Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengungkapkan, pihaknya masih
tetap menyerap kedelai lokal pada tahun ini meski belum ada penugasan
resmi dari pemerintah. Alasannya, penyerapan kedelai dari petani lokal
tersebut merupakan bagian dari bisnis Bulog sekaligus upaya bisnis untuk
menjalankan peran sebagai stabilisator harga pangan. "Kita diminta atau
tidak oleh pemerintah, kita sudah melakukan itu (menyerap kedelai
lokal) karena Bulog harus berbisnis tapi sekaligus menjadi stabilisator.
Itu kan bagian dari bisnis Bulog," kata Sutarto kepada wartawan di
Bangi Kopitiam, Jakarta, Kamis (20/3).
Namun, Bulog tidak menetapkan target untuk penyerapan kedelai lokal
ini karena sangat minimnya produksi kedelai nasional. "Target pengadaan
itu sulit ditetapkan karena produksinya saja hanya seperempat dari
kebutuhan nasional. Tapi kita komit ke arah menjadi stabilisator
kedelai. Kita membangun jaringan dengan petani, jaringan dengan produsen
tahu tempe. Mulai dari kecil, bertahap," paparnya. Di sisi lain, Bulog
belum berencana akan melakukan importasi kedelai karena harga kedelai
impor yang masih sangat tinggi. Tetapi, Bulog tetap terus melakukan
negosiasi dengan produsen di luar negeri.
"Posisinya masih negosiasi terus karena dollar sedang tinggi, harga
kedelai juga tinggi," tuturnya. Sutarto menambahkan, selama harga
kedelai masih tinggi, Bulog tidak akan mengimpor kedelai. Pasalnya,
tidak ada anggaran PSO maupun dana stabilisasi dari pemerintah untuk
pengadaan kedelai Bulog. Artinya, bila terjadi kerugian, Bulog sendiri
yang harus menanggungnya. "Selama masih rugi, kita tidak akan impor
karena bukan penugasan," tandas dia.
http://www.gatra.com/ekonomi-1/49223-ogah-rugi,-bulog-belum-mau-impor-kedelai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar