PT Pertamina (Persero) mulai kewalahan
untuk menjalankan bisnis jual bahan bakar minyak (BBM) dengan harga
lama. Harga per liter pertamax kemarin mulai dinaikkan dan tidak
tertutup kemungkinan premium ikut naik.
Senior VP Fuel Marketing and
Distribution Pertamina Suhartoko mengatakan, nilai tukar erat kaitannya
dengan fluktuasi harga minyak dunia. Harga minyak mentah WTI (acuan
Amerika Serikat) masih naik turun. Tertinggi di kisaran USD 54 per barel
dan terendah USD 44,84 per barel untuk perdagangan Jumat (13/3).
Harga itu sebenarnya masih relatif
rendah. Namun, melemahnya nilai tukar rupiah membuat biaya pembelian
untuk impor minyak mentah membengkak. ”Premium mestinya juga naik.
Sekarang posisinya sudah rugi,” ujar Suhartoko.
Dia memang tidak menjelaskan secara
terperinci kerugian yang diderita Pertamina. Yang jelas, kondisi
sekarang sudah tidak baik dan perlu segera dilakukan penyesuaian harga.
Berapa idealnya premium dijual? Dia enggan menyebut angka pasti. ”Jangan
dulu, nanti orang pada menimbun,” tuturnya.
Kalau memang ada keputusan untuk
menaikkan harga premium, berarti nikmatnya pola subsidi baru hanya
terasa dua kali. Yakni, penurunan harga saat awal Januari dari Rp 8.500
menjadi Rp 7.600. Lantas, turun lagi menjadi Rp 6.700 pada pertengahan
bulan yang sama untuk wilayah Jawa.
Pada awal Maret, premium mulai naik Rp
200, menjadi Rp 6.900. Belum diketahui besaran kenaikannya pada April
nanti. Yang jelas, sesuai kesepakatan dengan DPR, perubahan harga
premium dilakukan sebulan sekali.
Kalau kenaikan premium masih berupa
kemungkinan, tidak demikian halnya dengan pertamax. Sejak kemarin
perusahaan yang dipimpin Dwi Soetjipto itu menaikkan harga bensin RON 92
itu. Untuk Jakarta, harga sebelumnya Rp 8.250 per liter, tapi sekarang
dijual Rp 8.600 per liter.
Pertamax plus naik dari Rp 9.450 menjadi
Rp 9.850 per liter. Lantas, pertamina dex yang sebelumnya Rp 10.700
kini Rp 11.600 per liter.
http://www.jpnn.com/read/2015/03/16/292627/Kepriben-Kiye-Pertamax-Naik,-Bensin-Menyusul/page1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar