Kamis, 16 April 2015

Pengadaan Beras Bulog Butuh Koordinasi Antarlembaga

Pemerintah harus memberi dukungan kepada Perum Bulog dalam menjalankan tugas stabilisasi harga pangan, seperti beras. Dukungan dilakukan dalam bentuk koordinasi yang baik antarkementerian teknis. Di sisi lain, Bulog dituntut lebih profesional.

Hal itu dikatakan Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Jember Profesor Rudi Wibowo, Selasa (14/4). Rudi dimintai tanggapan terkait minimnya realisasi pengadaan beras oleh Bulog serta dampaknya terhadap stabilisasi harga beras dalam negeri.

Menurut Rudi, apabila Bulog mampu menyerap hasil panen padi secara optimal, baik kualitas maupun kuantitasnya, mengelola serapan dengan efisien, dan mendistribusikan tepat waktu, jumlah dan tempat, pasti upaya stabilisasi akan berhasil dengan baik.

"Tentu Bulog butuh dukungan pemerintah agar tugas itu dapat dilakukan secara baik. Dukungan pasti dari segi pembiayaan dan sinergi dengan kementerian teknis, baik kementerian maupun lembaga terkait," tuturnya.

Di sisi lain, Rudi meminta Bulog lebih profesional dan berkinerja baik agar tidak terjadi moral hazard dalam pengelolaan proses itu.

Bulog kesulitan

Seperti diberitakan, hingga Sabtu pekan lalu, Bulog kesulitan melakukan pengadaan beras. Realisasi pembelian beras Bulog baru 197.000 ton atau 4,37 persen dari target pengadaan tahun 2015 sebesar 4,5 juta ton.

Pengusaha penggilingan padi dan pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Billy Haryanto, mengatakan, dalam kondisi sekarang mencari gabah dengan harga murah sangat sulit.

Di tingkat petani, harga gabah menjadi rebutan. Hal itu terjadi karena yang membutuhkan gabah untuk bahan baku penggilingan banyak dan terus meningkat dibandingkan kecepatan peningkatan produksi padi.

Karena permintaan terus naik, sementara produksi cenderung stagnan, otomatis harganya tinggi. "Sangat sulit menemukan harga gabah di bawah HPP (harga pembelian pemerintah)," kata Billy.

Kalaupun sampai terjadi harga gabah di bawah HPP, itu karena kualitasnya rendah. Panen padi pada musim hujan biasanya sulit untuk mengeringkan.

Karena tidak ada panas matahari, gabah kering petik yang dipanen tidak bisa langsung dikeringkan dan didiamkan. Akibatnya kualitas gabah turun dan harganya jatuh.

Harga gabah yang rendah akibat rendahnya kualitas tidak bisa dijadikan acuan. Yang bisa menjadi acuan harga adalah kualitas gabah sesuai HPP.

Billy memperkirakan harga gabah masih akan tinggi. Harga gabah sulit turun. Pasalnya, panen terbatas dan bulan depan sudah masuk musim kemarau. Pelaku pasar melihat produksi padi tidak akan sesuai harapan.

Kualitas beras Bulog

Terkait rendahnya kualitas beras Bulog, Billy mengatakan, selama ini Bulog lebih longgar dalam melakukan pengadaan beras. Dampaknya, kualitas beras untuk warga miskin (raskin) juga kurang bagus.

Pada pengadaan tahun ini, Bulog benar-benar menerapkan standar kualitas beras HPP. Kualitas bisa saja membaik, tetapi di sisi lain Bulog akan kesulitan melakukan pengadaan beras.

Para pedagang yang menjual beras ke Bulog akan memilih menjual beras ke pasar. Karena dengan kualitas beras Bulog, apabila dijual di pasar, harganya akan jauh lebih tinggi.

http://print.kompas.com/baca/2015/04/14/Pengadaan-Beras-Bulog-Butuh-Koordinasi-Antarlembaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar