Sabtu, 30 Mei 2015

Akademisi Anggap Wacana Pembubaran Bulog Berbahaya

Akademisi menganggap wacana pembubaran Bulog yang akhir-akhir ini berkembang berbahaya. Hal ini karena Bulog masih dibutuhkan untuk menjaga stabilitas pangan sepanjang tahun.

“Pemikiran tersebut sangat berbahaya. Itu kan seperti semangat International Monetery Fund (IMF) dahulu,” ujar Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Hermanto Siregar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (29/5).

Wacana pembubaran Bulog mengemuka akhir-akhir ini. Salah satunya dilontarkan Guru Besar IPB, Profesor Dwi Andreas Santoso, yang merasa Perum Bulog sudah tidak mampu menjalankan fungsinya, sehingga sudah saatnya dibubarkan. “Sah-sah saja beliau memiliki pendapat itu. Namun saya sangat tidak setuju dengan pemikiran tersebut,” ujar Hermanto, menyikapi wacana yang dilontarkan Dwi Andreas.

Menurut Hermanto, jika Bulog dibubarkan, mekanisme perdagangan beras sepenuhnya di tangan pedagang. Kondisi tersebut mudah memunculkan praktik penimbunan yang menyebabkan harga meningkat tajam.

Bulog juga dinilai menjadi instrumen untuk menstabilkan harga. Melalui Bulog, imbuhnya, harga beras bisa dikendalikan sehingga tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. “Kalau tidak ada Bulog, lantas siapa?” tukas dia.

Namun dia mengakui saat ini Bulog kurang berperan optimal, karena tidak diberi keluasaan menjalankan fungsinya. Sebagai contoh, Bulog diamanahkan menyerap sebanyak-banyaknya gabah dan beras dari petani, namun tertahan oleh aturan untuk membeli sesuai harga pembelian petani (HPP).

Hermanto menambahkan, persoalan akan timbul ketika harga beras di tingkat petani jauh melebihi HPP, karena Bulog akan kesulitan bersaing dengan para spekulan. Sebagai solusinya, dia mengusulkan supaya inpres terkait HPP untuk direvisi.

Dia ingin Bulog diberi fleksibilitas agar bisa membeli di atas harga HPP sekitar 10 persen. Selain itu, dia mengusulkan supaya Bulog dialokasikan modal yang cukup supaya bisa menjalankan perannya dengan lebih baik. “Kalau takut terjadi penyalahgunaan kan mudah. Sistem pengawasannya saja yang lebih diperketat,” lanjut Hermanto.

Hal senada dikemukakan Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Nellys Sukidi. Dia bahkan mempertanyakan munculnya wacana tersebut. “Saya orang swasta. Tapi saya bilang bahwa rencana itu sangat berbahaya. Ada apa di balik semua itu?,” kata Nellys.

Dia berpendapat jika Bulog dibubarkan, maka negara akan kacau, karena dikuasai pihak swasta. Jika harga beras tinggi, tidak ada institusi yang mengintervensi. "Begitu pula jika harga di tingkat petani rendah yang menyebabkan petani menjerit, siapa yang bisa membeli dengan harga sesuai HPP? Tentu saja Bulog,” katanya.

http://www.beritasatu.com/ekonomi/278376-akademisi-anggap-wacana-pembubaran-bulog-berbahaya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar