Ketua Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW) Junisab Akbar
mempertanyakan pengangkatan tiga direktur utama di Badan Usaha Negara
(BUMN) oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. BUMN itu adalah PT Pertamina
(Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Perum Bulog.
"Saat Rini bergabung menjadi motor tim sukses Joko Widodo (Jokowi)
yang sekaligus berhasil mengantarkannya menjadi Presiden RI, kami masih
belum bisa menyimpulkan seperti apa sebenarnya yang ada dalam
pemikirannya," kata Junisab Akbar kepada wartawan di Jakarta, Senin
(13/7/2015).
Menurut Junisab, sekarang sudah mulai terang benderang terlihat
seperti motifnya. Salah satu parameternya adalah ketika dia mengatur
susunan jajaran-jajaran Direksi BUMN yang masuk kategori sangat
strategis baik dari sisi tugas pokok dan fungsi maupun dari sisi aset.
Seperti yang sudah kami paparkan tentang regulasi-regulasi yang
dipengaruhinya terkait dengan dugaan mengamputasi kemampuan kewenangan
pengelolaan Pulau Batam yang sejak masa Presiden Soeharto diplot untuk
menjadi wilayah penerima 'muntahan' banjir perekonomian dunia dari
negara tetangga yang dikenal sebagai negara broker, Singapura. "Karena
'pengaruh' Rini sekarang kota itu menjadi kota mati, tidak seperti
sediakala," papar Junisab.
Dijelaskan, dari lingkup tata kelola penempatan personal di jajaran
Direksi BUMN, kami akan mendalami bagaimana nilai minus yang bisa
dilekatkan kepada Rini. Minus, kata Junisab, karena terlihat
keputusannya tersebut ternyata bukan dalam kerangka peningkatan
kemampuan BUMN menjalankan fungsinya.
"Namun lebih pada titik berat karena 'pendekatan luar biasa' yang
intens dilakukan oleh personal-personal yang ditempatkannya tersebut
semata. Rentang pendekatan-pendekatan itu yang sempat menjadi 'bom' yang
kemudian diledakkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Itulah protesnya SBY atas adanya kasak-kusuk atau intervensi dari oknum
dari Tim Transisi Joko Widodo ke BUMN-BUMN," jelasnya.
Lebih lanjut Junisab menjelaskan, jejak awal atas dugaan adanya
pendekatan itu mulai tampak saat Menteri BUMN Rini yang juga adalah
sebagai kuasa pemegang saham milik negara di seluruh BUMN menunjuk Dwi
Soetjipto sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Persero.
"Rini menempatkan Dwi di posisi BUMN yang sangat-sangat strategis
dalam berbisnis dan melakukan tugas-tugas negara kepada warganya dalam
bidang perminyakan," kata dia.
Tidak cukup sampai disitu, lalu Rini melakukan kebijakan yang juga
patut untuk dipertanyakan dengan menempatkan Sofyan Basir yang adalah
Dirut PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi Dirut PT Perusahaan Listik
Negara (PLN) Persero.
Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa PLN adalah BUMN terbesar dalam
kepemilikan aset-aset yang berbentuk barang tidak bergerak, selain
melakukan pemutaran uang publik secara harian dari penjualan energi
listrik kepada masyarakat maupun dunia industri, ujarnya.
"Belum cukup menjamah dua BUMN strategis itu. Rini mendorong
penempatan Djarot Kusumayakti yang adalah anak buah Sofyan Basir sebagai
salah satu Direktur di Bank BRI menjadi Dirut Badan Urusan Logistik
(Bulog). Bulog merupakan jantung dalam negara ini sebab kewenangannya
akan sangat signifikan mempengaruhi konstelasi dalam bernegara sebab
terkait mengelola pangan dan turunannya bagi masyarakat Indonesia,"
ungkap Junisab.
Penempatan dua orang petinggi Bank BRI itu menurut kami diduga penuh
dengan aroma bau politis yang sangat menyengat, karena terkait Djarot
yang diduga berdarah-darah terkait dugaan kredit fiktif yang jumlahnya
ratusan miliar saat dia menjadi pimpinan Bank BRI di Sumatra Selatan.
Pasca kejadian berdarah yang herannya tidak sampai menyeretnya ke
depan hukum itu, ternyata kemudian dia 'ditarik' Sofyan menjadi Tim saat
fit and propertes pemilihan jajaran Direksi Bank BRI di jaman Dahlan
Iskan.
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/07/13/334658/pengangkatan-tiga-dirut-pln-pertamina-dan-bulog-dipersoalkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar