Setelah persoalan komoditas yang ditangani Perum Bulog simpang siur
dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah akhirnya memutuskan Bulog akan
diberi kewenangan menjadi stabilisator harga tiga komoditas target
swasembada yaitu beras, jagung, dan kedelai.
Direktur Utama Perum
Bulog, Djarot Kusumayakti Djarot menyampaikan meski kewenangan Bulog
ditambah, secara spesifik tidak ada yang berubah signifikan dalam
mekanisme kerja pengadaan Bulog. Pengadaan pun segera dilakukan setelah
belied turunan disahkan.
“Saya belum membaca persis apa isinya
tetapi Bulog akan mengurusi tiga komoditas yaitu beras, jagung, dan
kedelai. Tapi setelah diteken , akan diundangkan dulu di Kemenkumham,
nanti kita lihat isinya seperti apa,” kata Djarot pada Bisnis, Minggu
(13/3/2016).
Djarot menyampaikan setelah Perpres tersebut
diundangkan, pemerintah melalui Kementerian terkait akan mempersiapkan
Peraturan Menteri (Permen).
Sejauh ini, lanjut Djarot, dua Permen yang dipastikan akan menjadi turunan Perpres tersebut adalah Permentan dan Permendag.
Sebagai
informasi, pemerintah telah lama mencanangkan pembentukan Perpres
penugasan Perum Bulog untuk komoditas tertentu selain beras.
Pasalnya, harga komoditas pangan utama di tingkat petani kerap anjlok, di saat yang sama harga di konsumen tetap tinggi.
Dalam
pembahasannya, pemerintah sempat mempertimbangkan Bulog untuk mengurusi
11 komoditas yaitu beras, jagung, kedelai, daging sapi, gula, ayam,
telur, cabai, bawang, terigu dan minyak goreng. Kendati demikian,
pemerintah akhirnya hanya memberi Bulog kewenangan atas 3 komoditas.
Dengan
memperluas peran Bulog, diharapkan pemerintah dapat menjaga harga di
tingkat petani sekaligus menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.
"Secara
natural pengadaan jagung dan kedelai mirip dengan beras, juga
penyimpanannya. Ini akan dimulai kalau Peraturan Menteri-nya sudah ada,"
kata Djarot.
Jika kelak pengadaan Bulog mencakup 3 komoditas,
maka yang kemudian menjadi perhatian adalah kapasitas gudang Bulog. Saat
ini, lembaga buffer stock itu memiliki gudang penyimpanan beras di
seluruh provinsi dengan kapasitas mencapai 4 juta ton.
Menurut
Djarot, infrastruktur pergudangan memang akan menjadi fokus Bulog
seiring perluasan penugasan tersebut. Kendati demikian, dia optimistis
pengadaan tetap dapat berjalan semestinya.
"Kan kapasitasnya
memang tidak memadai. Tapi itu bukan penghalang karena Bulog ada gudang
filial, juga gudang yang disewa," ujarnya.
Djarot sebeumnya menyebut
untuk dapat mengantisipasi kebutuhan gudang baru, Bulog telah melakukan
peminjaman gudang pada rekan BUMN lain misalnya PT Pertani dan PT Sang
Hyang Sri.
Sementara itu, kalangan pengamat menilai penetapan
Perum Bulog untuk mengurus 3 komoditas swasembada merupakan hal yang
realistis. Bulog diprediksi akan sangat tertatih-tatih jika harus
mengurus hingga 11 komoditas pangan.
Ekonom Pertanian Institute
for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin
menyampaikan Bulog telah memiliki keahlian dalam melakukan penyerapan
beras dan karakter jagung dan kedelai cenderung sama dengan beras.
“Bulog
piawai urusan grain. Daya simpannya lebih mudah, tidak harus beku.
Kompetensi sumber daya manusianya juga mendukung. Bulog jangan
dipaksakan misalnya mengurus sapi atau ayam. Karakter komoditas itu khas
dan tidak bisa pukul rata,” ungkap Bustanul.
http://industri.bisnis.com/read/20160314/99/527842/kewenangan-diperluas-bulog-optimistis-mampu-jalankan-tugas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar