Senin, 24 Agustus 2015

Pengadaan Beras Bulog Baru 57%, Ini Penyebabnya

Pengamat Pertanian Institute for Development and Economic Finance (Indef) Bustanul Arifin menyatakan bahwa target pengadaan beras yang dipatok Perum Bulog sebanyak 3,2 juta ton. Apalagi realisasi penyerapan yang sampai pertengahan Agustus ini baru 1,85 juta ton atau 57%.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan target pengadaan beras Bulog bakal meleset. Penyebab utamanya ialah lonjakan harga beras hingga 30% yang terjadi di awal tahun ini.

Akibat kejadian itu, harga beras tidak pernah kembali ke titik sebelumnya, sulit sekali mencari gabah dan beras dengan harga sesuai ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) di tingkat petani, yakni sebesar Rp 3.700/kg untuk gabah kering panen (GKP), RP 4.600/kg untuk gabah kering giling (GKG), dan Rp 7.300/kg untuk beras.

"Bulog memang tidak mudah melakukan pengadaan karena harga bergerak dinamis di lapangan," kata Bustanul saat ditemui di Kantor Indef, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Kemudian, di tengah tingginya harga gabah dan beras petani, Bulog masih harus bersaing dengan penggilingan-penggilingan beras swasta yang mau membeli gabah dan beras petani dengan harga di atas HPP. Saat ini, tutur Bustanul, sudah ada beberapa penggilingan beras swasta yang mulai bisa menyaingi Bulog, misalnya PT Tiga Pilar.

"Bulog kalah juga dengan penyerap-penyerap besar, kaget ketika perusahaan-perusahaan swasta kita beri kesempatan seluas-luasnya untuk masuk. Ada PT Tiga Pilar misalnya," paparnya.

Bustanul menambahkan, dirinya juga kurang yakin produksi padi tahun ini naik sampai 73,5 juta ton GKG seperti yang disampaikan dalam Angka Ramalan (Aram) I BPS. Bila angka itu benar, harusnya produksi beras melimpah dan Bulog tak kesulitan menyerap beras petani.

"Bisa juga produksinya (beras) tidak sebesar itu," dia mengungkapkan.

Dengan masih rendahnya serapan beras Bulog hingga hari ini, ditambah serangan el nino, Bustanul memperingatkan pemerintah agar benar-benar waspada memperhatikan stok beras. Bila stok Bulog kurang dan produksi beras turun akibat el nino, harga beras bakal melambung saat puncak paceklik di Januari-Februari 2016.

"Kita harus sangat waspada di awal tahun depan. Kita harus perhatikan el nino dengan serius juga," pungkasnya.

Seperti diketahui, pengadaan beras yang dilakukan oleh Perum Bulog hingga pertengahan Agustus baru 1,85 juta ton atau baru 57% dari target. Jika ditambah dengan pengadaan dari beras komersial pun total pengadaan Bulog baru sekitar 2 juta ton, masih jauh dari target pengadaan tahun ini yang mencapai 3,2 juta ton.

Sedangkan stok beras Bulog saat ini 1,6 juta ton atau setara dengan kebutuhan untuk 6-7 bulan penyaluran. “Pengadaan beras sampai saat ini 1,85 juta ton. Stoknya 1,6 juta ton. Beras premium ada 230 ribu ton,” ungkap Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu.

Wahyu menyatakan bahwa pihaknya akan terus mengejar target pengadaan beras hingga mencapai 3,2 juta ton di akhir tahun. Diharapkan pengadaan beras sudah mencapai 2,5 juta ton pada Oktober mendatang. “Target sampai Oktober 2,5 juta ton. Kita kerja terus (target pengadaan beras), nanti tercapai atau tidak ada banyak faktor,” ucap Wahyu.

Diakuinya, sangat sulit bagi Bulog untuk dapat mencapai target pengadaan beras sebanyak 3,2 juta ton. Sebab, panen raya yang setiap tahun jatuh pada April, Mei, dan Juli telah lewat. Saat ini pun Bulog sudah kesulitan untuk mendapatkan beras dengan harga sesuai HPP yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 7.300/kg.

Karena itu, Bulog akan menggenjot pengadaan dari komersial. “Kita perbanyak pengadaan dari komersial karena sudah sulit untuk memperoleh beras dengan harga sesuai HPP,” kata Wahyu.

http://finance.detik.com/read/2015/08/24/150316/2999789/4/1/pengadaan-beras-bulog-baru-57-ini-penyebabnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar