Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik, sepanjang tahun lalu, mencatatkan
laba sebesar Rp 1,6 triliun pada 2015. Kondisi ini berbanding terbalik
dengan tahun sebelumnya, ketika perusahaan pelat merah itu merugi Rp 430
miliar.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan
kondisi finansial perusahaan beberapa tahun terakhir memang merugi.
“Tapi, pada 2015, kami memperoleh laba, sementara estimasi dan masih
diaudit kurang-lebih Rp 1,6 triliun. Kalau sama (memperhitungkan) pajak,
jadi Rp 1,1 triliun," kata dia di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis, 21
Januari 2016.
Djarot mengungkapkan, perolehan laba itu
didapatkan karena perusahaan melakukan efisiensi. “Terutama percepatan
pengumpulan dokumen untuk mempercepat cash flow perusahaan,” ucapnya.
Meski begitu, Djarot mengungkapkan masih ada kekurangan dalam kinerja
operasional selama 2015. Salah satunya pengadaan beras, yang semula
diupayakan optimal pada kuartal II 2015, tapi belum mampu mencapai
rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP). "Pengadaan hanya mampu
menyerap 3,2 juta ton setara beras atau 73 persen dari target revisi
RKAP," katanya.
Realisasi penyaluran Bulog, Djarot melanjutkan,
sudah melewati RKAP awal, tapi belum mencapai target revisinya, yaitu
sebesar 3,199 juta ton atau 86 persen. Sedangkan pencapaian penjualan
kegiatan komersial pada 2015, ia mengungkapkan, hanya sebesar 50 persen
atau Rp 6,5 triliun dari target revisi RKAP.
Saat ini, ujar
Djarot, Bulog tengah melakukan proses transformasi di segala bidang,
baik organisasi, operasional, sumber daya manusia, keuangan, maupun
pengawasan, sebagai bentuk upaya peningkatan kinerja. "Hampir di seluruh
bidang kami lakukan perubahan,” ucapnya. Dengan begitu, ia berharap
Bulog bisa memberikan layanan terbaik dalam menjaga kualitas dan
kuantitas dalam program utama beras sejahtera.
http://bisnis.tempo.co/read/news/2016/01/21/090738225/2015-bulog-raup-laba-rp-1-6-triliun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar