Pasar murah yang digelar Perum Bulog
bertolak belakang dengan kegiatan pasar murah oleh instansi atau
perusahaan lain. Perusahaan milik negara tersebut malah menginginkan
dagangannya tak laku. "Kalau tak laku, artinya harga pasar stabil.
Justru, kalau laku, pasar sedang tak stabil," ucap Direktur Utama Bulog
Djarot Kusumayakti, Selasa, 22 September 2015.
Dia mengatakan
tujuan pasar murah adalah menstabilkan harga di pasar. Kegiatan ini
rutin dilakukan menjelang hari-hari besar keagamaan, yang berpotensi
menimbulkan lonjakan harga.
Dalam operasi pasar murah hari ini,
Bulog menjual 140 ton beras dan 8 ton daging sapi di 21 titik di
Jakarta. Untuk beras, Bulog mengeluarkan stok dengan kualitas premium
seharga Rp 9.000-9.600 per kilogram. Sedangkan daging sapi dijual Rp 90
ribu per kilogram.
Selain daging sapi, Bulog menyediakan 48
ekor sapi hidup yang akan dibawa ke Rumah Potong Hewan (RPH) Cibitung.
Setelah dipotong, daging sapi akan disebar ke titik-titik pasar
tersebut.
Direktur Bahan Pokok dan Barang Strategis Kementerian
Perdagangan Robert Bintaryo berujar, pasca-Lebaran pada Juli lalu,
terjadi gejolak harga di pasar. Salah satunya harga daging sapi yang
sempat hampir menembus Rp 140 ribu per kilogram pada bulan lalu.
Pemerintah, tutur dia, mengkhawatirkan harga daging akan kembali
melonjak pasca-Idul Adha. “Ada pengaruhnya pada pasokan,” kata Robert.
Untuk itu, pemerintah perlu mengantisipasi kemungkinan gejolak harga
sebelum menjadi kenyataan. Salah satunya dengan pemanfaatan sapi impor
dari Australia sebanyak 50 ribu ekor hingga Desember mendatang. Sebanyak
7.000 ekor sudah mendarat di Indonesia pada awal September lalu.
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/09/22/090702746/gelar-pasar-murah-bulog-berharap-dagangannya-tak-laku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar