Perum Bulog menyiapkan belanja modal (capital expenditures/capex)
sebesar Rp 2,3 triliun untuk tahun depan. Sebanyak Rp 2 triliun akan
bersumber dari penyertaan modal negara (PMN) yang pembahasannya saat ini
mandek di DPR dan Rp 300 miliar sisanya dari kas internal. Dana
tersebut sepenuhnya akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur
pengelolaan pascapanen, penyimpanan, maupun distribusi pangan.
Selain
beras, Bulog pada 2016 juga mengelola gula, kedelai, jagung, daging
sapi, bawang, cabai, dan ikan.
Direktur Keuangan Perum Bulog Iryanto Hutagaol mengungkapkan, tahun
ini pihaknya mengalokasikan Rp 400 miliar untuk belanja modal. Dana itu
juga untuk membenahi sejumlah infrastruktur. “Kami mau tahun depan ada capex
Rp 2,3 triliun. Sebanyak Rp 2 triliun dari PMN, kami yakin nanti bisa
kami dapatkan.
Semuanya untuk infrastruktur, mulai dari pembangunan
gudang pendingin (cold storage), revitalisasi mesin penggilingan,
pengadaan mesin pengering (dryer) gabah, juga tempan penyimpan (silo) jagung dan gabah,” kata dia, baru-baru ini.
Pada 2016, Perum Bulog menargetkan pengadaan beras dari dalam negeri
sebanyak 4 juta ton, rinciannya 3 juta ton untuk beras subsidi (PSO) dan
1 juta ton beras komersial. Selain beras, tahun depan Bulog juga
melakukan pengadaan gula, kedelai, jagung, dan daging sapi secara
komersial. Di sisi lain, Bulog juga kemungkinan akan mendapatkan mandat
untuk melakukan pengadaan cabai, bawang merah, bawang putih, ayam,
garam, dan ikan, yang juga secara komersial.
Sedianya, Bulog akan membangun 14 unit cold storage, 25 unit silo
jagung, 50 unit silo gabah, di samping melakukan modernisasi mesin
penggilingan. Saat ini dari 130 unit penggilingan gabah dan beras (UPBG)
yang dioperasikan Bulog hanya setengah yang beroperasi penuh. Saat ini
total kapasitas gudang yang dimiliki Bulog sudah mencapai 4 juta ton,
sedangkan Bulog juga sudah memiliki cold storage di kawasan Kelapa
Gading, Jakarta, namun kapasitas masih minim.
Dari sisi distribusi, Bulog akan menambah Bulog Mart dari saat ini
yang sudah berjumlah 300 unit, menambah Rumah Pangan Kita dari saat ini
100 unit, dan menambah jaringan Toko Tani Indonesia (TTI) dari saat ini
di 162 titik menjadi 1.000 titik pada tahun depan, itu baru di Pulau
Jawa. Bulog Mart, Rumah Pangan Kita, dan TTI, adalah outlet distribusi
Bulog yang langsung menyasar konsumen akhir. Dengan cara ini, selain
stabilitas harga tercapai, tata niaga pangan menjadi lebih efisien
karena beberapa lapis jalur distribusi akan terpangkas.
Menurut Iryanto, bulan lalu PMN sebesar Rp 3 triliun dalam APBN-P
2015 telah dicairkan pemerintah. Hal inilah yang juga membuat Bulog
meyakini PMN sebesar Rp 2 triliun yang dianggarkan dalam APBN 2016 bisa
didapatkan perusahaan pelat merah tersebut, meski kini pembahasannya
ditunda. “Kami baru saja mendapatkan pencairan PMN Rp 3 triliun dari
pemerintah melalui APBN-P 2015. Kami akan gunakan untuk tambahan modal
kerja, tepatnya untuk pengadaan gabah/beras subsidi saat panen raya
tahun depan. ” ungkap Iryanto.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/327370-bulog-siapkan-belanja-modal-rp-23-triliun-tahun-depan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar