Indonesia terancam kelaparan. Pemerintah pun dibuat panik dengan
rencana impor beras. Musim kemarau tahun ini banyak petani yang gagal
panen. Para petani pun memilih beralih profesi menjadi tukang becak.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Indramayu, ribuan hektar tanaman
padi gagal panen. Tentu ini menjadi ancaman besar rakyat Indonesia,
apalagi kabupaten ini menjadi salah satu penyumbang beras terbesar di
Pulau Jawa.
Dengan produksi sekitar 1,03 juta ton, Indramayu menyumbang sekitar
11% produksi padi Jawa Barat (9,4 juta ton), atau sekitar 2% produksi
padi nasional (sekitar 57 juta ton). Tingginya produksi padi Indramayu
ini disebabkan oleh luasnya lahan sawah yang ada. Dari luas wilayah
Indramayu yang mencapai 204 ribu ha, 114 ribu ha (55%) di antaranya
adalah lahan sawah.
Penyebab gagal panen di Kabupaten Indramayu ini karena sawah mereka
kekeringan. Sehingga mereka pun memilih menjadi tukang becak untuk bisa
bertahan hidup.‘’Pekerjaan apapun mereka lakukan untuk bisa memenuhi
kebutuhan hidup,’’ ujar Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang,
kemarin.
Sutatang mengatakan, para buruh tani melakukan berbagai pekerjaan,
seperti pembuat bata merah, menjadi kuli bangunan, tukang becak, hingga
merantau ke Jakarta. Meski hasilnya lebih kecil dibandingkan saat
menjadi buruh tani, namun tetap mereka jalani demi bisa menafkahi
keluarga.
Saat menjadi buruh tani, mereka bisa mendapatkan Rp 75 ribu per hari
sampai Rp 100 ribu per hari. Bahkan ketika panen, selain mendapatkan
uang, mereka juga memperoleh bagi hasil gabah dengan perbandingan 6:1
dengan pemilik sawah.
Indonesia benar-benar darurat beras, Bulog pun mengatakan cadangan
beras saat ini hanya 1,7 juta ton.
Seperti disampaikan oleh Direktur
Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan saat ini pihaknya hanya
memiliki cadangan beras sebanyak 1,7 juta ton. Cadangan tersebut
terbagi dari beras medium dan beras premium.
”Data kami sampai kemarin ada 1,7 juta ton, dimana 600 ribu dalam
bentuk komersial atau rastra (beras sejahtera) dan 1,1 beras kualitas
medium?,” ujar Djarot di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Jumat (25/9).
Setidaknya sampai akhir 2015 cadangan beras Bulog secara keseluruhan
hanya tersisa sekitar 60-70 ribu ton beras. Cadangan tersebut
diperkirakan tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras.
Sebab, masa panen raya diprediksi Djarot akan ?mundur karena dampak El
Nino yang cukup besar di akhir tahun, yang tentunya bakal berimbas di
2016. “?Kalau dilihat kondisi normal panen raya (2016) itu di
Maret-April, tapi kalau El Nino ini cukup dahsyat (dampaknya-red) tentu
itu akan mundur (masa panen-red),” ulas Djarot.
Untuk itu, pihaknya mendukung rencana Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
akan melakukan impor beras 1,5 juta ton demi mencukupi kebutuhan beras
di 2016. “Ini yang mungkin menjadi pertimbangan beliau (Wapres JK),
tidak mau bermain-main dengan beras yang jadi kepentingan masyarakat
banyak,” pungkasnya
Rakyat Miskin Meningkat
Staf Khusus bidang ekonomi di era Presiden SBY meyakini dengan
kondisi Indonesia saat ini, angka kemiskinan akan semakin meningkat.
Soalnya, pemerintah sekarang belum bisa melakukan pengentasan
kemiskinan.
Berdasarkan data BPS pada Maret 2015, saat ini jumlah orang miskin
Indonesia meningkat dari 10,96 persen tahun lalu, menjadi 11,22 persen. ?
“Saya kok hampir yakin angka kemiskinan naik,” kata Firmanzah di
Jakarta, Minggu (27/9).
Prediksi Firmanzah itu didasari fenomena El Nino dimana Indonesia
darurat kekeringan di sejumlah daerah. Kemudian terdapat persoalan asap
dan kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera. Padahal, daerah tersebut
pada semester pertama terlihat rendah dalam pertumbuhan ekonomi.
“Sumatera dan Kalimantan berbasis Sumber Daya Alam (SDA). Sudah
terkena dampak pelambatan ekonomi, terpapar kabut asap. Kalau tidak
diselesaikan menambah jumlah orang miskin,” ujar Rektor Universitas
Paramadina ini.
http://korannonstop.com/2015/09/indonesia-terancam-kelaparan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar