Kisruh kenaikan harga dan mogoknya pedagang daging sapi menyebabkan
Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencabut izin impor perusahan
penggemukan sapi atau industri feedloter. Alasannya, importir
penggemukan sapi bakalan dinilai tidak bisa menjaga stabilitas harga
daging sapi. Akibat pencabutan izin ini, perusahaan penggemukan sapi
akan mengalami kerugian besar dan terancam bangkrut.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Johny Liano mengatakan industri feedloter tidak
bisa dijadikan sebagai kambing hitam atas kelangkaan daging sapi di
pasaran. Sebab ada tiga sumber pemasokan daging sapi di pasaran saat
ini.
Pertama dari berasal dari sapi lokal yang menguasasi sekitar 80%
pasokan daging sapi di Indonesia. Kedua dari sapi bakalan impor dan
ketiga dari daging sapi impor dan siap potong yang keduanya menguasai
20% supply pasokan daging nasional.
Sebagai contoh, pada tahun 2014 ada 3,6 juta ekor kebutuhan sapi,
dari jumlah tersebut hanya 750.000 ekor yang berasal dari sapi bakalan
impor, maka bila dihitung per bulan, seharusnya importir sapi bakalan
impor membutuhkan rata-rata 62.500 ekor sapi per bulan. Namun yang
terjadi pada kuartal ketiga tahun 2015 ini, importir sapi bakalan hanya
dikasih jatah 50.000 ekor selama tiga bulan.
Johny mengingatkan, undang-undang mewajibkan pemerintah membuka keran
impor bila pasokan dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan nasional. Di
sisi lain, pemerintah juga berkewajiban memastikan invetasi penggemukan
sapi dalam negeri tetap berkembang.
Apalagi saat ini ada 35 improtir anggota Apfindo dan ada di antara
mereka yang sudah berinvestasi selama hampir 20 tahun di Indonesia.
"Sekarang investasi sudah ada, ini harusnya dijaga oleh pemerintah untuk
dikembangkan," ujar Johny kepada KONTAN, Selasa (12/8).
Namun terkait pencabut ijin impor, Johny belum meresponnya. Kendati
begitu, Apfindo menilai upaya pemerintah memberikan izin impor sapi
kepada Bulog dalam rangka stabilisasi harga sudah tepat untuk jangka
pendek. Tapi bila pemerintah hanya mengandalkan Bulog dalam jangka
panjang sebagai importir sapi dan sapi bakalan, dengan mereduksi peran
importirswasta, maka itu akan merusak investasi dalam negeri.
Apalagi saat ini, industri feedloter selain telah menanamkan
investasi yang besar dalam penggemukan sapi, juga menyerap ribuan
tenaga kerja. "Saya yakin pemerintah tidak mungkin ingin mematikan
investasi yang sudah ada," imbunnya.
Direktur Pengadaan Bulog Wahyu mengatakan saat ini Bulog telah
mendapatkan izin untuk mendatangkan sapi siap potong dari Australia.
Dalam waktu dua pekan ke depan, sapi-sapi tersebut sudah tiba di Tanah
Air. Bulog telah mengundang sejumlah asosiasi pedagang daging sapi di
pasaran tradisional untuk bekerjasama menyalurkan daging sapi ke
masyarakat.
Dengan begitu, Bulog tidak bekerja sendiri dalam menjual daging sapi
lagi. Nantinya para pedagang akan membeli pasokan daging sapi dari
Bulog. "Nanti kita sepakat dengan pedagang daging sapi untuk menetapkan
harga tingkat konsumen tidak boleh dijual lebih dari Rp 100.000 per kg,"
ujar Wahyu kepada KONTAN.
Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi menyambut baik
keputusan pemeirntah mengalihkan izin impor sapi ke BulogPasalnya,
pedagang berkepentingan adanya pasokan daging yang tetap baik itu sapi
lokal maupun impor.
Ia menilai bila pemerintah mengabulkan permintaan importir untuk
membuka keran impor, harga daging akan sulit stabil sebab selama ini
para importir terbukti gagal untuk menjaga kestabilan harga daging sapi.
"Saya sudah himbau teman-teman pedagang daging sapi untuk jualan besok
dan mendukung program pemerintah dengan mengambil pasokan daging dari
Bulog," imbuhnya.
http://industri.kontan.co.id/news/kisruh-sapi-industri-fedloter-tolak-disalahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar