Pemerintah akan menugaskan Perum Bulog mengimpor 200.000 ton gula
kristal putih (GKP) untuk menjaga kestabilan harga gula untuk konsumsi
rumah tangga di dalam negeri. Tetapi penugasan ini sifatnya hanya
sementara saja, tidak permanen.
Asosiasi Gula Indonesia (AGI)
berpendapat bahwa gula termasuk komoditas yang strategis, harusnya
negara turut mengambil peran. AGI meminta pemerintah tidak hanya
menjadikan Bulog sebagai stabilisator beras, tapi juga menjadi
stabilisator gula.
"Saat ini, Bulog tidak lebih difungsikan ad hoc saja untuk gula. Harusnya Bulog berfungsi sebagai penyeimbang pasar," kata Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo, kepada detikFinance di Jakarta, Kamis (31/12/2015).
Tito
meminta pemerintah memberikan kewenangan kepada Bulog untuk membentuk
cadangan gula nasional. Seperti halnya yang dilakukan Bulog di beras,
Bulog diusulkan juga menyerap gula produksi lokal untuk dijadikan stok.
"Bulog bisa menyerap gula produksi PTPN untuk dijadikan cadangan,"
ucapnya.
Untuk menjadi stabilisator gula, Tito memperkirakan
bahwa Bulog harus menguasai sekitar 10%-15% dari seluruh produksi gula
di dalam negeri. Dengan produksi gula nasional saat ini sebesar 2,5 juta
ton, maka idealnya Bulog menyerap kurang lebih 300 ribu ton gula lokal.
"Kalau dia (Bulog) serap 15% saja atau 300 ribu ton, pasar pasti sudah
lumayan stabil," cetusnya.
Menurut dia, Bulog adalah BUMN yang
paling layak untuk menjadi stabilisator gula nasional. Dari segi
kapasitas, permodalan, dan infrastruktur yang dimiliki, Bulog dinilai
paling siap. "Bulog kan punya infrastruktur, punya gudang di seluruh
Indonesia," tutup Tito.
http://finance.detik.com/read/2015/12/31/095653/3108040/1036/bulog-diusulkan-jadi-stabilisator-gula-nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar