Rabu, 05 Februari 2014

Pangan Selalu Tak Mencukupi

  • Dilaporkan Surplus
Pengadaan pangan tiap tahun khususnya beras untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah eks Karisidenan Banyumas atau masyarakat di Banyumas Raya selalu tak mencukupi.

Anehnya, kenyataan itu sering berbeda dengan apa yang dipublikasikan hampir semua pemerintah daerah, terkait pengamanan pengadaan pangan dilaporkan dalam posisi pada angka statistik surplus.

Kepala Sub Divre IV Bulog Banyumas Sugeng Rahayu melalui Humas Mohammad Priyono, mengatakan kondisi tersebut terjadi karena pembukaan luasan lahan untuk tanaman padi tiap tahun di masing-masing kabupaten terus berkurang.

Hal sama juga untuk kondisi hasil panenan dari petani. Sementara itu, penyerapan pemerintah melalui Bulog hanya mampu sekitar 10- 15 persen, sehingga 80 persen lebih dikendalikan oleh pasar.

''Kalau menghitungnya jumlah hasil panenan dari total luasan lahan per tahun khusus untuk memenuhi kebutuhan per jiwa masyarakat di sini (Banyumas Raya) pasti tidak akan pernah ketemu angka surplus atau mencukupi. Pasti selalu minus,'' kata Priyono dalam diskusi informal dengan Suara Merdeka, kemarin.

Menurutnya, dalam sistem pengadaan pangan untuk pengamanan ketahanan pangan sifatnya nasional. Hasil panenan yang diserap di tingkat lokal sudah dihitung sebagai bentuk pengadaan pangan nasional.

Masing-masing daerah saling menutup, baik oleh pasar umum maupun antar-Sub Divre Bulog. Jadi mobilitas penyerapan dan distribusi beras atau gabah sudah dihitung untuk memenuhi kebutuhan pasar umum dan penyediaan ketahanan pangan yang dikelola oleh Bulog.

Yang dikelola Bulog sementara ini untuk kebutuhan raskin, bencana alam, dan kebutuhan lembaga pemasyarakatan. ''Beras luar daerah saat wilayah sini belum panen atau panen sproradis, juga banyak yang masuk. Seperti sekarang ada dari Demak, Pati, dan Yogyakarta.

Sebaliknya saat wilayah sini panen raya, pedagang luar daerah seperti dari Pekalongan dan Jabar juga banyak menyerbu ke sini. Itu berarti penyangga kebutuhan pangan masyarakat tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga oleh pasar umum melalui perdagangan bebas,'' terangnya.

Pasar Bebas
Dari total pemenuhan kebutuhan pangan beras di wilayah eks Karesidenan Banyumas yang diserap melalui Bulog hanya sekitar 10 persen, sedangkan 80 persen lainnya diserap ke pasar umum.

Itu menandakan jika hasil panenan petani lebih banyak dikendalikan oleh pasar bebas, dimana fluktuasi harga dan barang lebih cenderung dikendalikan oleh pelaku pasar, bukan pemerintah dan Bulog.

Dari data mengenai sasaran panen di wilayah eks Karesidenan Banyumas tahun 2014 yang dirangkum dari dinas pertanian empat kabupaten, yakni Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Banjanegara diproyeksikan totalnya sekitar 260.950,48 hektare.

Jika satu hektare lahan sawah rata-rata menghasilkan 5,5 ton, maka sekali panen di empat kabupaten menghasilkan 1.435.337,64 ton gabah.

Dalam setahun rata-rata bisa tiga kali panen, sehingga diprediksi total hasil menjadi 4.305.682,92 ton gabah. ''Jika hasil panen gabah dikonversi menjadi beras dengan rendemen 52 persen, akan ketemu sekitar angka 2.238.955 ton setahun,'' terang Priyono.

Sementara data BPS mencatat kebutuhan komsumsi beras per jiwa dalam sehari diperkirakan sekitar 400 gram atau 0,04 kg/penduduk. Penduduk di eks Karesidenan Banyumas mengacu data BPS tahun 2013 totalnya 5.717.825 jiwa.

Jadi bisa dihitung kebutuhan komsumsi beras per hari mencapai 22.871.292 kg. Seandainya dikalikan sebulan dengan perhitungan rata-rata 30 hari akan ketemu jumlah kebutuhan beras 686.138.160 kg, sedangkan untuk setahun terhitung sekitar 8.233.657.920 kg atau 8.233.657,92 ton.

Masih menurut Priyono, dari kekurangan tersebut jika masih ditambah dengan cadangan raskin di empat kabupaten, setahun total 74.759,94 ton atau 6.229.995 kg.

Tetap masih minus. Begitu pula saat ditambahkan untuk cadangan bencana alam, dimana masing-masing kabupaten dicadangkan 100 ton, kemudian masih ditambah untuk suplai ke LP di wilayah eks Banyumas per semester 150 ton atau 300 ton/tahun, juga belum bisa menutup angka minus tersebut.

Kepala Seksi Analisa Harga dan Pasar Bulog Sub Divre IV Banyumas, Puji Sularso, mengungkapkan di tahun 2014 juga harus diperhitungkan kemungkinan ada kemarau panjang. Jadi proyeksi sasaran tanam dan sasaran panen di wilayah eks Karesidenan Banyumas bisa meleset dari perhitungan perencanaan.

http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/02/05/251435

Tidak ada komentar:

Posting Komentar