Perum Bulog bertekad menyerap beras hingga 3,9 juta ton dari petani di
seluruh Indonesia pada tahun ini. Tapi, pengadaan beras sebanyak itu
tentu tidak mudah, banyak tantangan yang dihadapi. Karena itu, Bulog
menyiapkan beberapa langkah agar target serapan 3,9 juta ton bisa
tercapai.
Pertama, Bulog meminta pemerintah membuat Harga
Pembelian Pemerintah (HPP) beras menjadi fleksibel, bisa dinaikkan atau
diturunkan sesuai kondisi di lapangan. Dengan begitu, Bulog bisa
bersaing dengan tengkulak ketika harga beras sedang naik.
"Kami
usulkan adanya fleksibilitas HPP beras," kata Direktur Utama Perum
Bulog, Djarot Kusumayakti, saat konferensi pers di Kantor Pusat Bulog,
Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Kedua, Bulog akan membangun sejumlah infrastruktur baru untuk mempermudah pengadaan beras, misalnya lantai jemur, dryer untuk mengeringkan gabah, dan sebagainya.
"Kami juga siapkan infrastruktur yang selama ini membuat kami tidak bisa bergerak, misalnya mesin panen, lantai jemur, dryer," ucapnya.
Ketiga,
Bulog melakukan perubahan organisasi, salah satunya dengan menempatkan
Satuan Kerja (Satker) pengadaan beras langsung di bawah Direktur
Pengadaan Perum Bulog.
"2016 ini kami bangun divisi on farm yang bergerak langsung ke
lapangan. Kita juga ubah organisasi, Satker sekarang langsung di bawah
Direktur Pengadaan," ujar Djarot.
Keempat, Bulog menggandeng Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) untuk mengumpulkan beras dari petani.
"Kami melakukan pembenahan, kami akan kerjasama dengan KTNA pusat sampai
kecamatan untuk membentuk Satker pengadaan," kata Direktur Pengadaan
Perum Bulog, Wahyu.
http://finance.detik.com/read/2016/01/21/171518/3124055/4/ini-strategi-bulog-kumpulkan-39-juta-ton-beras-dari-petani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar