Secara tak sengaja saya menemukan video ini.
Judulnya : Acara Syukuran Pangkostrad Prabowo Subianto yang
berlangsung di Institute for Policy Studies (IPS) di jln Suwiryo no 6
Menteng. Terlihat sahabat Prabowo yang setia Fadli Zon dominan menyambut
tetamu.
Acara ini untuk memberi selamat dan
mensyukuri pengangkatan Prabowo sebagai Pangkostrad dengan pangkat
Letnan Jenderal dan Muchdi Pr sebagai Danjen Kopassus menggantikan
Prabowo. Kalau itu usia Prabowo relatif muda yaitu 46 tahun.
Gambar memang terlihat sedikit jadul karena
berlangsungnya cukup lama, sekitar 16 tahun lalu yaitu sekitar 1998.
Video ini diambil pada tanggal 21 April 1998 , atau hanya tiga minggu
sebelum terjadinya kerusuhan Mei berlangsung yang memaksa Presiden
Soeharto lengser.
Dalam video itu terlihat para tokoh reformis
seperti Amien Rais, Prof Jimly Ash-Shidiqie, Aulia Pohan, Eki Syahruddin
dan Din Syamsuddin. Juga berkumpul pada ‘Jenderal Hijau’ seperti
Adityawarman dan Muchdi Pr. Semuanya terlihat masih muda dan belum
terlihat kerut di wajah dan kebanyakan badan terlihat masih langsing.
Jenderal Hijau yang dekat dengan para ulama itu meeupakan Jenderal faksi
Prabowo, kala itu.
Pada menit ke 18 video itu, syukuran yang juga mengundang anak yatim itu diisi oleh pidato Prof.
Jimly Ash-Shidiqie. Ketika beliau menyebutkan anak yatim sebagai mereka
yang tidak beruntung, airmata Prabowo berkaca-kaca. Saya percaya itu
natural. Tepat pada adegan ini, saya pun tak kuasa menahan air mata.
Jika memang Prabowo dianggap bersalah atas
penculikan, kenapa tidak ramai dan disoal pada April itu ? Kenapa Jimly
tidak menyoal itu ? Bukankah penculikan mahasiswa itu sudah bermula
sejak bulan Maret? Apakah kita akan menganggap orang seperti Pak Amien
(pada waktu itu) berdiri di dua kaki?
Dimanakah para Jenderal ‘Merah Putih’ ? Para
Jenderal dan calon Jenderal yang dididik lintas generasi oleh
L.B.Moerdani? Kubu Jenderal Merah Putih ini kini melahirkan
Jenderal-jenderal yang selalu menjadi favorit Ibu Presiden kita sekarang
(Ani Yudhoyono). Mereka adalah para jenderal yang mengaku nasionalis
tanpa visi yang jelas soal kenegaraan dan mengedepankan loyalitas buta.
Bukankah para Jenderal Merah putih ini
menggoreskan noda pada peristiwa pengajian Tanjung Priok pada tahun 1984
yang membawa 24 orang korban tewas. LB Moerdani tak dituntut.Juga
peristiwa Talangsari di Lampung 1989 yang membawa korban 27 orang
meninggal, dan Hendropriono tak dituntut ? Atau peristiwa operasi
militer besar di Aceh yang melibatkan Letjen Ryamizard Ryacudu yang
membuat 1000-2000 orang mengungsi. Juga ada Wiranto yang membuat banyak
korban ketika pemisahan Timor Timur dari Indonesia.
Para Jenderal dari kubu Merah Putih itu kini
di belakang PDIP. Mulai dari Wiranto, Luhut Panjaitan, Ryamizard
Ryacudu. Mereka terlihat innocent dan seakan lebih agung ; tak pernah
terpercik darah korban operasi militer sama sekali. Sebenarnya, mereka
telah mengorbankan Prabowo.
Saya pikir konstelasi 1998, terulang kembali di 2014. Mereka kini berhadapan lagi.
Kini di 2014, ketika Prabowo tampil kembali
untuk calon RI 1 dan didukung oleh beberapa partai Nasional dan Islam,
ada yang salah ? Dan apakah peristiwa penculikan aktivis dan kerusuhan
1998 merupakan satu-satunya hal yang perlu disoal karena dosanya jauh
lebih besar dibanding Tanjung Priok, Talangsari dan DOM Aceh ?
Kalau saya dan Anda tidak berhati-hati,
alih-alih mendukung pemimpin yang baik, bisa-bisa kita mencoblos
pasangan yang salah. Para jenderal yang menelikung di 1998, sekarang
berdiri rapi di kubu sebelah berusaha menjegal yang kedua kali.
Merekalah sebetulnya yang LEBIH bertanggungjawab untuk peristiwa 1998
dibanding Prabowo.
http://politik.kompasiana.com/2014/05/30/mereka-yang-korbankan-prabowo-661316.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar