Sudah ada pembicaraan mengenai rencana mengimpor beras dengan
Thailand dan Vietnam. Perkiraan jumlahnya kurang dari satu juta ton.
Namun, pembicaraan kontrak pembelian beras yang dilakukan Indonesia
sudah agak terlambat. Pasalnya, surplus dari negaranegara tetangga di
Asia Tenggara sudah diborong oleh Filipina yang juga importir beras.
”Kami memang sudah bicara dengan Vietnam dan Thailand, tetapi jauh di
bawah harapan. Sudah agak terlambat, sudah didahului Filipina,’’ jelas
Menko Perekonomian Darmin Nasution dalam rapat di Badan Anggaran DPR,
Jakarta, Selasa lalu. Hasil dari pembicaraan, lanjut dia, Vietnam dan
Thailand siap memasok beras ke Indonesia. Namun, kita harus segera
memberikan kepastian, karena mereka perlu waktu sebulan untuk
mempersiapkan pengiriman. Dia menambahkan semula pemerintah ingin
memesan lebih banyak beras untuk berjaga-jaga akibat ancaman El Nino
2015. Namun, hal tersebut terkendala langkah Filipina yang sudah lebih
dahulu memborong beras dari Thailand dan Vietnam.
‘’Akibatnya, kita
tidak bisa membeli beras lebih dari satu juta ton. Tak lagi ada
stoknya,’’ tegas Darmin.
Belum Pasti Ia menyebutkan beras asal Vietnam dan Thailand itu belum
pasti masuk ke negeri ini meski telah ada pembicaraan dan perjanjian
awal. Jika dampak El Nino tidak sebesar yang dikhawatirkan serta
produksi dan stok di dalam negeri masih mencukupi, beras yang diimpor
akan dijual lagi ke negara lain. ‘’Keputusan final soal impor beras akan
dibuat pada November mendatang,’’ungkap dia. Menurut Darmin, impor
beras perlu dipersiapkan sekarang karena ada ancaman kuat El Nino
melanda Indonesia.
Diperkirakan, intensitas kekeringan yang amat tinggi
akan berlangsung sampai Desember. Kondisi itui membuat produksi padi
terganggu sehingga bisa terjadi kekurangan pasokan beras pada awal 2016.
‘’Stok beras Bulog juga tidak aman. Ada 1,25 juta ton, tetapi 900 ribu
ton di antaranya beras premium untuk komersial. Sisanya, 350 ribu ton
beras medium. Ada tambahan penyaluran beras sejahtera dua bulan membuat
stok beras medium akan habis pada akhir tahun. Darmin menegaskan
pemerintah tak ingin ambil risiko dengan mempertaruhkan stabilitas harga
beras dan nasib rakyat. Jika harga melonjak, inflasi turut naik dan
mengakibatkan daya beli masyarakat tergerus. Akibatnya, kesejahteraan
masyarakat pasti turun. ”Apa yang harus dilakukan pemerintah? Apa kita
mau bertaruh atas nasib rakyat yang 250 juta? Harga beras naik, itu
pertanda stok berkurang,” tandas dia.
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/kontrak-impor-beras-terlambat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar