KETAHANAN pangan Indonesia akan langsung mendapat ujian di
bulan-bulan awal 2016. Yang menjadi penyebab ialah masa panen raya yang
diprediksi mundur satu hingga dua bulan sebagai akibat dari terlambatnya
musim hujan tahun ini.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot
Kusumayakti mengatakan sawah di Indonesia merupakan tadah hujan yang
sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Bukan sawah irigasi
teknis. "Maka, pada saat (musim) hujan mundur, panen ikut mundur,"
ujarnya kepada Media Indonesia, kemarin.
Dampaknya cukup
mengkhawatirkan. Mundurnya panen akan berakibat musim paceklik pada awal
tahun menjadi semakin panjang. Menurut Djarot, mundurnya musim tanam
yang berdampak ke musim panen juga akan menimbulkan gap produksi dengan
konsumsi.
Masa paceklik diperkirakan berlangsung pada periode
Januari-Maret sehingga puncak masalah amat mungkin terjadi pada Februari
hingga Maret. Djarot pun menargetkan pengadaan cadangan beras harus
dapat memenuhi kebutuhan selama periode puncak tersebut.
Saat
dihubungi terpisah, pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin meminta
agar konsekuensi dari mundurnya musim hujan yang berdampak ke musim
tanam dan panen diperhatikan serius. Pemerintah, kata dia, mesti
mempertahankan jumlah produksi pertanian agar ketahanan tetap terjaga.
"Pemangku
kepentingan harus mengantisipasi naiknya harga beras sebagai potensi
mundurnya masa panen dengan terus menjaga pasokan," tegasnya.
Terkait
dengan itu, Bustanul mengingatkan supaya Perum Bulog mampu
memaksimalkan perannya sebagai representasi pemerintah dengan fungsi
manajemen stok ataupun operasi pasar.
Senada, Ketua Serikat
Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyebut fungsi Bulog sebagai
penyangga pangan harus dimaksimalkan dengan cara mengumpulkan seluruh
produksi yang tidak merata karena perbedaan masa tanam dan panen.
Ia
mencatat, saat ini ada sebagian wilayah sudah memulai masa tanam karena
telah memasuki periode musim hujan. Sebagian daerah lain belum memulai
aktivitas karena masih kemarau.
Lebih jauh, Henry meminta
pemerintah memperbaiki atau memaksimalkan data, baik itu konsumsi maupun
kategori lahan. Alhasil kegiatan spekulasi pun bisa ditekan.
Stok 1,2 juta ton
Di
sisi lain, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie
Agustina memastikan bahwa kondisi stok barang kebutuhan pokok termasuk
beras relatif aman. "Stok beras di Bulog untuk PSO saat ini sekitar 1,2
juta ton yang masih mencukupi untuk empat bulan ke depan," tukas Srie di
Kupang, NTT, kemarin.
Bulog sendiri, menurut Djarot Kusumayakti,
tak menampik adanya kemungkinan ketika pasokan berkurang, harga beras
akan naik sehingga menyulitkan masyarakat maupun Bulog dalam menyerap
beras.
"Kalau itu yang terjadi, Bulog akan melaporkannya kepada
regulator untuk segera disikapi dengan keputusan. Setiap keadaan harus
menjadi indikator untuk menghindari keterlambatan sikap (pemerintah),"
tegasnya.
http://mediaindonesia.com/mipagi/read/18210/Paceklik-Awal-Tahun-semakin-Panjang/2015/12/28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar