entitas Islam
Indonesia, KG kemudian melancarkan serangannya terhadap tokoh – tokoh
Islam dengan modus penjeratan delik pidana korupsi. Tokoh – tokoh Islam
yang dijerat dengan pidana korupsi, kasusnya dikembangkan dan
dibesar-besarkan hingga keluar dari substansi hukum yang sebenarnya.
Media massa agen AWS KG digunakan secara maksimal untuk mempublikasikan
politainment seputar aib dan perilaku buruk tokoh islam yang sedang
dijerat delik korupsi itu. Agen AWS KG yang paling dominan dalam
menjalankan peran menghancurkan nilai-nilai dan simbol-simbol Islam
melalui kasus-kasus hukum para tokoh Islam adalah KPK, yang notabene
saat ini dikendalikan oleh kelompok sosialis liberal Indonesia.
Merekalah agen ASW KG.
Secara simultan, media massa agen AWS KG dan tokoh – tokoh tertentu
yang juga agen AWS KG, secara masif selalu mengeluarkan hujatan –
hujatan, pelecehan-pelecehan dan penistaan-pemistaan terhadap
simbol-simbol Islam, seperti konsep poligami, perceraian, kebiasaan
berjenggot, dan seterusnya. Mereka bertujuan membentuk opini dan
persepsi publik yang mempermalu umat Islam dan menghancurkan keyakinan
umat Islam terhadap agama yang dianutnya.
Puncaknya serangan KG ditujukan untuk memenangkan pemilu dan pilpres
2014, di mana KG berkolaborasi dengan mayoritas konglomerat cina
Indonesia dan para pribumi yang menjadi antek-antek KG untuk mendudukan
seorang tokoh ciptaan KG sebagai presiden Indonesia.
Direktur Eksekutif NCID Jajat Nurjaman mengatakan Pemilu Presiden
2014 sarat intervensi asing. Berbagai upaya dilakukan oleh orang asing
di Indonesia dan di luar negeri untuk memenangkan pasangan Joko Widodo
dan Jusuf Kalla. Termasuk di antaranya adalah melakukan pembunuhan
karakter Prabowo Subianto.
“Selama dua bulan terakhir, saya monitor dan terus kumpulkan bukti
intervensi asing di Pemilu Presiden 2014. Ini membuktikan bahwa yang
terjadi bukanlah spontanitas, tetapi terkoordinasi dengan baik oleh
sebuah kekuatan besar. Mereka benar-benar tidak ingin Prabowo jadi
Presiden RI menggantikan SBY” ungkap Jajat, Selasa (8/7/2014).
NCID memaparkan sedikitnya delapan bukti intervensi asing (KG) di Pemilu Presiden 2014, yakni :
1) Pernyataan keberpihakan dari Majalah TIME dan Majalah The
Economist. Kedua majalah ini secara terbuka mengatakan bahwa Prabowo
tidak boleh sampai jadi Presiden RI.
2) Kemunculan penulis asal Amerika Allan Nairn dengan tulisan yang
memojokkan Prabowo. Di kalangan diplomat Indonesia, Allan dikenal
memiliki rekam jejak menulis berita palsu tentang TNI. Mantan Duta Besar
Indonesia untuk AS Dino Patti Djalal mengatakan “dia (Allan Nairn)
sejak dulu selalu mencari peluang untuk memecah belah Indonesia.”
3) Adanya intimidasi kepada WNI yang hendak memilih di depan KJRI
Perth, Australia oleh WNA yang mengkampanyekan kemerdekaan Papua. Mereka
meminta WNI untuk memilih Joko Widodo dan mengatakan hanya orang bodoh
yang memilih Prabowo. Tercatat beberapa WNI yang tinggal di Perth
melaporkan kejadian ini melalui media sosial.
4) Pernyataan keberpihakan kepada Joko Widodo oleh artis-artis asal
Amerika dan Inggris seperti Jason Mraz, Sting dan Akarna, serta bintang
porno Vicky Vette. Pengumuman yang dilakukan H-1 menjelang pemilihan
dengan penyeragaman agar jelas menunjukkan adanya koordinasi, bukan aksi
spontanitas.
5) Kemunculan iklan yang mempromosikan Joko Widodo dan
mendiskreditkan Prabowo Subianto di Google, YouTube dan jaringan iklan
AdSense. Padahal di situsnya sendiri secara eksplisit Google melarang
segala jenis iklan politik untuk ditayangkan di Indonesia.
6) Penutupan secara serentak beberapa akun yang secara terbuka tidak
mendukung Joko Widodo, tidak lama setelah pertemuan Joko Widodo dengan
direktur politik Twitter Peter Greenberger di Jakarta.
7) Pemberitaan palsu oleh Bloomberg mengenai transaksi saham MNC
Group yang mendiskreditkan pasangan Prabowo-Hatta. Pada 20 Juni 2014,
Bloomberg mengatakan bahwa Prabowo-Hatta memborong saham MNC Group.
Padahal transaksi tersebut tidak pernah terjadi.
8) Pernyataan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Robert Blake pada 23
Juni 2014. Ia mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Pemerintah RI
harus mengusut dugaan kasus HAM Prabowo. Pernyataan terbuka ini memicu
reaksi keras dari DPR karena merupakan bukti konkret campur tangan
Amerika dalam Pemilu Presiden Indonesia.
Menurut Jajat, intervensi asing yang begitu kentara untuk mengurangi
elektabilitas Prabowo justru mengkokohkan keyakinan rakyat Indonesia
bahwa Prabowo adalah presiden yang harus dipilih pada 9 Juli 2014.
“Hal ini disebabkan oleh pernyataan legendaris Bung Karno tentang
intervensi asing. Bung Karno mengatakan: Ingatlah pesanku, jika engkau
mencari pemimpin, carilah yang dibenci, ditakuti, atau dicacimaki asing
karena itu yang benar. Pemimpin tersebut akan membelamu di atas
kepentingan asing itu. Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang
dipuji-puji asing, karena ia akan memperdayaimu” tutup Jajat menirukan
Sukarno.
Pencitraan luar biasa yang dipublikasikan media – media asing untuk
Joko Widodo, termasuk pernyataan – pernyataan bernada pujian yang
sebenarnya tidak berdasar atau absurd dari tokoh-tokoh atau selebriti
dunia, juga merupakan bukti kuat intervensi KG / asing dalam pilpres
2014.
Tidak dapat disangkal bahwa intervensi asing itu juga diwujudkan
dalam bentuk bantuan uang kampanye dan money politcs untuk kepentingan
capres Joko Widodo. Puncaknya, intervensi asing dalam pilpres
ditampilkan secara vulgar melalui kehadiran agen – agen mereka di
Indonesia. Mulai dari kedatangan para selebritis dunia (hiburan,
olahraga dst), menteri luar negeri dari beberapa negara, duta besar,
pimpinan – pimpinan lembaga internasional, konsultan politik, hingga
direktur politik dan strategi global dari perusahaan raksasa social
media Twitter.
Mereka semua bekerja untuk mendukung Jokowi terpilih sebagai presiden
Indonesia dalam rangka mewujudakan kepentingan konspirasi global (KG)
di Indonesia, yang tak lain dan tak bukan adalah neo imperialisme asing
terhadap NKRI.
http://yudisamara.org/2014/07/12/bukti-intervensi-asing-konspirasi-global-di-pilpres-2014/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar