Jumat, 23 Mei 2014

Izin Impor Gula Bulog Tak Diperpanjang‏

Masa berlaku izin impor gula sebanyak 328 ribu ton untuk Perum Bulog sudah berakhir pada 15 Mei lalu. Namun, gula kristal putih yang berhasil didatangkan Bulog sampai kemarin hanya 27 ribu ton, sangat jauh di bawah kuota yang diberikan Kementerian Perdagangan.

Meski demikian, Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan, mengaku tidak khawatir bakal terjadi kekurangan pasokan gula di dalam negeri karena masih ada stok lama di gudang milik pabrik-pabrik gula. Selain itu, pabrik-pabrik gula juga sudah memulai penggilingan.

"Sekarang yang terjadi kekurangan itu tampaknya sudah dicover oleh penggilingan yang sudah masuk sekarang," kata Bayu kepada wartawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (22/5). Izin impor gula untuk Bulog yang berakhir pada 15 Mei lalu, sambungnya, tidak akan diperpanjang karena bulan Mei ini sudah memasuki musim giling tebu.

Dikhawatirkan, masuknya gula impor pada saat musim giling dapat merusak harga gula lokal. "Kita masih menghormati pada musim giling, makanya ada batas waktu untuk importasi Bulog," dia mengungkapkan.

Tetapi, tidak tertutup kemungkinan Bulog akan diberi izin impor lagi bila nantinya hasil penggilingan tahun ini tidak dapat menutup kebutuhan gula nasional. "Kita lihat saja bagaimana hasil dari penggilingan, masih perkiraan, nanti kita bisa ambil langkah," katanya. "Bulog itu adalah instrumen, kapan dia masuk dan bagaimana, sangat bisa kita berikan izinnya kapan saja," katanya lagi.

Rendahnya realisasi impor gula Bulog ini akan dievaluasi oleh pemerintah. Namun, menurutnya, hal ini tak perlu dibesar-besarkan karena yang terpenting adalah pengendalian harga, bukan realisasi impor gula. Lagipula, Bulog juga bagian dari pemerintah. "Kalau Bulog saya kira nggak usah kita permasalahkan karena dia bagian dari pemerintah," tukas dia.

Dia menambahkan, yang menjadi masalah saat ini justru menumpuknya stok gula lama hasil penggilingan tahun 2013 lalu. "Ternyata ada stok gula lama, yang jumlahnya cukup banyak, yang kesulitan keluar. Angkanya macam-macam," ujarnya.

Permasalahan lainnya, stok gula yang mangkrak di gudang-gudang tersebut sudah menurun kualitasnya akibat terlalu lama disimpan. Namun, pabrik-pabrik gula enggan melepasnya dengan harga gula saat ini karena mereka melakukan penggilingan saat harga tebu sedang tinggi di awal 2013. "Waktu itu dibeli dengan harga mahal kira-kira awal 2013. Kalau dia jual di bawah harga itu, dia akan merugi," tutup Bayu.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan bahwa stok sebanyak 350 ribu ton yang dihimpun Bulog dibutuhkan untuk menutup defisit kebutuhan gula pada bulan Mei-Juli alias tak sampai sebulan lagi.

Pemberian izin impor gula dalam bentuk gula kristal putih (GKP) yang siap dikonsumsi ini dipertanyakan oleh berbagai pihak. Kementerian Perdagangan (Kemendag) dinilai tidak berpihak pada petani tebu dan industri gula nasional. Menjawab kritik tersebut, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan bahwa keputusan tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa GKP lebih praktis ketimbang gula rafinasi.

Bila yang diimpor adalah gula rafinasi, Bulog perlu mencari pabrik gula yang mau mengolahnya lebih dulu menjadi gula siap konsumsi. "Soal gula Bulog, itu pure masalah timing dan kebijakan," kata Lutfi, beberapa waktu lalu.

Lutfi mebambahkan, dalam Rapat Koordinasi Kementerian Perekonomian pada Desember 2013 lalu, juga diputuskan bahwa Bulog diberi penugasan untuk menghimpun stok cadangan gula dari impor. "Perintahnya memang GKP. Saya menerapkan keputusan Desember," tandasnya.

Menurutnya, pemerintah harus memiliki cadangan stok gula agar dapat menjaga stabilitas harga gula di dalam negeri yang kerap dipermainkan spekulan. Bila spekulan menahan stok gula sehingga harga menjadi tinggi, pemerintah dapat melepas cadangan Bulog untuk menstabilkan kembali harga gula.

"Kita musti punya buffer stock yang baik," ujarnya. Dia menepis kekhawatiran bahwa impor GKP ini akan membuat harga gula produksi petani lokal jatuh, justru impor GKP ini untuk menjaga stabilitas harga gula, termasuk di tingkat petani. "Jadi saya mau ingatkan, ini bukan untuk hancurkan harga petani tapi agar kita tidak dipermainkan oleh spekulan," dia menjelaskan.

http://www.gatra.com/ekonomi-1/53304-zin-impor-gula-bulog-tak-diperpanjang%E2%80%8F.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar