Beras yang beredar di masyarakat kebanyakan berkualitas rendah. Terutama
raskin (beras untuk rakyat miskin). Pasalnya, beras sudah berwarna
kuning, bau, bahkan tidak jarang berkutu.
Ketua Bidang Kajian
Strategis Serikat Petani Indonesia (SPI) Ahmad Yakub menilai, beras yang
diterima masyarakat berkualitas rendah disebabkan faktor cuaca. Itu
yang mengakibatkan banyak hasil panen mengalami kerusakan, bahkan banyak
juga yang gagal panen.
“Kualitas beras di Pulau Jawa bisa jadi
seperti itu. Karena curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan gabah
kering giling (GKG) menjadi tidak sempurna. Bahkan beras SPI yang berada
di gudang kedapatan kutu,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Menurut
Yakub, beras yang diterima masyarakat dari pemerintah juga selalu
berkualitas rendah. Sering kali terdapat kutu dan berwarna kuning atau
seperti kotor.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo
mengatakan, banyaknya beras yang kualitasnya buruk terjadi setiap tahun.
Pemerintah atau Perum Bulog selalu mendapatkan teguran dari DPR.
“Kami
selalu memberikan penegasan kepada pemerintah terkait penurunan
kualitas beras. Kami tegaskan supaya beras yang disediakan untuk
masyarakat sesuai dengan segmentasi, tepat sasaran dan kualitas
terbaik,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Firman juga
meminta Bulog tetap mendistribusikan sesuai Instruksi Presiden dengan
tepat sasaran, tepat kualitas, tepat kuantitas dan tepat harga. Untuk
itu, diperlukan pengawasan sehingga kualitas beranya tidak menurun.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono kepada Rakyat Merdeka
mengungkapkan, ada banyak faktor yang membuat kualitas beras menjadi
kurang baik. Penurunan bisa saja terjadi pada saat penyimpanan sebelum
beras didistribusikan ke masyarakat.
Suswono menegaskan, apabila
yang dimaksud adalah beras untuk rakyat miskin (raskin), maka yang
berwenang soal itu adalah Perum Bulog.
Direktur Utama Perum Bulog
Sutarto Alimoeso yang dikonfirmasi mengaku, jika ada beras di
masyarakat yang mengalami penurunan kualitas, bisa jadi disebabkan
lamanya penyimpanan.
“Beras yang ada sekarang berasal dari
produksi akhir Februari sampai Oktober tahun 2013, sehingga wajar jika
beras mengalami penurunan kualitas. Indonesia beriklim tropis, wajar
saja jika beras yang disimpan di gudang selama kurang lebih enam bulan
mengalami penurunan kualitas, misalnya berwarna kuning, terdapat kutu
dan berlembab,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Sutarto
mengungkapkan, pihaknya selalu membeli beras dari para petani antara
Maret sampai Oktober untuk persediaan stok. Jika cara tersebut tidak
dilakukan, maka stok beras nasional akan kurang.
“Oktober hingga
Maret musim hujan seperti sekarang, sehingga petani tidak dapat
berproduksi. Karena itu kita melakukan stok. Itu yang menyebabkan kita
harus menahan beras di gudang hingga kurang lebih enam bulan,” jelasnya.
Dia
mengklaim, pihaknya selalu melakukan pengawasan terhadap distribusi
beras. Untuk itu, dia meminta kepada masyarakat apabila mendapatkan
kecurangan atas distribusi beras Bulog harap melapor ke pihaknya.
http://m.rmol.co/news.php?id=145778
Tidak ada komentar:
Posting Komentar