Hilangnya beras medium dalam beberapa bulan ini membuat harga beras
mulai merangkak naik. Musim kemarau panjang diklaim membuat kualitas
beras menjadi baik sehingga banyak petani menjual produksinya diatas
HPP.
Kelangkaan beras jenis medium di pasaran sudah mulai terjadi sejak
dua bulan terakhir. Sulitnya mencari beras medium yang dibeli Perum
Badan Urusan Logistik (Bulog) sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
seharga Rp 7.300 per kilogram (kg) berdampak pada penurunan stok beras
medium milik Bulog.
Berdasarkan data stok beras di gudang Bulog, per akhir September
2015, Bulog hanya memiliki 1,1 juta ton beras medium dari total stok
beras yang mencapai 1,7 juta ton. Sementara sisanya adalah beras
premium.
Wahyu, Direktur Pengadaan Bulog, menyebutkan bahwa sejatinya Bulog
perlu stok beras medium lebih banyak. Pasalnya, selain menyalurkan
program beras sejahtera (rastra), Bulog juga harus menggelar operasi
pasar jika harga di pasar mulai bergejolak sementara keran impor belum
dibuka.
Saat ini Bulog hanya bisa menyerap beras jenis premium yang harus
dibeli Bulog dari petani di atas HPP. Seolah tak punya pilihan lain,
Bulog akan menyerap beras premium ini sebagai stok beras nasional selama
kebijakan impor beras hanya sekadar wacana.
Bulog pun memasang target bisa menyerap 900.000 ton dalam tiga bulan
ini sehingga stok beras premium bisa mencapai 1,5 juta ton di akhir
tahun. “Kalau sampai Februari 2016 masih kemarau, opsi pemerintah memang
harus mengimpor beras,” ujarnya.
Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian, menyatakan, belum ada
kepastian soal impor beras. Dia mengakui pasokan beras medium Bulog
sudah menipis. Namun, dia menilai hal ini wajar karena panen raya telah
usai sehingga stok beras medium tak terlalu banyak. “Tapi jangan lupa,
di musim kering, justru kualitas beras itu bagus. Harganya juga tinggi,”
ujar Amran.
Kualitas beras yang baik ini membuat petani tidak lagi menjual
berasnya sesuai HPP. Amran bilang, sorotan sinar matahari penuh membuat
hama penyakit berkurang dan kadar air dalam padi rendah, sehingga harga
beras menjadi tinggi.
Dwi Andreas, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengingatkan
agar mewaspadai kenaikan harga beras di pengujung tahun ini jika impor
beras medium tak dilakukan. Dia pun sangsi jika Bulog akan menggunakan
beras premium untuk menjaga stok beras nasional. Pasalnya, jika langkah
itu diambil, Bulog akan menderita kerugian besar.
http://pemeriksaanpajak.com/2015/10/07/dua-opsi-dilematis-impor-atau-naik-harga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar