Masa berlaku izin impor gula sebanyak 328 ribu ton untuk Perum Bulog
sudah berakhir pada 15 Mei lalu. Namun, gula kristal putih yang berhasil
didatangkan Bulog sampai kemarin hanya 27 ribu ton, sangat jauh di
bawah kuota yang diberikan Kementerian Perdagangan.
Meski demikian, Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan, mengaku
tidak khawatir bakal terjadi kekurangan pasokan gula di dalam negeri
karena masih ada stok lama di gudang milik pabrik-pabrik gula. Selain
itu, pabrik-pabrik gula juga sudah memulai penggilingan.
"Sekarang yang terjadi kekurangan itu tampaknya sudah dicover oleh
penggilingan yang sudah masuk sekarang," kata Bayu kepada wartawan di
Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (22/5). Izin impor gula untuk
Bulog yang berakhir pada 15 Mei lalu, sambungnya, tidak akan
diperpanjang karena bulan Mei ini sudah memasuki musim giling tebu.
Dikhawatirkan, masuknya gula impor pada saat musim giling dapat
merusak harga gula lokal. "Kita masih menghormati pada musim giling,
makanya ada batas waktu untuk importasi Bulog," dia mengungkapkan.
Tetapi, tidak tertutup kemungkinan Bulog akan diberi izin impor lagi
bila nantinya hasil penggilingan tahun ini tidak dapat menutup kebutuhan
gula nasional. "Kita lihat saja bagaimana hasil dari penggilingan,
masih perkiraan, nanti kita bisa ambil langkah," katanya. "Bulog itu
adalah instrumen, kapan dia masuk dan bagaimana, sangat bisa kita
berikan izinnya kapan saja," katanya lagi.
Rendahnya realisasi impor gula Bulog ini akan dievaluasi oleh
pemerintah. Namun, menurutnya, hal ini tak perlu dibesar-besarkan karena
yang terpenting adalah pengendalian harga, bukan realisasi impor gula.
Lagipula, Bulog juga bagian dari pemerintah. "Kalau Bulog saya kira
nggak usah kita permasalahkan karena dia bagian dari pemerintah," tukas
dia.
Dia menambahkan, yang menjadi masalah saat ini justru menumpuknya
stok gula lama hasil penggilingan tahun 2013 lalu. "Ternyata ada stok
gula lama, yang jumlahnya cukup banyak, yang kesulitan keluar. Angkanya
macam-macam," ujarnya.
Permasalahan lainnya, stok gula yang mangkrak di gudang-gudang
tersebut sudah menurun kualitasnya akibat terlalu lama disimpan. Namun,
pabrik-pabrik gula enggan melepasnya dengan harga gula saat ini karena
mereka melakukan penggilingan saat harga tebu sedang tinggi di awal
2013. "Waktu itu dibeli dengan harga mahal kira-kira awal 2013. Kalau
dia jual di bawah harga itu, dia akan merugi," tutup Bayu.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan
bahwa stok sebanyak 350 ribu ton yang dihimpun Bulog dibutuhkan untuk
menutup defisit kebutuhan gula pada bulan Mei-Juli alias tak sampai
sebulan lagi.
Pemberian izin impor gula dalam bentuk gula kristal putih (GKP) yang
siap dikonsumsi ini dipertanyakan oleh berbagai pihak. Kementerian
Perdagangan (Kemendag) dinilai tidak berpihak pada petani tebu dan
industri gula nasional. Menjawab kritik tersebut, Menteri Perdagangan
Muhammad Lutfi menyatakan bahwa keputusan tersebut didasari oleh
pertimbangan bahwa GKP lebih praktis ketimbang gula rafinasi.
Bila yang diimpor adalah gula rafinasi, Bulog perlu mencari pabrik
gula yang mau mengolahnya lebih dulu menjadi gula siap konsumsi. "Soal
gula Bulog, itu pure masalah timing dan kebijakan," kata Lutfi, beberapa
waktu lalu.
Lutfi mebambahkan, dalam Rapat Koordinasi Kementerian Perekonomian
pada Desember 2013 lalu, juga diputuskan bahwa Bulog diberi penugasan
untuk menghimpun stok cadangan gula dari impor. "Perintahnya memang GKP.
Saya menerapkan keputusan Desember," tandasnya.
Menurutnya, pemerintah harus memiliki cadangan stok gula agar dapat
menjaga stabilitas harga gula di dalam negeri yang kerap dipermainkan
spekulan. Bila spekulan menahan stok gula sehingga harga menjadi tinggi,
pemerintah dapat melepas cadangan Bulog untuk menstabilkan kembali
harga gula.
"Kita musti punya buffer stock yang baik," ujarnya. Dia menepis
kekhawatiran bahwa impor GKP ini akan membuat harga gula produksi petani
lokal jatuh, justru impor GKP ini untuk menjaga stabilitas harga gula,
termasuk di tingkat petani. "Jadi saya mau ingatkan, ini bukan untuk
hancurkan harga petani tapi agar kita tidak dipermainkan oleh spekulan,"
dia menjelaskan.
http://www.gatra.com/ekonomi-1/53304-zin-impor-gula-bulog-tak-diperpanjang%E2%80%8F.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar