Selasa, 17 Maret 2015

Bulog Diminta Serap Beras Petani

Pemerintah meminta Bulog menyerap beras dan gabah dari para petani seiring tibanya panen raya. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Bulog untuk melakukan langkah tersebut.

Dalam hal ini, jelas dia, Bulog ditunjuk sebagai stabilisator agar persediaan beras bagi masyarakat aman. Kapasitas gudang Bulog saat ini sebanyak delapan juta ton beras. Sementara, cadangan beras pemerintah mencapai tiga juta ton.

Paling tidak, Bulog seharusnya mampu menampung beras petani sebesar empat sampai lima juta ton. “Kapasitas cukup, masalahnya sebagai perusahaan umum, Bulog harus punya dana,” kata Andi dalam kunjungan ke Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Senin (16/3).

Karena itu, pemerintah harus memberikan dukungan dana kepada Bulog agar dapat menyerap beras para petani. Andi menambahkan, harga pokok pembelian (HPP) gabah petani oleh Bulog juga telah diusulkan naik. Selama ini, HPP gabah Rp 4.500-Rp 5.000/kg.

Andi mengungkapkan, usulan kenaikan telah memperoleh persetujuan Presiden, tetapi ia enggan menyebutkan angkanya. Ia mengakui, HPP yang tinggi bakal memicu harga beras di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan harga beras internasional.

Karena itu, ia ingin berkoordinasi dengan pemasok beras swasta agar menutup pintu impor lewat jalur mana pun. Harga beras di luar, jelas dia, memang lebih murah. Bahkan, di Batam sudah ada yang ditangkap karena memasukkan beras impor.

Seusai rapat terbatas di Bogor, Jawa Barat, Ahad (15/3) malam, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan, angka kenaikan HPP gabah sudah ada, tinggal diketok. Kemungkinan, pekan ini baru diumumkan.

Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas, Jawa Tengah, Priyono, khawatir target penyerapan beras pada tahun ini tak tercapai. Penyebabnya, hingga menjelang musim panen raya seperti sekarang, pemerintah belum mengeluarkan HPP beras atau gabah yang baru.

Dalam menyerap beras petani, Bulog tak bisa menetapkan harga di atas HPP. Priyono menyebutkan, hingga kini harga beras atau gabah di tingkat petani masih jauh di atas HPP 2014. Berdasarkan HPP tersebut, harga gabah kering giling (GKG) Rp 4.200/kg dan beras Rp 6.600/kg.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Banyumas, harga beras bertengger jauh di atas HPP. Rani (49), pedagang eceran di Pasar Wage, Kota Purwokerto, menyatakan, harga beras medium seperti IR 64 dijual seharga Rp 9.200-Rp 9.300/kg.

Beras kualitas asalan, paling rendah dihargai Rp 8.600/kg. Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas Faturrahman, menyebutkan, meski di beberapa daerah mulai berlangsung panen, harga beras dan gabah memang masih cukup tinggi.

Di tingkat penggilingan, harga beras kualitas asalan masih dihargai Rp 7.400/kg. Sedangkan, untuk gabah basah di sawah berharga Rp 4.400 per kg. “Meski sudah mulai banyak sawah yang panen, harga beras memang masih tinggi,” katanya.

Priyono menyatakan, dengan kondisi harga beras dan gabah seperti sekarang ini, untuk membeli beras petani, pihaknya masih menunggu dua hal. Pertama, menunggu harga beras dan gabah di pasaran turun hingga mendekati HPP.

Langkah lainnya, menunggu kebijakan pemerintah yang baru mengenai perubahan HPP. Kalau pemerintah bisa segera mengeluarkan HPP 2015, misalnya HPP beras menjadi Rp 7.200/kg, dalam waktu dekat Bulog menerjunkan satgas ke sawah-sawah petani untuk membeli gabah.

Menurut Priyono, pada program penyerapan beras petani tahun 2015, Bulog Banyumas menganggarkan Rp 561 miliar. Dengan anggaran sebesar itu, diharapkan penyerapan beras petani mencapai 85 ribu ton dengan HPP beras Rp 6.600/kg.




http://www.republika.co.id/berita/koran/pro-kontra/15/03/17/nlcgga-bulog-diminta-serap-beras-petani
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar