Senin, 14 Maret 2016

Kewenangan Diperluas, Bulog Optimistis Mampu Jalankan Tugas

Setelah persoalan komoditas yang ditangani Perum Bulog simpang siur dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah akhirnya memutuskan Bulog akan diberi kewenangan menjadi stabilisator harga tiga komoditas target swasembada yaitu beras, jagung, dan kedelai.

Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti Djarot menyampaikan meski kewenangan Bulog ditambah, secara spesifik tidak ada yang berubah signifikan dalam mekanisme kerja pengadaan Bulog. Pengadaan pun segera dilakukan setelah belied turunan disahkan.

“Saya belum membaca persis apa isinya tetapi Bulog akan mengurusi tiga komoditas yaitu beras, jagung, dan kedelai. Tapi setelah diteken , akan diundangkan dulu di Kemenkumham, nanti kita lihat isinya seperti apa,” kata Djarot pada Bisnis, Minggu (13/3/2016).

Djarot menyampaikan setelah Perpres tersebut diundangkan, pemerintah melalui Kementerian terkait akan mempersiapkan Peraturan Menteri (Permen).

Sejauh ini, lanjut Djarot, dua Permen yang dipastikan akan menjadi turunan Perpres tersebut adalah Permentan dan Permendag.

Sebagai informasi, pemerintah telah lama mencanangkan pembentukan Perpres penugasan Perum Bulog untuk komoditas tertentu selain beras.

Pasalnya, harga komoditas pangan utama di tingkat petani kerap anjlok, di saat yang sama harga di konsumen tetap tinggi.

Dalam pembahasannya, pemerintah sempat mempertimbangkan Bulog untuk mengurusi 11 komoditas yaitu beras, jagung, kedelai, daging sapi, gula, ayam, telur, cabai, bawang, terigu dan minyak goreng. Kendati demikian, pemerintah akhirnya hanya memberi Bulog kewenangan atas 3 komoditas.

Dengan memperluas peran Bulog, diharapkan pemerintah dapat menjaga harga di tingkat petani sekaligus menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.

"Secara natural pengadaan jagung dan kedelai mirip dengan beras, juga penyimpanannya. Ini akan dimulai kalau Peraturan Menteri-nya sudah ada," kata Djarot.

Jika kelak pengadaan Bulog mencakup 3 komoditas, maka yang kemudian menjadi perhatian adalah kapasitas gudang Bulog. Saat ini, lembaga buffer stock itu memiliki gudang penyimpanan beras di seluruh provinsi dengan kapasitas mencapai 4 juta ton.

Menurut Djarot, infrastruktur pergudangan memang akan menjadi fokus Bulog seiring perluasan penugasan tersebut. Kendati demikian, dia optimistis pengadaan tetap dapat berjalan semestinya.

"Kan kapasitasnya memang tidak memadai. Tapi itu bukan penghalang karena Bulog ada gudang filial, juga gudang yang disewa," ujarnya.

Djarot sebeumnya menyebut untuk dapat mengantisipasi kebutuhan gudang baru, Bulog telah melakukan peminjaman gudang pada rekan BUMN lain misalnya PT Pertani dan PT Sang Hyang Sri.

Sementara itu, kalangan pengamat menilai penetapan Perum Bulog untuk mengurus 3 komoditas swasembada merupakan hal yang realistis. Bulog diprediksi akan sangat tertatih-tatih jika harus mengurus hingga 11 komoditas pangan.

Ekonom Pertanian Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin menyampaikan Bulog telah memiliki keahlian dalam melakukan penyerapan beras dan karakter jagung dan kedelai cenderung sama dengan beras.

“Bulog piawai urusan grain. Daya simpannya lebih mudah, tidak harus beku. Kompetensi sumber daya manusianya juga mendukung. Bulog jangan dipaksakan misalnya mengurus sapi atau ayam. Karakter komoditas itu khas dan tidak bisa pukul rata,” ungkap Bustanul.

http://industri.bisnis.com/read/20160314/99/527842/kewenangan-diperluas-bulog-optimistis-mampu-jalankan-tugas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar