Perum Bulog akan memperketat beras yang masuk ke gudang guna
menjaga kualitas beras tetap baik hingga di tangan penerima bantuan beras
masyarakat sejahtera (rastra). BUMN tersebut akan membuat standardisasi proses
pemeriksaan beras sebelum masuk ke gudang dan disimpan Bulog, sehingga kualitas
beras tetap baik hingga ke tangan masyarakat penerima. Standar baru akan
diterapkan mulai tahun depan.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan, selama ini
pihaknya mendapat tuduhan kualitas beras yang Bulog salurkan untuk bantuan
rastra tidak layak konsumsi atau buruk. "Memang ada beberapa kasus. Karena
itu harus dievaluasi, dari mana asalnya beras tersebut, siapa mitra yang
memasok dan bagaimana kondisinya. Jadi ini yang kami harus jawab ke masyarakat
sekarang ini," katanya saat Sosialisasi Pengadaan Tahun 2016 di Jakarta,
Selasa (15/12).
Dia mengakui, dalam pengadaan gabah/beras banyak menghadapi
masalah, misalnya, masih ditemukan beras tidak sesuai standar masuk ke gudang
Bulog, mitra kerja tidak aktif dan royal, sistem pemeriksaan kualitas tidak
standar. Kendala lainnya, jumlah petugas yang melakukan pengawasan terhadap
kualitas gabah/beras tidak cukup jumlah dan kualitas, infrastruktur juga tidak
memadai dan harga di lapangan yang kerap terjadi gejolak.
Karena itu, Bulog akan membuat standarisasi proses
pemeriksaan sebelum masuk ke gudang dan disimpan Bulog, untuk menjaga kualitas beras
agar tetap baik hingga ke tangan masyarakat penerima. "Pertanyaan ini yang
harus dijawab. Jadi kami perbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
melakukan pemeriksaan. Karena itu, kami buat sistemnya," ujarnya.
Wahyu mengungkapkan, proses yang dilalui yakni beras dari
mitra kerja harus diperiksa tim khusus, di ruang khusus yang tertutup, sehingga
tidak ada kontak langsung dan kolusi dengan pemilik barang. Selama ini
pemeriksa beras berada di gudang, sehingga pemilik barang bisa bertemu langsung
dengan pemilik barang.
"Ini salah satu perubahan dalam proses pemeriksaan
kualitas beras Bulog. Kami akan mulai ketat dalam pemeriksaan. Tim pemeriksa
juga tidak bisa berkomunikasi dengan yang punya barang. Kebijakan ini akan kami
mulai tahun depan," tuturnya.
Menurut Wahyu, ke depan gabah maupun beras tidak bisa keluar
masuk gudang Bulog dari satu daerah ke daerah lain. Karena itu jika satu
tempat/gudang tidak bisa masuk karena tidak memenuhi standar, maka di seluruh
Indonesia tersebut tidak akan bisa masuk. Selama ini, karena pemerikasaan
tergantung SDM yang di gudang, maka kerap terjadi beras yang tidak masuk di
salah satu gudang, bisa masuk ke gudang lain di wilayah yang berbeda.
"Karena itu persoalan lain yang kami perbaiki adalah petugas pengadaan dan
pemeriksa. Selama ini memang SDM kita tidak cukup jumlah dan kualitas,"
ujarnya.
Kebijakan lain yang akan diterapkan Perum Bulog guna menjaga
kualitas, menurut Wahyu, beras yang masuk atau disimpan di gudang dalam kemasan
15 kilogram hanya untuk keperluan penyaluran dua bulan, sisanya dalam kemasan
50 kg. "Kalau kita menyimpan beras dalam kemasan 15 kg dalam jumlah banyak
seperti sekarang ini sulit dikawal dan dipertanggungjawabkan kualitasnya.
Apalagi kita juga tidak pernah tahu asal-usul beras tersebut," katanya.
Dengan cara itu diharapkan akan lebih terjaga kualitasnya,
ujarnya, apalagi ke depan, sebelum beras tersebut disalurkan akan dilakukan
reproses lagi guna membersihkan kotoran seperti batu, kemudian baru dikemas
dalam karung 15 kg. "Memang akan ada tambahan biaya bagi mitra kerja.
Jangan takut, Bulog yang akan bayar. Semua ini untuk menjawab keluhan terhadap
kualitas beras Bulog. Kami sekarang konsen terhadap kualitas," katanya.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/331851-ini-cara-bulog-perbaiki-kualitas-beras-untuk-warga-miskin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar