Tingginya harga beras dan gabah, membuat cukup banyak petani di wilayah
eks Karesidenan Banyumas menjual padinya di sawah dengan sistem tebas.
Tanaman padi yang mereka jual secara tebas umumnya tanaman yang tidak
lama lagi panen, sehingga harga tebasnya pun relatif tinggi.
"Memang ada petani yang mulai menjual padinya dengan sistem tebas. Namun
karena tanaman yang mereka jual secara tebas tinggal dua atau tiga
minggu lagi panen, maka harga tebasnya juga cukup tinggi," kata
Sekretaris Assosiasi Perberasan (APB) Kabupaten Banyumas, Faturrahman,
Ahad (1/3).
Hal ini juga dibenarkan Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas, Priyono. Dia
menyebutkan, petani menjual padinya dengan sistem tebas karena
memanfaatkan kondisi harga gabah dan beras yang saat ini masih tinggi.
Karena itu, harga tebasnya juga tidak terlalu rendah.
Untuk itu, kata Priyono, tidak semua pedagang bersedia membeli tanaman
padi petani dengan sistem tebas. "Pedagang yang berani membeli dengan
sistem tebas, harus benar-benar bisa memperkirakan hasil produksi sawah
yang ditebas. Kalau keliru, bisa-bisa malah rugi," katanya.
Faturrahman yang juga menjabat sebagai Manajer KUD Patikraja dan
bergerak dalam usaha tata niaga beras, bahkan menyebutkan harga tebas
yang dipatok petani saat ini sangat tinggi.
"Kami dari KUD Patikraja tidak berani membeli dengan sistem tebas.
Soalnya kami tidak bisa memperkirakan secara pasti berapa hasil
gabahnya," katanya.
Dia menyebutkan, dari beberapa kali keliling lahan persawahan di wilayah
eks Karesidenan Banyumas, dia mengaku ditawari beberapa petani yang
hendak menjual tanaman padinya dengan sistem tebas. Namun harga yang
ditawarkan sudah sangat tinggi, sekitar Rp 18 juta hingga Rp 20 juta per
bau (8.000 meter persegi).
"Dengan harga tawaran setinggi itu, terus terang kami tidak berani
membeli. Soalnya, kalau sudah membeli dengan sistem tebas, berarti semua
proses panen sampai angkut, nanti kami yang menangani," katanya.
Untuk itu, Fatur menyebutkan, sampai sekarang pihaknya hanya mau membeli
gabah dengan sistem langsung. Baik membeli langsung di sawah dalam
bentuk gabah basah, maupun gabah kering. "Risikonya terlalu tinggi bila
kami membeli dengan sistem tebas," katanya.
Dia menyebutkan, saat ini harga gabah masih bertahan tinggi. Di sawah,
dalam bentuk gabah basah, masih diharga Rp 5.300 per kg. Sedangkan harga
gabah kering, masih bertahan pada kisaran Rp 6.500 per kg.
Sedangkan untuk wilayah eks Karesidenan Banyumas, areal persawahan yang
mulai panen baru di sebagian wilayah Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap,
dan sebagian wilayah di Kabupaten Purbalingga.
"Yang panen masih belum terlalu banyak, sehingga harga masih tinggi," katanya.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/03/01/nkj5j6-harga-mahal-petani-tebas-padi-di-sawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar