Pemerintahan baru dengan presiden baru, maka menteri-menterinya juga
baru. Bagaimana sektor pangan, utamanya di pertaniannya? Adakah masih megap-megap seperti pemerintahan SBY yang berjalan sepuluh tahun itu. Ataukah ada perubahan yang signifikan.
Pimpinan Bulog juga sudah berganti. Berasal dari BRI, yang diharap
mampu memberi solusi sektor pertanian selama ini, yang sulit untuk
mendapatkan kredit. Akankah dengan begitu kesulitan pendanaan petani
bakal tercerahkan, atau tetap stagnan seperti tempo dulu. Juga soal
kesejahteraan petani, dan kian malasnya pihak lain untuk
menginvestasikan duitnya di sektor ini.
Agrofarm mengajak Ir. H. Winarno Tohir, Ketua Kontak
Tani Nelayan Andalan (KTNA) untuk membicarakan itu. Ada banyak paparan
unik yang diberikan. Juga banyak contoh menarik dari negara lain yang
menyangkut tanggungjawab pemerintah terhadap kesejahteraan petaninya.
Ini pointer wawancaranya agar gampang dan enak untuk dibacanya.
Bulog Itu Baru Menjadi Buras
Peran Bulog itu tidak seperti sekarang. Tapi itu nanti. Sekarang ini kan
baru beras dan kedelai. HPP kedelai sudah ada tapi belum jalan. Jagung,
garam, gula bagaimana? Sekarang ini Bulog baru menjadi ‘Buras’ Badan
Urusan Beras. Logistic kan semua bahan pokok. Tapi apakah Bulog
punya kebijakan. Bulog itu hanya alat. Beras Bulog hanya 5-8% dari
total, tapi punya pengaruh besar. Kalau Bulog tidak punya stok 5-8%,
maka akan dipermainkan oleh tengkulak.
Bulog Brazil Itu Paling Heroik
Lain dengan Bulog Brazil. Apapun produknya, yang harganya jatuh dibeli. Ya
memang harus begitu. Kalau bisa pemerintah kita itu bikin Undang-Undang
Kesejahteraan Petani. Itu satu step di atas Undang-Undang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani. Kalau bikin mungkin bisa, tapi bisa
dilaksanakan tidak?
Di Brazil kalau punya tanah satu hektar, datang ke Kepala Dinas,
tanya untuk sejahteranya petani harus menanam apa, sudah ada rankingnya
di situ. Misalnya disarankan menanam pepaya. Ternyata waktu panen,
harganya turun di bawah harga kesejahteraan. Kepala Dinas tadi
membayarkan selisih harga sehingga petani tetap mendapat uang sesuai
dengan harga kesejahteraan. Atau kalau tidak begitu, maka membeli pepaya
tersebut sesuai dengan harga sejahtera. Pemerintah bertanggung jawab
terhadap harga kesejahteraan.
Amerika Kelebihan Stok Kedelai Diutangkan ke Indonesia
Ini terjadi dengan Amerika. Waktu PL470, kedelai dari Amerika masuk
Indonesia, dibayarnya 3 tahun, dua tahun dan setahun. Karena ada UU
Kesejahteraan, disana dibeli oleh pemerintah. Daripada dibuang ke laut,
akhirnya dihutangkan ke Indonesia. Siapa tahu dibayar 50% juga untung
daripada dibuang ke laut. Itu agar rakyatnya tetap sejahtera.
Disana itu, sebesar-besarnya mereka, komoditinya hanya 4, yaitu
jagung, kedelai, gandum, dan daging. Ada subsidinya dari pemerintah.
KTNA disana ada iuran. Jadi kalau petani diperlakukan tidak baik, bisa
bayar pengacara. Kalau mau kita juga pakai Undang-Undang Kesejahteraan
Petani, tapi Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani saja
belum dilaksanakan. Jadi sekarang disiapkan yang sudah ada saja dulu.
Kepala Bulog Bukan dari Pertanian
Di pertanian sudah ada tapi secara keseluruhan belum. Kan harus satu kesatuan. Pertanian dengan Bulog nyambung gak? Petani tugasnya meningkatkan produksi saja. Yang lain-lain urusan perdagangan dan Kemenko.
Jadi kalau ibarat main bola, Kementan ini sudah di depan gawang,
tidak bisa menendang bola. Dari sisi produksi sudah mulai kelihatan
langkah-langkahnya, sudah betul. Hanya jika dikaitkan tadi, dengan
Bulog, dengan perbankan untuk kredit, belum kelihatan juga.
Jadi itu yang saya lihat. Yakin atau tidaknya saya juga belum bisa
menjawab. Sekarang Kepala Bulog-nya juga dari BRI. Mudah-mudahan dia mau
banyak belajar dan mendengarkan sehingga bisa melakukan itu. Karena
suatu hal yang berbeda memanage keuangan dan memanage barang atau orang.
Kalau direktur keuangannya wajar, dari BRI, itu benar. Tapi walaupun
pengalamannya sudah 30 tahun, saya kurang yakin, karena seharusnya kan
dari pertanian. Untuk menjiwai pertanian itu, harus punya pengalaman.
Tanpa dibarengi pengalaman, dia akan kesulitan untuk melakukan
kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan. Itu yang saya khawatirkan.
Bagaimanapun juga, ya kita positive thinking saja.
Kita lihat saja dulu kerjanya seperti apa. Kebijakan-kebijakan
pemerintah masih belum jelas juga. Seperti raskin yang mau dihilangkan
tanpa memikirkan siapa yang akan membeli gabah petani.
Kalau tidak ada yang mau membeli, semangat petani bisa berkurang.
Seperti Timor Leste, tidak ada yang mau membeli hasil tani disana
karena bagi pemerintah disana lebih murah impor daripada mengurusi
petani. Petani ditinggal. Apakah kita nanti akan melakukan itu? Belum
tahu juga.
http://www.agrofarm.co.id/read/pertanian/1497/ir-h-winarno-tohir-ketua-ktna-bulog-harus-tiru-brazil-as-agar-tidak-jadi-buras
Tidak ada komentar:
Posting Komentar