Kamis, 15 Oktober 2015

Kontrak Impor Beras Terlambat

Sudah ada pembicaraan mengenai rencana mengimpor beras dengan Thailand dan Vietnam. Perkiraan jumlahnya kurang dari satu juta ton. Namun, pembicaraan kontrak pembelian beras yang dilakukan Indonesia sudah agak terlambat. Pasalnya, surplus dari negaranegara tetangga di Asia Tenggara sudah diborong oleh Filipina yang juga importir beras. ”Kami memang sudah bicara dengan Vietnam dan Thailand, tetapi jauh di bawah harapan. Sudah agak terlambat, sudah didahului Filipina,’’ jelas Menko Perekonomian Darmin Nasution dalam rapat di Badan Anggaran DPR, Jakarta, Selasa lalu. Hasil dari pembicaraan, lanjut dia, Vietnam dan Thailand siap memasok beras ke Indonesia. Namun, kita harus segera memberikan kepastian, karena mereka perlu waktu sebulan untuk mempersiapkan pengiriman. Dia menambahkan semula pemerintah ingin memesan lebih banyak beras untuk berjaga-jaga akibat ancaman El Nino 2015. Namun, hal tersebut terkendala langkah Filipina yang sudah lebih dahulu memborong beras dari Thailand dan Vietnam.

‘’Akibatnya, kita tidak bisa membeli beras lebih dari satu juta ton. Tak lagi ada stoknya,’’ tegas Darmin. Belum Pasti Ia menyebutkan beras asal Vietnam dan Thailand itu belum pasti masuk ke negeri ini meski telah ada pembicaraan dan perjanjian awal. Jika dampak El Nino tidak sebesar yang dikhawatirkan serta produksi dan stok di dalam negeri masih mencukupi, beras yang diimpor akan dijual lagi ke negara lain. ‘’Keputusan final soal impor beras akan dibuat pada November mendatang,’’ungkap dia. Menurut Darmin, impor beras perlu dipersiapkan sekarang karena ada ancaman kuat El Nino melanda Indonesia.

Diperkirakan, intensitas kekeringan yang amat tinggi akan berlangsung sampai Desember. Kondisi itui membuat produksi padi terganggu sehingga bisa terjadi kekurangan pasokan beras pada awal 2016. ‘’Stok beras Bulog juga tidak aman. Ada 1,25 juta ton, tetapi 900 ribu ton di antaranya beras premium untuk komersial. Sisanya, 350 ribu ton beras medium. Ada tambahan penyaluran beras sejahtera dua bulan membuat stok beras medium akan habis pada akhir tahun. Darmin menegaskan pemerintah tak ingin ambil risiko dengan mempertaruhkan stabilitas harga beras dan nasib rakyat. Jika harga melonjak, inflasi turut naik dan mengakibatkan daya beli masyarakat tergerus. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat pasti turun. ”Apa yang harus dilakukan pemerintah? Apa kita mau bertaruh atas nasib rakyat yang 250 juta? Harga beras naik, itu pertanda stok berkurang,” tandas dia.

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/kontrak-impor-beras-terlambat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar