Sutarto Alimoeso Direktur Utama Perum Bulog menjelaskan, peran bulog
untuk dua kegiatan tersebut tidaklah mudah. Jati diri bulog sesungguhnya
adalah sebagai stabilisator. Sehingga Bulog mencoba cara untuk
mengkombinasikan Public Service Obligation (PSO) dan komersial. Kegiatan
komersial dilakukan untuk mendukung PSO sebagaimana mestinya.
“Penyesuaian yang kita lakukan dalam beberapa tahun belakangan ini
adalah mulai merubah paradigma. Dimana dulunya kalau harga jatuh di
pasaran, Bulog akan membeli. Sebaliknya kalau harga bagus, bulog
membiarkan saja. Itu harus dirubah dengan tiga indikator penting yang
saat ini menjadi dasar pedoman kegiatan Bulog yaitu, produksi, harga,
dan stok,” ujar Sutarto.
Sutarto memaparkan kombinasi PSO dengan kegiatan komersial bulog melalui
tiga indikator tersebut. Begitu produksi bagus kecenderungan harga akan
turun, stok bulog akan lebih besar. Namun, bila produksi rendah, harga
cenderung naik dan stok bulog turun. “Produksi, harga, dan stok itulah
yang dikombinasikan, bagaimana kita komersial tetapi mampu ikut menjaga
stabilisasi,” imbuhnya.
Untuk tahun 2014 ke depan, Bulog tidak lagi menggunakan ketahanan pangan
sebagai tujuan kerjanya. Menciptakan kedaulatan pangan telah digagas
oleh Sutarto sebagai tujuan di tahun mendatang.
“Ketahanan pangan itu beda. Kalau ketahanan pangan, soal impor tidak
dipermasalahkan. Tapi kan masyarakat menghendaki untuk impor itu nanti
dulu. Walaupun kurang-kurang sedikit ya jangan impor. Maka dari itu
tujuan kita sekarang bersama mewujudkan kedaulatan pangan,” jelasnya.
Sutarto menuturkan, dalam membangun kedaulatan pangan Bulog bekerja dari
sektor hulu hingga hilir. Itu di awali dengan membangun infrastruktur
penunjang dari hulu hingga hilir. Di hulu Bulog akan berusaha untu
memiliki unit bisnis pengolahan yang didukung dengan alat mesin
pertanian. Lalu pada distribusi Bulog membangun perusahaan sendiri yang
merupakan anak perusahaan dari Perum Bulog khusus sektor distribusi.
“Untuk bagian hilirnya, kita ada Bulog Mart yang merupakan pusat-pusat
distribusi pangan,” imbuhnya.
Mengatasi Impor Tahun 2014
Kebutuhan domestik dalam negeri akan pangan sangatlah tinggi, adakalanya
stok domestik mengalami kekurangan. Langkah yang dilakukan untuk segera
menyesuaikan stok salah satunya melalui impor.
“Soal impor kalau kurang ya kita impor. Target kita untuk impor tahun
depan, Bulog mampu bersinergi dengan BUMN. Prinsip dasar dalam
bersinergi itu tetap sama yaitu pemerintah harus mempunyai stok,
distribusi harus terjamin, sehingga harga juga dapat terjamin,” ujar
Dirut Bulog yang telah memimpin sejak November 2009 silam itu.
Untuk mengurangi impor, tambahnya, Bulog sedang menuju ke arah itu.
Bulog harus dapat memperhitungkan matang-matang karena impor itu telah
memiliki sistem dagang yang terbentuk sebelumnya. Sedang Bulog merupakan
pemain baru dalam sistem itu. Untuk itu Bulog harus membangun jaringan
dengan menyiapkan infrastruktur awalnya, membangun pusat-pusat
distribusi pangan untuk membuka jaringan pasar baru.
“Sistem komoditas pangan itu sudah terbentuk. Dengan telah terbentuknya
itu mari kita lihat itu adil atau tidak. Ternyata kan cenderung tidak
adil. Kenapa tidak adil? Dilihat dari harga yang bergejolak naik turun
naik turun. Nah disitulah dengan undang-undang yang ada pemerintah wajib
memiliki instrumen untuk mengendalikan harga itu,” tutur Sutarto.
Harapan Bulog, tambahnya, untuk mengurangi impor, pemerintah melakukan
seperti halnya menangani beras. Ada cadangan untuk beras pemerintah.
Kemudian dengan adanya infrastruktur yang dibangun dari hulu hingga
hilir itu, pemerintah paham bahwa itu agar dikelola oleh bulog. Ocha
Witnesteka
http://www.agrofarm.co.id/read/pertanian/443/sutarto-alimoeso-membangun-kedaulatan-pangan/#.Uzp8yeOSzME
Tidak ada komentar:
Posting Komentar