Presiden Joko Widodo melakukan inspeksi mendadak ke gudang pengolahan
gabah Bulog di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (11/3).
Menurut Presiden, ia ingin betul-betul mengecek urusan beras.
Dalam inspeksi itu, Presiden didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki
Hadimuljono. Pada ruangan pertama, Presiden memeriksa alat penggiling
dan pengering padi yang sedang beroperasi.
Presiden pun menemukan sejumlah alat penggiling padi yang tidak beroperasi.
Ia juga me meriksa gudang penyimpanan beras. `'Mengapa serapan dari
petani yang sudah panen banyak tidak bisa berjalan dengan baik?" tanya
Presiden seusai pemeriksaan.
Padahal, menurut dia, selama ini Bulog sangat siap menerima beras
masyarakat dengan fasilitas memadai, seperti pengering dan penggilingan
gabah. Namun, mesin pengering berkapasitas sehari 80 ton, dalam sepekan
baru dapat 20 ton.
`'Ini mesti ada problem di lapangan,'' kata Presiden. Hal yang
diharapkan para petani saat masa panen sekarang, gabah bisa diserap
Bulog agar harga tidak jatuh. Presiden mengakui, pemerintah masih
menyelidiki sulitnya penyerapan gabah oleh Bulog. Ada sejumlah dugaan
mengemuka mengapa masalah itu muncul.
Di antaranya, gabah petani yang kurang kering, masyarakat menghadapi
kesulitan menyetor gabah, atau penyebab lainnya Bulog tidak cepat
membeli gabah milik para petani. Kini, Bulog hanya punya waktu dua bulan
untuk menyerap produksi petani karena ini.
Presiden mengaku telah menelepon Kepala Bulog Djarot Kusumayakti
untuk menginformasikan masalah yang ada, seperti rusaknya sejumlah alat
penggilingan gabah. Ia menambahkan, permasalahan yang ditemukan di
sejumlah gudang Bulog hampir serupa.
Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional (Subdivre) III Surakarta Budhi
Ganefiantara menyatakan, ada instruksi pemerintah untuk menyerap gabah
petani. Ini sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras.
HPP gabah kering panen dengan kadar air maksimal 25 per sen sebesar
Rp 3.700/kg. Untuk gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14 persen
sebesar Rp 4.650/kg. Sedangkan, beras dengan broken20 persen sebesar Rp
7.300/kg.
Budhi menyatakan, Bulog membuat posko dan bergerak cepat jika ada padi siap panen.
Meski demikian, ia mempersilakan petani menjual hasil panennya ke
pihak lain jika tidak cocok dengan harga Bulog. `'Kalau ada pihak yang
menjual di atas HPP, Bulog tidak bisa mencegah.''
Pemerintah menar getkan harga gabah dalam mu sim panen kali ini sebesar Rp 3.700/kg.
Sementara, hasil panen petani bervariasi. Bahkan, kualitas panen
merosot dibanding musim panen sebelumnya. Hal ini lantaran tanaman padi
banyak yang ambruk karena curah hujan yang tinggi.
`'Biasanya, hasil panen sawah satu petak laku Rp 12 juta. Sekarang,
hanya menghasilkan Rp 8 juta," kata Sugeng Riyanto (46), seorang petani
di Kelurahan Ngorog, Kecamatan Sragen, Jumat (11/3). Harga gabah pada
musim panen sekarang anjlok.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI)
Dwi Andreas Santoso mengatakan, pemerintah sudah harus turun tangan saat
harga gabah di tingkat petani rendah. Dalam hal ini, Bulog dituntut
pula mampu menyerap gabah pada segala tingkat kualitas.
Ia menambahkan, HPP Gabah yang sebesar Rp 3.700/kg masih sangat
rendah. Ironisnya, dengan harga itu, pemerintah atau Bulog tidak bisa
menyerap gabah petani. Hingga kini, ungkap dia, Bulog tidak langsung
bekerja sama dengan petani, tetapi melalui penggilingan.
Menurut Dwi, dengan rendahnya HPP gabah ini, mestinya harga beras
ikut rendah. Kenyataannya, harga beras di sejumlah daerah mengalami
kenaikan. "Dengan HPP gabah rendah, seharusnya harga beras bisa ikut
turun, bukan malah naik,'' katanya.
Belum lagi, lanjut dia, dalam waktu dekat akan memasuki musim panen
yang diperkirakan puncaknya pada April. Dwi menilai aneh jika GPP gabah
rendah, lalu menjelang musim panen, harga beras masih ada yang mengalami
lonjakan.
Masih tinggi Harga beras di pasar tradisional di Yogyakarta sampai
pekan ini masih cukup tinggi. Harga beras jenis medium dijual dengan
harga Rp 9.500 hingga Rp 10 ribu per kilogramnya. Sementara, beras jenis
premium mencapai Rp 11.500 hingga Rp 12 ribu per kilogramnya.
Beras jenis bulog atau beras sejenis beras miskin juga masih cukup
mahal. Harga beras jenis ini mencapai Rp 8.500 per kilogramnya. "Belum
ada panen, jadi harganya masih tinggi," kata Hartini, pedagang beras di
Pasar Giwangan, Yogyakarta, Jumat (11/3).
Menurutnya, panen baru akan terjadi beberapa pekan lagi. Itu pun
beras belum tentu langsung banyak di pasar. Pasalnya, panen padi harus
membutuhkan proses pengeringan dan peng gilingan. "Apalagi, musim hujan,
jadi masuk ke pasar juga masih lama," katanya.
Turni, pedagang sembako di pasar yang sama, menuturkan, setelah Hari
Raya Idul Fitri tahun lalu, harga beras terus stabil tinggi. Jika ada
penurunan, besarnya tidak signifikan. `'Tahun ini naik lagi,
mudah-mudahan panen, harga bisa turun," katanya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai, operasi pasar
masih menjadi solusi atas melonjaknya harga beras di Ibu Kota. Ia telah
ber - koordinasi dengan Bulog untuk menggelar operasi pasar. Ia
optimistis itu bisa membuat harga beras stabil.
`'Beras tetap mau operasi pasar, kita ajukan keBulog supaya operasi
pasar sampai akhir bulan ini terus. Ini harga beras makin naik lho,
kalau enggak ada operasi pasar, ya bisa naik terus," katanya kepada
wartawan di Balai Kota, Jumat (11/3).
Selain itu, ia menyatakan, perusahaan Tjipinang Food Station (TFS)
yang ia canangkan mampu mengatasi mahalnya harga sembako. Menurutnya,
kehadiran TFS mampu melawan kartel yang mengatur harga pasar.
"(TFS) itu tetap jualan atasin kartel. Kita ikut main harga gula dan
minyak goreng. Sekarang kita coba main kedaging beku sekitar 85
ribu/kg,'' kata
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/16/03/12/o3x2zw1-presiden-serapan-gabah-petani-tak-berjalan-baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar