Pengamat Pertanian Institute for Development and Economic Finance
(Indef) Bustanul Arifin menyatakan bahwa target pengadaan beras yang
dipatok Perum Bulog sebanyak 3,2 juta ton. Apalagi realisasi penyerapan
yang sampai pertengahan Agustus ini baru 1,85 juta ton atau 57%.
Menurutnya,
ada beberapa faktor yang menyebabkan target pengadaan beras Bulog bakal
meleset. Penyebab utamanya ialah lonjakan harga beras hingga 30% yang
terjadi di awal tahun ini.
Akibat kejadian itu, harga beras tidak
pernah kembali ke titik sebelumnya, sulit sekali mencari gabah dan
beras dengan harga sesuai ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) di
tingkat petani, yakni sebesar Rp 3.700/kg untuk gabah kering panen
(GKP), RP 4.600/kg untuk gabah kering giling (GKG), dan Rp 7.300/kg
untuk beras.
"Bulog memang tidak mudah melakukan pengadaan karena
harga bergerak dinamis di lapangan," kata Bustanul saat ditemui di
Kantor Indef, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Kemudian, di tengah
tingginya harga gabah dan beras petani, Bulog masih harus bersaing
dengan penggilingan-penggilingan beras swasta yang mau membeli gabah dan
beras petani dengan harga di atas HPP. Saat ini, tutur Bustanul, sudah
ada beberapa penggilingan beras swasta yang mulai bisa menyaingi Bulog,
misalnya PT Tiga Pilar.
"Bulog kalah juga dengan
penyerap-penyerap besar, kaget ketika perusahaan-perusahaan swasta kita
beri kesempatan seluas-luasnya untuk masuk. Ada PT Tiga Pilar misalnya,"
paparnya.
Bustanul menambahkan, dirinya juga kurang yakin
produksi padi tahun ini naik sampai 73,5 juta ton GKG seperti yang
disampaikan dalam Angka Ramalan (Aram) I BPS. Bila angka itu benar,
harusnya produksi beras melimpah dan Bulog tak kesulitan menyerap beras
petani.
"Bisa juga produksinya (beras) tidak sebesar itu," dia mengungkapkan.
Dengan
masih rendahnya serapan beras Bulog hingga hari ini, ditambah serangan
el nino, Bustanul memperingatkan pemerintah agar benar-benar waspada
memperhatikan stok beras. Bila stok Bulog kurang dan produksi beras
turun akibat el nino, harga beras bakal melambung saat puncak paceklik
di Januari-Februari 2016.
"Kita harus sangat waspada di awal tahun depan. Kita harus perhatikan el nino dengan serius juga," pungkasnya.
Seperti
diketahui, pengadaan beras yang dilakukan oleh Perum Bulog hingga
pertengahan Agustus baru 1,85 juta ton atau baru 57% dari target. Jika
ditambah dengan pengadaan dari beras komersial pun total pengadaan Bulog
baru sekitar 2 juta ton, masih jauh dari target pengadaan tahun ini
yang mencapai 3,2 juta ton.
Sedangkan stok beras Bulog saat ini
1,6 juta ton atau setara dengan kebutuhan untuk 6-7 bulan penyaluran.
“Pengadaan beras sampai saat ini 1,85 juta ton. Stoknya 1,6 juta ton.
Beras premium ada 230 ribu ton,” ungkap Direktur Pengadaan Perum Bulog,
Wahyu.
Wahyu menyatakan bahwa pihaknya akan terus mengejar target
pengadaan beras hingga mencapai 3,2 juta ton di akhir tahun. Diharapkan
pengadaan beras sudah mencapai 2,5 juta ton pada Oktober mendatang.
“Target sampai Oktober 2,5 juta ton. Kita kerja terus (target pengadaan
beras), nanti tercapai atau tidak ada banyak faktor,” ucap Wahyu.
Diakuinya,
sangat sulit bagi Bulog untuk dapat mencapai target pengadaan beras
sebanyak 3,2 juta ton. Sebab, panen raya yang setiap tahun jatuh pada
April, Mei, dan Juli telah lewat. Saat ini pun Bulog sudah kesulitan
untuk mendapatkan beras dengan harga sesuai HPP yang ditetapkan
pemerintah sebesar Rp 7.300/kg.
Karena itu, Bulog akan menggenjot
pengadaan dari komersial. “Kita perbanyak pengadaan dari komersial
karena sudah sulit untuk memperoleh beras dengan harga sesuai HPP,” kata
Wahyu.
http://finance.detik.com/read/2015/08/24/150316/2999789/4/1/pengadaan-beras-bulog-baru-57-ini-penyebabnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar