Presiden Joko Widodo, Rabu (12/8), melakukan reshuffle terbatas, dengan mengganti enam menteri.
Salah satu yang diberhentikan adalah Rachmat Gobel. Ia dicopot dari
posisinya sebagai Menteri Perdagangan (Mendag). Presiden kemudian
menunjuk Thomas Trikasih Lembong sebagai penggantinya.
Publik tidak mengetahui apa kriteria yang dibuat oleh Presiden untuk
menggantikan para pembantunya.
Karena itu, berbagai spekulasi dan dugaan
pun bermunculan. Demikian halnya ketika Presiden mengganti posisi
Rachmat Gobel.
Peneliti Formappi, Lucius Karus pun menyayangkan Presiden Joko Widodo
yang mencopot Rachmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan dan diganti
dengan Thomas Trikasi Lembong.
Karena menurutnya, kinerja Menteri Perdagangan selama ini sangat
positif. Gobel berusaha memperkuat peran negara dan memberdayakan Badan
Urusan Logistik (Bulog) sebagai penyangga pangan nasional.
Selain itu, kebijakan-kebijakan Kementerian Perdagangan di bawah
Gobel selalu mengarah untuk melindungi produk-produk lokal dari
merebaknya produk luar negeri. Karenanya, tak pelak kebijakan tersebut
kerap membuat Gobel bermusuhan dengan para mafia impor.
“Saya menduga, Rachmat Gobel diganti karena banyak pihak yang tidak
suka dengan dia. Ada kepentingan politik dan ekonomi. Terutama para
mafia beras, gula, pakaian bekas, dan yang terakhir mafia impor daging
sapi, di mana ia memberikan wewenang kepada Bulog langsung untuk
mengimpor daging sapi, dan tidak lagi kepada importir swasta, bahkan ia
mengancam untuk mempidanakan para penimbun sapi bila terbukti sebagai
penyebab dari meroketnya daging sapi baru-baru ini,” ujarnya di Jakarta,
Kamis (13/8).
Lucius menambahkan, Presiden Jokowi juga tidak menjelaskan kriteria
secara utuh ketika menggantikan para pembantunya tersebut, apakah
karena dari prestasi atau kepentingan tertentu.
“Kalau kriterianya adalah prestasi, tentu banyak menteri yang lain yang mesti dicopot,” ungkapnya.
Sementara Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida mengatakan, Reshuffle yang
dilakukan Presiden hari ini boleh jadi merupakan agenda terselubung dari
kelompok kepentingan tertentu untuk menciptakan instabilitas di intern
pemerintahan Jokowi-JK.
Laode menilai jika alasan reshuffle adalah memburuknya
kondisi ekonomi di negeri ini, maka tak bisa langsung memvonis bahwa
yang salah adalah menteri terkait, karena ini berkenaan dengan ekonomi
global.
Ia menjelaskan, untuk mereshuffle kabinet harus dengan tolak ukur
kinerja yang jelas, salah satunya dengan mengukur serapan anggaran dan
dikaitkan dengan capaian hasil di lapangan yang bisa ditunjukkan
langsung atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Dan itu baru bisa dilakukan setidaknya setelah satu tahun
penyelenggaraan program berikut anggarannya. Kalau sekarang, satu tahun
saja belum, lalu mana yang bisa diukur,” katanya
Sementara itu Rachmat Gobel tidak menjelaskan alasan Jokowi mencopot
dirinya. Namun dia mengaku lega meninggalkan kursi nomor satu di
Kementerian Perdagangan.
“Enak jadi rakyat biasa, bebas. Tidak pusing dikejar-kejar mafia,” ucapnya.
http://sp.beritasatu.com/politikdanhukum/gobel-korban-kepentingan-politik-dan-mafia/93635
Tidak ada komentar:
Posting Komentar