Salah satu upaya pembenahan struktur
tersebut, adalah dengan memperkuat peran Bulog sebagai stabilisator
harga kebutuhan pangan, terutama beras, agar tidak terjadi fluktuasi
yang berlebihan dan meresahkan masyarakat. "Kita akan menjadikan Bulog
lebih proaktif, kalau harga turun dia beli di pasar, kalau harga naik
dia turun ke pasar supaya menjaga kestabilan harga. Kita juga akan
melihat komoditas lain, dimana Bulog bisa berperan," ujar Sofyan,
seperti dikutip dalam Analisadaily.com, Selasa (31/3).
Selain itu, pemerintah segera melakukan
revisi atas UU No 5/1999 mengenai Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
untuk menghilangkan monopoli dari sektor usaha yang bisa merusak harga
komoditas pokok dan biaya logistik. Pembenahan struktur ekonomi ini
membutuhkan waktu dan masyarakat belum bisa beradaptasi dengan
penyesuaian harga premium dan solar setiap bulannya.
Koordinasi Pengamat ekonomi Aviliani menambahkan pemerintah harus segera berkoordinasi dengan Organda agar biaya angkutan umum tidak memberatkan masyarakat dengan adanya kenaikan harga BBM ini, termasuk mencari solusi yang berdampak jangka panjang. Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM jenis premium penugasan di luar Jawa-Bali menjadi Rp 7.300 dari sebelumnya Rp 6.800 per liter dan solar subsidi dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter mulai 28 Maret 2015 pukul 00.00 WIB.
http://m.energitoday.com/2015/03/31/struktur-ekonomi-antisipasi-dampak-penyesuaian-bbm/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar