Bulog seakan tertekan
Dalam talk show yang berlangsung di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Pengamat Politik Pangan, Andi Sinulingga mengatakan bahwa harga pembelian pemerintah (HPP) yang sudah ditetapkan justru membatasi ruang gerak dari Bulog, dalam rangka menyerap (membeli) beras petani.
“HPP kita 7.300 sementara di pasaran para tengkulak bisa membeli beras petani sampai 8.000. Bagaimana bisa petani menjual ke Bulog kalau mereka membeli gabah 3.300 di petani, sementara tengkulak membelinya 4.000, bagaimana petani bisa menjual ke bulog,” jelas Andi sembari bertanya, Kamis (12/11), di Jakarta.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa dengan melihat fenomena yang terjadi saat ini, HPP bukan menjadi sesuatu yang wajib untuk diterapkan. “HPP itu menurut saya tidak penting, yang netral adalah harga tersebut kita sesuaikan saja dengan harga keekonomian,” tegasnya.
Sebab, penetapan HPP khususnya beras membuat gerak Bulog menjadi terbatas. Alhasil, Bulog pun tidak bisa menjadi pemain di lapangan. “HPP ini menjadi salah satu yang membatasi gerak Bulog. Bulog kan harus membeli sesuai HPP, kalau ia membeli lebih berarti Bulog salah dong. Anda sebagai petani mau nggak jual ke saya dengan harga Rp 7.300, sementara ada yang beli dengan harga Rp 8.000,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar