Kamis, 09 April 2015

Bulog Tolak Gabah Petani

BULOG Subdivisi Regional Banyumas, Jawa Tengah, menolak ratusan ton beras dan gabah kering giling yang akan masuk ke gudang. Alasannya, beras dan gabah dari petani tidak sesuai standar yang ditetapkan dalam Inpres No 5 Tahun 2015. Akibatnya penyerapan beras yang masuk ke Bulog Banyumas masih minim.

Humas Bulog Banyumas M Priyono mengungkapkan, hingga kini pangan hasil panenan petani yang terserap dan masuk ke gudang Bulog baru mencapai 295 ton, terdiri atas 150 ton GKG dan 145 ton beras.

"Memang masih minim karena kami banyak menolak beras dan gabah yang disetor. Bulog Banyumas sangat selektif dalam menerima penyerapan. Semuanya harus sesuai dengan Inpres No 5 Tahun 2015 mengenai harga pembelian pemerintah (HPP)," jelas Priyono, kemarin.

Menurutnya, sesuai aturan HPP, gabah kering panen Rp3.700 per kg dengan persyaratan kadar air maksimal 25% dan hampa kotoran maksimal 10%. "Jika tidak sesuai dengan itu, otomatis harga gabah lebih rendah. Setelah itu nantinya mitra akan melakukan pengeringan dan disetor dalam bentuk gabah kering giling. Itu pun masih banyak ditolak karena masih di bawah standar," ujarnya.

Dia menambahkan, bila menerima gabah asal-asalan, Bulog akan disalahkan pemerintah. Nasib serupa juga dialami para petani di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Target pengadaan beras Bulog Subdivre Madiun tahun ini mencapai 52 ribu ton.

Namun pada triwulan pertama atau April baru mencapai 205 ton setara beras, dan 308 gabah kering giling atau 196 setara gabah. Minimnya penyerapan beras dan gabah dari petani karena kualitas gabah kering panen sangat rendah.

Di Semarang, Bulog Drive Jawa Tengah juga kesulitan memenuhi target pengadaan beras dari petani.

"Saat ini, petani cenderung menjual hasil panen di pasaran yang harganya lebih tinggi dari HPP," kata Kepala Bulog Divre Jawa Tengah Damin Hartono.

Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan beras 2015, Bulog Jateng mematok target kebutuhan sebesar 525 ribu ton, tetapi faktanya sampai saat ini baru terpenuhi 2600 ton.

Harga merosot  
Di Kabupaten Malang, para petani juga mengeluhkan merosotnya harga gabah yang berlangsung cepat dari Rp4.300 menjadi Rp3.500 per kg. Harga beras pun ikut turun. Selain harga gabah dan beras, para petani saat memasuki musim tanam mulai kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.

Kualitas gabah dan beras petani yang dianggap rendah, selain dipicu masalah cuaca, juga penyuluhan yang tidak maksimal. Seperti di Tasikmalaya, Jawa Barat, Bupati setempat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan produktivitas di sektor pertanian belum maksimal. Para petani masih menggunakan metode tradisional dalam menanam padi ataupun tanaman pangan lain. Hal itu ditambah dengan minimnya tenaga penyuluh pertanian. "Tasikmalaya masih membutuhkan 215 penyuluh pertanian," kata Uu.

Pada bagian lain, hasil panen padi yang diperoleh petani di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, tidak merata. Ada kemungkinan penyebabnya serangan hama sehingga para petani merugi.

Staf Pengendali Organis-me Pengganggu Tanaman, Balai Penyuluhan Pertanian Ciranjang, Adam Daniel, menambahkan, para petani juga kurang mengoptimalkan lahan.

http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/10236/Bulog-Tolak-Gabah-Petani/2015/04/09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar