Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meneken Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi pada 19 Maret 2015
lalu. Aturan tersebut mewajibkan pemerintah memiliki stok pangan atau
beras yang dikelola terpisah dengan stok beras milik Perusahaan Umum
(Perum) Bulog.
Cadangan pangan pemerintah nantinya dikelola oleh
Kepala Lembaga Pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang pangan.
Penetapan jumlah cadangan pangan pemerintah dihitung berdasarkan
beberapa faktor yaitu:
a. Produksi Pokok Pangan tertentu secara nasional;
b. Penanggulangan keadaan darurat dan kerawanan Pangan;
c. Pengendalian dan stabilisasi harga pasokan Pangan Pokok Tertentu pada tingkat produsen dan konsumen;
d. Pelaksanaan perjanjian internasional dan bantuan Pangan kerjasama internasional; dan
e. Angka kecukupan Gizi yang dianjurkan.
“Penetapan
jumlah pangan sebagai cadangan pangan pemerintah dilakukan paling
sedikit satu kali dalam satu tahun,” bunyi Pasal 5 Ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 itu, dikutip Jumat (10/4).
Setelah
jumlah cadangan pangan pemerintah ditetapkan, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di bidang pangan kemudian melakukan pembelian hasil pertanian dan
perkebunan dari masyarakat dengan harga pembelian yang ditetapkan
pemerintah.
Penggunaan Cadangan Pangan
PP tersebut juga menetapkan, cadangan pangan pemerintah hanya bisa digunakan dengan kondisi tertentu yaitu:
a. Terjadi kekurangan pangan;
b. Gejolak harga pangan;
c. Bencana yang berdampak sosial;
d. Keadaan darurat;
e. Untuk memberi bantuan pangan luar negeri.
“Penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah dilakukan berdasarkan hasil rapat
koordinasi tingkat menteri/kepala lembaga,” bunyi Pasal 9 Ayat (2) PP
tersebut.
Selain Pemerintah Pusat, menurut PP ini, cadangan
pangan juga dilakukan di tingkat Pemerintah Daerah, mulai dari
pemerintah desa, pemerintah kabupaten/kota, sampai pemerintah provinsi.
Cadangan
Pangan Pemerintah yang telah melampaui batas waktu simpan dan/atau
berpotensi mengalami penurunan mutu, dalam PP ini disebutkan, bisa
dijual, diolah, ditukar, dan dihibahkan.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150410154511-92-45734/tak-hanya-bulog-kini-pemerintah-punya-stok-pangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar